Nama itu berasal dari etnis Mandinka (Malinke). Lebih dari 99% orang Mandinka memeluk Islam.
Cissé adalah nama belakang yang umum dijumpai di Afrika Barat. Beberapa lainnya hijrah ke Eropa, khususnya Prancis. Dari sedikit nama itu, sejumlah kecil berprofesi sebagai pesepakbola profesional.
Nama itu berasal dari etnis Mandinka (Malinke). Mereka adalah kelompok orang yang hidup di Afrika Barat, terutama di selatan Mali, timur Guinea, dan hingga utara Pantai Gading. Dengan jumlah sekitar 11 juta jiwa, mereka adalah sub kelompok terbesar dari suku Mandé dan salah satu kelompok etnis-bahasa terbesar di Afrika.
Mereka berbicara dalam Bahasa Manding, yang masuk rumpun Bahasa Mande dan lingua franca di sebagian besar Afrika Barat. Lebih dari 99% orang Mandinka memeluk Islam. Mereka sebagian besar adalah petani subsisten dan tinggal di pedesaan. Pusat kota terbesar mereka adalah Bamako, yang kini menjadi Ibu Kota Mali.
Mandinka adalah keturunan Kekaisaran Mali, yang naik ke tampuk kekuasaan pada abad 13 di bawah pemerintahan Raja Sundiata Keita, yang mendirikan sebuah kerajaan yang akan membentang di sebagian besar Afrika Barat. Mereka bermigrasi ke barat Sungai Niger untuk mencari lahan pertanian yang lebih baik.
Saat ini, Mandinka mendiami wilayah sabana Sudanian Barat yang terbentang dari Gambia dan wilayah Casamance di Senegal hingga Pantai Gading. Meski tersebar luas, Mandinka merupakan kelompok etnis terbesar hanya ada di Mali, Guinea, dan Gambia. Kebanyakan Mandinka tinggal di kompleks yang berhubungan dengan keluarga di desa tradisional pedesaan.
Pada abad 16 hingga 19, banyak orang Mandinka ditangkap, diperbudak, dan dikirim ke Amerika. Mereka bercampur dengan budak dan pekerja dari etnis lain, menciptakan budaya Creole. Orang Mandinka secara signifikan mempengaruhi warisan Afrika dari orang-orang keturunan yang sekarang ditemukan di Brasil, Amerika Serikat bagian selatan dan Karibia.
Selain itu, akibat kolonialisme Prancis di Benua Hitam banyak yang pindah ke Eropa untuk mencari kehidupan yang layak. Mereka beranak pianak menjadi komunitas yang membaur dengan orang-orang di Benua Biru, hidup normal dan telah menjadi warga negara di sana.
Berikut peringkat 8 pesepakbola bernama Cissé, baik yang masih aktif sebagai pemain maupun yang sudah pensiun serta beralih profesi menjadi pelatih:
8. Abdoulaye Cissé (Pantai Gading)
Abdoulaye Cissé lahir di Adzopé, Pantai Gading. Tapi, dia memilih membela tim nasional Burkina Faso. Dia adalah anggota tim Piala Afrika 2004, yang finish terbawah selama fase grup. Untuk karier klub, Cissé memulainya di Prancis sebelum mencapai kesuksesan dengan sejumlah tim Mesir. Pada 2014/2015 dia membawa Zamalek juara Liga Premier Mesir.
7. Abdoulaye Cissé (Guinea)
Ada dua nama Abdoulaye Cissé di daftar ini. Yang ini berasal dari Guinea dan masih aktif bermain di Liga Super Serbia bersama Novi Pazar. Sebelumnya, dia bermain untuk Fello Star di Guinée Championnat National. Lalu, membela Angers di Ligue 1, kemudian Martigues dan Schiltigheim di Divisi IV Prancis. Cissé yang ini membela Guinea di Piala Afrika 2015.
6. Édouard Cissé (Prancis)
Édouard Cissé bermain untuk Prancis U-20 dan U-21. Meski memiliki keturunan Senegal dan memenuhi syarat untuk bermain di tim nasional, dia menolak dipanggil untuk pertandingan persahabatan melawan Korea Selatan.
Cissé mengawali karier di Pau FC pada 1997. Lalu, pindah ke AS Monaco, West Ham United, Paris Saint-Germain. Pada 28 Juni 2007, dipastikan bahwa Cissé telah menandatangani kontrak 2 tahun dengan Besiktas dengan bayaran 1,5 juta euro per tahun.
Dia bermain bagus dengan Fabian Ernst dan meninggalkan klub pada 3 Juni 2009 untuk menandatangani kontrak dengan Marseille. Pada 18 Agustus 2011, Cissé bergabung denga Auxerre dengan kontrak 2 tahun. Setelah itu, dia pergi pada 2013. Prestasi terbaiknya membantu Monaco menjadi runner-up Liga Champions, Besiktas juara Super Lig 2008/2009, dan Marseille juara Ligue 1 2009/2010.
