Ini adalah turnamen yang menampilkan tim nasional junior dari seluruh dunia. Menghasilkan pemain seperti James Rodriguez.
Toulon Tournament atau Tournoi Maurice Revello adalah turnamen sepakbola internasional yang menampilkan tim nasional junior dari seluruh dunia. Turnamen ini hanya untuk pemain-pemain muda dan melahirkan banyak pesepakbola hebat di masa depan.
Pada awalnya, turnamen yang dimulai pada 1967 itu menampilkan klub-klub dari seluruh Eropa. Tapi, sejak 1975 diubah menjadi tim nasional junior, yang secara khusus diundang oleh penyelenggara.
Turnamen ini mendapatkan nama "Toulon" karena digelar di Toulon. Itu adalah kota berpenduduk 180.000 jiwa di Provinsi Alpes-Cote d'Azur, Prancis Selatan. Biasanya digelar pada musim panas antara Juni atau Juli bertepatan dengan penyelenggaraan Piala Dunia atau Piala Euro di tahun genap.
Layaknya turnamen sepakbola pada umumnya, Toulon Tournament juga memberikan sejumlah penghargaan individu bergengsi seperti pencetak gol terbanyak, pemain terbaik, dan kiper terbaik. Ada pemain yang kariernya menanjak setelah mendapatkan penghargaan itu. Tapi, beberapa lainnya tenggelam.
Berikut peraih penghargaan Pemain Terbaik dalam 10 edisi Toulon Tournament terkini:
1. Serge Deble (Pantai Gading, 2010)
Keberhasilan Pantai Gading menjuarai turnamen membuat Serge Deble dinobatkan sebagai pemain terbaik, meski hanya mencetak 2 gol. Saat itu, Deble berstatus sebagai pemain Charlton Athletic yang dipinjamkan ke Angers dan Nantes karena belum memenuhi izin kerja di Inggris.
Sekarang, Deble berusia 31 tahun. Dia tidak pernah membela timnas senior Pantai Gading. Kariernya di klub juga tidak cemerlang. Pada 15 Januari 2019, Deble bergabung dengan Hong Kong R&F. Tapi, Pada 14 Oktober 2020, dia meninggalkan klub setelah R&F mundur dari kompetisi. Lalu, pada 13 Februari 2021, Deble bermain di Denmark untuk Viborg FF.
2. James Rodriguez (Kolombia, 2011)
Setelah membantu Kolombia memenangkan turnamen dan terpilih sebagai pemain terbaik, karier James Rodriguez terus menanjak. Dari FC Porto, dia pergi ke AS Monaco, Real Madrid, Bayern Muenchen, dan sekarang Everton. Dia juga menjadi bintang di timnas senior negaranya pada sejumlah Copa America maupun Piala Dunia.
3. Hector Herrera (Meksiko, 2012)
Tidak salah Toulon Tournamen memberi Hector Miguel Herrera Lopez penghargaan Pemain Terbaik pada 2012. Karier gelandang Atletico Madrid itu terus menanjak setelah turnamen. Dia menjadi salah satu pemain utama di lini tengah FC Porto sebelum hijrah ke Spanyol.
Untuk level timnas, Herrera memimpin Meksiko mendapatkan medali emas Olimpaide 2012 di London lewat kemenangan 2-1 atas Brasil. Di level senior, pemain yang kini berusia 30 tahun itu membantu Meksiko menjuarai Piala Emas CONCACAF dan Piala CONCACAF 2015.
Herrera juga bermain pada banyak turnamen besar yang diikuti Meksiko. Sebut saja Piala Konfederasi 2013 dan 2017, Piala Dunia 2014 dan 2018, serta Copa America Centenario 2016.
4. Yuri Mamute (Brasil, 2013)
Brasil tidak pernah kehabisan stok pemain berbakat. Tapi, tidak semua pesepakbola muda di Negeri Samba mampu bertahan ketika naik kelas ke senior. Salah satu contohnya, Yuri Souza Almeida alias Mamute ketika memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Toulon Tournament 2013.
Saat ini, di usia 25 tahun, Mamute terdampar di Sagamihara di kompetisi level bawah Jepang. Musim lalu, dia membantu klubnya promosi dari J3 League ke J2 League. Sebelumnya, pada 2017 dia juga sempat bermain Liga Premier Kazakhstan untuk FC Aktobe.
5. Rodrigo Caio (Brasil, 2014)
Rodrigo Caio Coquette Russo sebenarnya memiliki karier bagus setelah terpilih sebagai Pemain Terbaik Toulon Tournament 2014. Bersama Neymar, dia bermain di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro dengan hasil maksimal medali emas. Pada tahun yang sama dia juga ambil bagian di Copa America Centenario.
