Bagi sebagian fans sepakbola era 2000-an, Aldo Duscher adalah sosok menyebalkan.
Bagi sebagian fans sepakbola era 2000-an, Aldo Duscher adalah sosok menyebalkan. Layaknya Pepe yang jadi musuh fans Barcelona, pria Argentina itu pernah dihujat pendukung Inggris dan Manchester United, khususnya pengagum David Beckham. Gara-gara Duscher, Beckham nyaris pensiun dini.

Memiliki nama lengkap Alvaro Pedro Duscher, pemain ini lahir di Esquel, 22 Maret 1979. Dia belajar sepakbola dari Akademi Newell's Old Boys asuhan Marcelo Bielsa. Itu klub yang sama dengan Gabriel Batistuta, Mauricio Pochettino, atau Lionel Messi.

Setelah dinyatakan lulus, Duscher melakukan debut profesional pada 1996 ketika baru menginjak usia 17 tahun. Dua tahun bermain di tim utama, Duscher pindah ke Eropa pada usia 19 tahun. Dia mendapatkan kesempatan memperkuat Sporting Lisbon di kompetisi elite Portugal.

Kesempatan membela Sporting dimanfaatkan Duscher dengan baik. Dia menjadikan klub yang berbasis di Estadio Jose Alvalade itu batu pijakan ke kompetisi yang lebih prestisius, khususnya La Liga.

Performa bagus di Portugal membawa Duscher ke Deportivo de La Coruna pada transfer window musim panas 2000 dengan 13 juta euro. Saat itu, Super Depor berstatus juara La Liga 1999/2000. Dia sengaja direkrut untuk menjadi pengganti Mauro Silva, yang sudah menua dan selanjutnya pensiun di Estadio Riazor pada akhir musim 2004/2005.

Gaya bermain Duscher saat itu lugas, keras, dan sedikit kasar di posisi gelandang bertahan. Karena itu, ketika Pepe datang ke Real Madrid dan bertarung dengan Messi di El Clasico, banyak pengamat yang teringat dengan permainan Duscher di masa lalu, meski berbeda posisi.

Salah satu bukti "kekejaman" Duscher di lapangan masih diingat pendukung MU dan Inggris hingga hari ini. Saat itu, pada 10 April 2002, Deportivo bertemu The Red Devils pada leg kedua perempat final Liga Champions 2001/2002.

Deportivo kalah 2-3 di leg kedua setelah sebelumnya menyerah 0-2 di pertemuan pertama. Tapi, bukan hasil pertandingan yang dibicarakan orang, melainkan tekel brutal Duscher kepada Beckham. Dalam sebuah kesempatan, bola sebenarnya 50:50. Tapi, Beckham sedikit unggul.

Tiba-tiba, Duscher datang dari depan dengan gerakan menjepit menggunakan dua kaki. Beckham langsung "terbang" dan berguling-guling memegangi engkelnya. Sempat bangkit, tim medis kemudian menyatakan Beckham mengalami patah tulang metatarsal dan harus absen lama, termasuk terancam batal ikut Piala Dunia 2002.

"Setidaknya, mereka mengenal saya untuk itu (pelanggaran Beckham). Cukup serius, itu adalah situasi yang buruk. Saya selalu memahami cara saya bermain dan menghadapi pertandingan. Situasi itu terjadi, ya, tapi yang dihasilkan jauh lebih banyak daripada yang terjadi," kata Duscher pada 2020, dilansir Sportfinding.

"Ini mungkin tampak aneh. Tapi, setelah kejadian (dengan Beckham), Manchester United ingin merekrut saya. Itu benar. Pelanggaran itu adalah pintu masuk tanpa niat buruk. Itulah sepakbola. Sepakbola adalah kontak fisik. Saya memahaminya seperti itu," tambah Duscher.

Duscher memastikan dirinya hampir bergabung dengan The Red Devils pada musim panas 2012, Tapi, Presiden Deportivo saat itu, Augusto Cesar Lendoiro, tidak memberikan izin dilakukannya negosiasi. Padahal, jika dia bersedia, Deportivo akan mendapatkan keuntungan hingga 8 juta euro.

"Lendoiro sangat sulit bernegosiasi dan dia banyak membela klub. Dia ingin saya terus bermain untuk Deportivo. Itu sebenarnya bisa dinegosiasikan. Tapi, itu tidak terjadi. Dia tidak mau melepas saya," ucap Duscher.

Akibat pelanggaran yang nyaris mematikan karier Beckham, Duscher menyebut mendapatkan teror dari nomor-nomor telepon Inggris. Penggemar Beckham menghubungi nomor telepon klub berkali-kali. Begitu pula media. Bahkan, dia sempat mematikan handphone miliknya selama beberapa hari.

"Saat itu, tidak kurang 20 jurnalis Inggris datang ke klub. Telepon tidak bisa mengatasinya. Itu adalah pelecehan yang terus menerus. Itu tidak elegan. Tapi, semua itu adalah masalah pers Inggris. Saya sudah berbicara dengan Beckham dan semuanya baik-baik saja," ungkap Duscher.

Setelah malam yang bersejarah itu, Duscher tetap membela Deportivo hingga 2007 ketika pindah ke Racing Santander. Selanjutnya, dia membela Sevilla, Espanyol, Barcelona Guayaquil, Enosis Neon, dan Veria. Dia pensiun di Veria dalam usia 34 tahun.

Puas menjadi pemain, Duscher menjalani kursus kepelatihan di Argentina dan Spanyol. Sekarang, dia menjadi pelatih di Akademi Deportivo. Duscher diminta menukangi Juvenil B atau tim U-18. Tugasnya membantu klub menyiapkan pemain-pemain bagus untuk membawa Deportivo kembali ke La Liga di masa depan. Pasalnya, Super Depor kini ada di Segunda Division B (Divisi III).

"Saya bertemu Fernando Vidal (mantan presiden klub) dan Albert Gil (direktur akademi) untuk membicarakan kemungkinan melakukan magang di Deportivo saat kursus UEFA Pro. Saya harus melatih 6 bulan di Juvenil dan mereka memberi saya kesempatan," kata Duscher.

"Saya sangat berterima kasih. Saya ingin melakukannya di klub itu karena saya tahu kotanya, saya pergi dengan keluarga saya, dan saya tahu mereka akan merasa nyaman. Saya sudah memiliki gelar pelatih di Argentina. Tapi, saya juga ingin UEFA agar bisa berlatih di Eropa," ungkap Duscher.

Uniknya, di akademi, Duscher bekerja bersama mantan rekan-rekannya semasa membela Deportivo seperti Juan Carlos Valeron, Fran Gonzalez, hingga Manuel Pablo. "Tentu saja kami punya memori indah bersama (di masa lalu). Itulah yang kami bangkitkan untuk anak-anak ini," pungkas Duscher.