5. Kalifa Cissé (Mali)
Kalifa Cissé saat ini tercatat sebagai anggota staf pelatih Bristol City. Dia lahir di Prancis, tapi memilih membela Mali di level internasional. Cissé membela Mali U-20 di Piala Dunia U-20 2003 dan menjalani debut melawan Argentina.
Dia menerima panggilan pertamanya ke tim senior Mali pada 20 Maret 2008 untuk Kualifikasi Piala Dunia 2010 menghadapi Sudan, yang dimenangkan negaranya 3-0. Cissé juga tampil melawan Liberia pada 9 Oktober 2010 pada Kualifikasi Piala Afrika, serta dalam pertandingan persahabatan melawan Kongo (17 November 2010), Pantai Gading (8 Februari 2011) dan Tunisia (10 Agustus 2011).
Di level klub, Cissé mengawalinya dari tim junior Toulouse sebelum pindah ke Portugal membela Estoril dan Boavista. Kemudian, bergabung dengan Reading, Bristol City, New England Revolution, Derby County, Bangkok United, Bangkok Glass, BEC Tero Sasana, dan pensiun pada 2019 sebagai pemain Central Coast Mariners.
4. Sekou Cissé (Pantai Gading)
Sekou Cissé adalah mantan penyerang yang pernah memperkuat Roda JC, Feyenoord, Genk, Sochaux, Gazélec Ajaccio, serta pensiun bersama Anorthosis Famagusta di Liga Siprus. Cissé pergi ke Benua Biru pada 2004 atas masukan Arouna Koné, yang ketika itu berseragam PSV Eindhoven.
Dia dipanggil untuk skuad pendahuluan Pantai Gading ke Piala Afrika 2008 yang akan berlangsung di Ghana. Tapi, dia justru terpilih membela Les Elephants di Olimpiade 2008 Beijing.
Sebelumnya, Cissé dan Pantai Gading U-23 ambil bagian pada Toulon Tournament di Prancis untuk kategori U-23. Mereka bermain bagus dan menempati peringkat 3. Cissé menjadi tulang punggung skuad dengan menjadi pencetak gol terbanyak turnamen dengan 4 gol.
3. Papiss Demba Cissé (Senegal)
Papiss Demba Cissé lahir di Dakar, 3 Juni 1985. Dia adalah pemain sepakbola profesional Senegal yang bermain sebagai striker untuk klub Super Lig, Fenerbahce, dan tim nasional Senegal. Namanya populer ketika membela Newcastle United di Liga Premier pada 2011-2016.
Sebelumnya, saat di Freiburg, Cissé pernah memegang rekor gol terbanyak yang dicetak oleh pemain Afrika dalam satu kampanye Bundesliga, yaitu 22 sepanjang musim 2010/2011. Itu musim yang sama ketuka Cissé memenangkan penghargaan EFFIFU sebagai striker paling efisien di liga elite Jerman.
Cissé menjadi pemain pemain nasional penuh sejak 2009. Dia telah mendapatkan lebih dari 30 caps untuk Senegal dan bermain padaa Piala Afrika 2012 dan 2015. Dirinya juga sempat menjadi kapten Senegal pada 2012 dan 2013. Jika ditotal, dia punya 36 caps dengan 17 gol.
2. Aliou Cissé (Senegal)
Aliou Cissé dikenal sebagai salah satu legenda sepakbola Senegal. Dia memimpin negara itu di dua Piala Dunia sebagai pemain maupun pelatih. Pada 2002, dia menjadi anggota skuad yang mengejutkan Prancis di Korea Selatan-Jepang. Sementara pada 2018, dia melatih Sadio Mane dkk di Rusia.
Sebagai pemain, dia membantu Senegal menjadi runner-up Piala Afrika 2002. Saat berganti posisi sebagai pelatih, runner-up Piala Afrika 2019 menjadi pencapaian terbaik Cissé.
Ketika aktif bermain sepakbola, Cissé membela banyak klub kuat Eropa. Dia pernah membela Lille, Sedan, Paris Saint-Germain (PSG), Montpellier, Birmingham City, Portsmouth, serta Nimes. Dia pensiun sebagai pemain di usia 33 tahun dan segera beralih profesi menjadi pelatih Senegal U-23.
1. Djibril Cissé (Prancis)
Djibril Cissé pantas berada di posisi pertama karena menjadi satu-satunya "Cissé" yang pernah menjuarai Liga Champions. Itu dia laklukan pada 2004/2005 bersama Liverpool. Dia juga menjuarai Piala FA 2005/2006 dan Piala Super Eropa 2005. Bersama Prancis, Cissé menjuarai Piala Konfederasi 2003.