Sayang, cedera anterior cruciate ligament menghambat kariernya. Bahkan, transfernya ke Valencia senilai 12,5 juta euro harus batal karena gagal lolos tes kesehatan.
Gagal pindah ke Eropa membuat Rodrigo tetap bermain di Brasil. Dia kemudian meninggalkan Sao Paulo untuk membela Flamengo menemani Gabriel Barbosa. Hasilnya, Copa Libertadores 2019, Recopa Sudamericana 2020, Campeonato Brasileiro Serie A 2019 dan 2020, Supercopa do Brasil 2020, serta Campeonato Carioca 2019 dan 2020.
6. Walid El Karti (Maroko, 2015)
Saat memimpin Maroko mencapai final turnamen dan berakhir dengan penghargaan Pemain Terbaik, Walid El Karti diramalkan akan menjadi bintang di Eropa. Tapi, hingga saat ini, dia tetap bermain di kompetisi dalam negeri bersama salah satu klub elite Maroko, Wydad Casablanca.
Uniknya, 2 tahun sebelum merumput di Toulon Tournamen, El Karti bersama Maroko U-20 tampil di Palembang pada Islamic Solidarity Games. Pada pertandingan final melawan Indonesia U-23, dia mencetak gol penentu kemenangan 2-1 Maroko di Gelora Sriwijaya Jakabaring, 29 September 2013.
7. Ruben Loftus-Cheek (Inggris, 2016)
Ruben Loftus-Cheek masih tercatat sebagai pemain Chelsea. Tapi, berhubung The Blues memiliki skuad melimpah, gelandang berusia 25 tahun tersebut harus rela dipinjamkan ke klub lain. Sempat di Crystal Palace pada 2017/2018, Loftus-Cheek sekarang bermain untuk Fulham.
Kariernya untuk timnas juga baik-baik saja. Meski tidak dipanggil untuk pertandingan internasional bulan ini, kesempatan Loftus-Cheek masih terbuka lebar di bulan-bulan berikutnya.
8. David Brooks (Inggris, 2017)
David Brooks punya jalan cerita yang sedikit aneh terkait timnas. Pada 15 Mei 2017, dia dipanggil ke skuad Wales U-20 untuk Toulon Tournament karena ibunya berasal dari Wales da ayahnya dari Inggris. Tapi, Brooks menolak. Dia justru menerima panggilan Inggris U-20 untuk turnamen yang sama.
Beruntung, Inggris memenangkan turnamen dan Brooks dianugerahi penghargaan Pemain Terbaik setelah mencetak gol di final melawan Pantai Gading. Di turnamen yang juga diikuti Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri itu, Wales kandas di fase grup.
Anehnya, setelah turnamen, Brooks kembali dipanggil Wales U-21 untuk kualifiaksi Euro U-21 melawan Swiss dan Portugal. Tapi, kali ini dia menerimanya. Brooks melakukan debut pada 1 September 2017 dalam kemenangan 3-0 atas Swiss dan mencetak gol kedua Wales.
Pada 28 September 2017, Brooks dipanggil ke skuad senior Wales, untuk dua laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Georgia dan Irlandia. Dia membuat debut senior untuk Wales pada 10 November 2017 saat masuk sebagai pemain pengganti dalam kekalahan 0-2 melawan Prancis.
Untuk level klub, Brooks sekarang bermain untuk Bournemouth di Championship Division. Dia ikut bermain ketika The Charries terdegradasi dari Liga Premier musim lalu.
9. Diego Lainez (Maksiko, 2018)
Setelah penampilan yang membanggakan bersama Meksiko di Toulon Tournament, Diego Lainez kebanjiran tawaran. Pada transfer window musim dingin 2019, dia memutuskan menerima pindangan Real Betis. Los Verdiblancos harus membayar USD18 juta kepada Club America.
Dengan usianya yang baru 20 tahun, Lainez punya masa depan cerah. Apalagi, dia sudah memiliki 7 pertandingan untuk timnas senior. Panggilan timnas juga didapatkan Lainez pada akhir bulan ini saat Meksiko menggelar uji coba melawan Wales dan Kosta Rica pada 27 serta 30 Maret 2021.
10. Douglas Luiz (Brasil, 2019)
Beroperasi sebagai gelandang tengah, Douglas Luiz bermain untuk tim junior Brasil pada Copa America U-20 2017 dan Toulon Tournament 2019. Lalu, pada 19 November 2019, dia mendapatkan kesempatan menjalani debut senior ketika berujicoba melawan Korea Selatan.
Di usia 22 tahun, Luiz telah menjadi pemain yang semakin matang. Sempat dipinjamkan Manchester City ke Girona karena masalah izin kerja yang belum memenuhi syarat, dia sekarang menjadi salah satu pemain kunci Aston Villa.
Musim lalu, Luiz bermain 36 kali di Liga Premier atau total 42 pertandingan semua ajang. Untuk musim, dia sudah memiliki 19 pertandingan Liga Premier. Akibatnya, pada jeda internasional terakhir (November 2020), Luiz dipanggil Brasil untuk dua pertandingan kualifiakasi Piala Dunia 2022 Zona CONMEBOL melawan Venezuela dan Uruguay.
Pada awalnya, turnamen yang dimulai pada 1967 itu menampilkan klub-klub dari seluruh Eropa. Tapi, sejak 1975 diubah menjadi tim nasional junior, yang secara khusus diundang oleh penyelenggara.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Koleksi Jersey Lionel Messi: Tidak Ada Cristiano Ronaldo
Kisah Koleksi Jersey Lionel Messi: Tidak Ada Cristiano Ronaldo
1. Serge Deble (Pantai Gading, 2010)
Keberhasilan Pantai Gading menjuarai turnamen membuat Serge Deble dinobatkan sebagai pemain terbaik, meski hanya mencetak 2 gol. Saat itu, Deble berstatus sebagai pemain Charlton Athletic yang dipinjamkan ke Angers dan Nantes karena belum memenuhi izin kerja di Inggris.
Sekarang, Deble berusia 31 tahun. Dia tidak pernah membela timnas senior Pantai Gading. Kariernya di klub juga tidak cemerlang. Pada 15 Januari 2019, Deble bergabung dengan Hong Kong R&F. Tapi, Pada 14 Oktober 2020, dia meninggalkan klub setelah R&F mundur dari kompetisi. Lalu, pada 13 Februari 2021, Deble bermain di Denmark untuk Viborg FF.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Radja Nainggolan, Pemain Pencipta Gerakan Khas 'Tekel Kalajengking'
Radja Nainggolan, Pemain Pencipta Gerakan Khas 'Tekel Kalajengking'
2. James Rodriguez (Kolombia, 2011)
3. Hector Herrera (Meksiko, 2012)
Tidak salah Toulon Tournamen memberi Hector Miguel Herrera Lopez penghargaan Pemain Terbaik pada 2012. Karier gelandang Atletico Madrid itu terus menanjak setelah turnamen. Dia menjadi salah satu pemain utama di lini tengah FC Porto sebelum hijrah ke Spanyol.
Herrera juga bermain pada banyak turnamen besar yang diikuti Meksiko. Sebut saja Piala Konfederasi 2013 dan 2017, Piala Dunia 2014 dan 2018, serta Copa America Centenario 2016.
4. Yuri Mamute (Brasil, 2013)
Brasil tidak pernah kehabisan stok pemain berbakat. Tapi, tidak semua pesepakbola muda di Negeri Samba mampu bertahan ketika naik kelas ke senior. Salah satu contohnya, Yuri Souza Almeida alias Mamute ketika memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Toulon Tournament 2013.
Saat ini, di usia 25 tahun, Mamute terdampar di Sagamihara di kompetisi level bawah Jepang. Musim lalu, dia membantu klubnya promosi dari J3 League ke J2 League. Sebelumnya, pada 2017 dia juga sempat bermain Liga Premier Kazakhstan untuk FC Aktobe.
5. Rodrigo Caio (Brasil, 2014)
Rodrigo Caio Coquette Russo sebenarnya memiliki karier bagus setelah terpilih sebagai Pemain Terbaik Toulon Tournament 2014. Bersama Neymar, dia bermain di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro dengan hasil maksimal medali emas. Pada tahun yang sama dia juga ambil bagian di Copa America Centenario.
Sayang, cedera anterior cruciate ligament menghambat kariernya. Bahkan, transfernya ke Valencia senilai 12,5 juta euro harus batal karena gagal lolos tes kesehatan.
Gagal pindah ke Eropa membuat Rodrigo tetap bermain di Brasil. Dia kemudian meninggalkan Sao Paulo untuk membela Flamengo menemani Gabriel Barbosa. Hasilnya, Copa Libertadores 2019, Recopa Sudamericana 2020, Campeonato Brasileiro Serie A 2019 dan 2020, Supercopa do Brasil 2020, serta Campeonato Carioca 2019 dan 2020.
6. Walid El Karti (Maroko, 2015)
Saat memimpin Maroko mencapai final turnamen dan berakhir dengan penghargaan Pemain Terbaik, Walid El Karti diramalkan akan menjadi bintang di Eropa. Tapi, hingga saat ini, dia tetap bermain di kompetisi dalam negeri bersama salah satu klub elite Maroko, Wydad Casablanca.
Uniknya, 2 tahun sebelum merumput di Toulon Tournamen, El Karti bersama Maroko U-20 tampil di Palembang pada Islamic Solidarity Games. Pada pertandingan final melawan Indonesia U-23, dia mencetak gol penentu kemenangan 2-1 Maroko di Gelora Sriwijaya Jakabaring, 29 September 2013.
7. Ruben Loftus-Cheek (Inggris, 2016)
Ruben Loftus-Cheek masih tercatat sebagai pemain Chelsea. Tapi, berhubung The Blues memiliki skuad melimpah, gelandang berusia 25 tahun tersebut harus rela dipinjamkan ke klub lain. Sempat di Crystal Palace pada 2017/2018, Loftus-Cheek sekarang bermain untuk Fulham.
Kariernya untuk timnas juga baik-baik saja. Meski tidak dipanggil untuk pertandingan internasional bulan ini, kesempatan Loftus-Cheek masih terbuka lebar di bulan-bulan berikutnya.
8. David Brooks (Inggris, 2017)
David Brooks punya jalan cerita yang sedikit aneh terkait timnas. Pada 15 Mei 2017, dia dipanggil ke skuad Wales U-20 untuk Toulon Tournament karena ibunya berasal dari Wales da ayahnya dari Inggris. Tapi, Brooks menolak. Dia justru menerima panggilan Inggris U-20 untuk turnamen yang sama.
Beruntung, Inggris memenangkan turnamen dan Brooks dianugerahi penghargaan Pemain Terbaik setelah mencetak gol di final melawan Pantai Gading. Di turnamen yang juga diikuti Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri itu, Wales kandas di fase grup.
Anehnya, setelah turnamen, Brooks kembali dipanggil Wales U-21 untuk kualifiaksi Euro U-21 melawan Swiss dan Portugal. Tapi, kali ini dia menerimanya. Brooks melakukan debut pada 1 September 2017 dalam kemenangan 3-0 atas Swiss dan mencetak gol kedua Wales.
Pada 28 September 2017, Brooks dipanggil ke skuad senior Wales, untuk dua laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Georgia dan Irlandia. Dia membuat debut senior untuk Wales pada 10 November 2017 saat masuk sebagai pemain pengganti dalam kekalahan 0-2 melawan Prancis.
Untuk level klub, Brooks sekarang bermain untuk Bournemouth di Championship Division. Dia ikut bermain ketika The Charries terdegradasi dari Liga Premier musim lalu.
9. Diego Lainez (Maksiko, 2018)
Setelah penampilan yang membanggakan bersama Meksiko di Toulon Tournament, Diego Lainez kebanjiran tawaran. Pada transfer window musim dingin 2019, dia memutuskan menerima pindangan Real Betis. Los Verdiblancos harus membayar USD18 juta kepada Club America.
Dengan usianya yang baru 20 tahun, Lainez punya masa depan cerah. Apalagi, dia sudah memiliki 7 pertandingan untuk timnas senior. Panggilan timnas juga didapatkan Lainez pada akhir bulan ini saat Meksiko menggelar uji coba melawan Wales dan Kosta Rica pada 27 serta 30 Maret 2021.
10. Douglas Luiz (Brasil, 2019)
Beroperasi sebagai gelandang tengah, Douglas Luiz bermain untuk tim junior Brasil pada Copa America U-20 2017 dan Toulon Tournament 2019. Lalu, pada 19 November 2019, dia mendapatkan kesempatan menjalani debut senior ketika berujicoba melawan Korea Selatan.
Di usia 22 tahun, Luiz telah menjadi pemain yang semakin matang. Sempat dipinjamkan Manchester City ke Girona karena masalah izin kerja yang belum memenuhi syarat, dia sekarang menjadi salah satu pemain kunci Aston Villa.
Musim lalu, Luiz bermain 36 kali di Liga Premier atau total 42 pertandingan semua ajang. Untuk musim, dia sudah memiliki 19 pertandingan Liga Premier. Akibatnya, pada jeda internasional terakhir (November 2020), Luiz dipanggil Brasil untuk dua pertandingan kualifiakasi Piala Dunia 2022 Zona CONMEBOL melawan Venezuela dan Uruguay.