Cissé memulai karier bersama Arles pada 1989 di usia 8 tahun. Setelah 7 tahun di klub, dia pindah ke Nimes sebelum bergabung dengan Auxerre. Setelah bermain untuk Auxerre selama 4 musim dan mencetak 90 gol dalam 166 penampilan, dia hijrah ke Liverpool pada 2004. Selama waktunya di Anfield, Cissé memainkan 79 pertandingan dan mencetak 24 gol.
Dia kemudian bermain di Yunani dengan Panathinaikos, di Italia dengan Lazio, di Qatar dengan Al-Gharafa, dan di Rusia dengan Kuban Krasnodar. Dia juga sempat membela Sunderland dan Queens Park Rangers (QPR), serta Marseille dan Bastia. Pada 2015, Cissé membuat satu penampilan untuk klub asal Reunion, JS Saint-Pierroise, sebelum pensiun dari sepakbola profesional.
Dalam perjalanan sebagai pemain, Cissé mengalami dua kali patah kakidi kedua kakinya yang sangat parah dan nyaris mengakhiri kariernya. Kaki kirinya patah pada 2004 saat berseragam Liverpool dan kaki kanannya pada 2006 ketika membela Prancis jelang Piala Dunia 2006.
Nama itu berasal dari etnis Mandinka (Malinke). Mereka adalah kelompok orang yang hidup di Afrika Barat, terutama di selatan Mali, timur Guinea, dan hingga utara Pantai Gading. Dengan jumlah sekitar 11 juta jiwa, mereka adalah sub kelompok terbesar dari suku Mandé dan salah satu kelompok etnis-bahasa terbesar di Afrika.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Xavi Berantem dengan Neymar Saat Parade Perayaan Barcelona
Kisah Xavi Berantem dengan Neymar Saat Parade Perayaan Barcelona
Selain itu, akibat kolonialisme Prancis di Benua Hitam banyak yang pindah ke Eropa untuk mencari kehidupan yang layak. Mereka beranak pianak menjadi komunitas yang membaur dengan orang-orang di Benua Biru, hidup normal dan telah menjadi warga negara di sana.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Rekrutan Terburuk di 5 Liga Top Eropa Musim Ini
10 Rekrutan Terburuk di 5 Liga Top Eropa Musim Ini
8. Abdoulaye Cissé (Pantai Gading)
Abdoulaye Cissé lahir di Adzopé, Pantai Gading. Tapi, dia memilih membela tim nasional Burkina Faso. Dia adalah anggota tim Piala Afrika 2004, yang finish terbawah selama fase grup. Untuk karier klub, Cissé memulainya di Prancis sebelum mencapai kesuksesan dengan sejumlah tim Mesir. Pada 2014/2015 dia membawa Zamalek juara Liga Premier Mesir.
7. Abdoulaye Cissé (Guinea)
Ada dua nama Abdoulaye Cissé di daftar ini. Yang ini berasal dari Guinea dan masih aktif bermain di Liga Super Serbia bersama Novi Pazar. Sebelumnya, dia bermain untuk Fello Star di Guinée Championnat National. Lalu, membela Angers di Ligue 1, kemudian Martigues dan Schiltigheim di Divisi IV Prancis. Cissé yang ini membela Guinea di Piala Afrika 2015.
6. Édouard Cissé (Prancis)
Édouard Cissé bermain untuk Prancis U-20 dan U-21. Meski memiliki keturunan Senegal dan memenuhi syarat untuk bermain di tim nasional, dia menolak dipanggil untuk pertandingan persahabatan melawan Korea Selatan.
Dia bermain bagus dengan Fabian Ernst dan meninggalkan klub pada 3 Juni 2009 untuk menandatangani kontrak dengan Marseille. Pada 18 Agustus 2011, Cissé bergabung denga Auxerre dengan kontrak 2 tahun. Setelah itu, dia pergi pada 2013. Prestasi terbaiknya membantu Monaco menjadi runner-up Liga Champions, Besiktas juara Super Lig 2008/2009, dan Marseille juara Ligue 1 2009/2010.
5. Kalifa Cissé (Mali)
Kalifa Cissé saat ini tercatat sebagai anggota staf pelatih Bristol City. Dia lahir di Prancis, tapi memilih membela Mali di level internasional. Cissé membela Mali U-20 di Piala Dunia U-20 2003 dan menjalani debut melawan Argentina.
Dia menerima panggilan pertamanya ke tim senior Mali pada 20 Maret 2008 untuk Kualifikasi Piala Dunia 2010 menghadapi Sudan, yang dimenangkan negaranya 3-0. Cissé juga tampil melawan Liberia pada 9 Oktober 2010 pada Kualifikasi Piala Afrika, serta dalam pertandingan persahabatan melawan Kongo (17 November 2010), Pantai Gading (8 Februari 2011) dan Tunisia (10 Agustus 2011).
Di level klub, Cissé mengawalinya dari tim junior Toulouse sebelum pindah ke Portugal membela Estoril dan Boavista. Kemudian, bergabung dengan Reading, Bristol City, New England Revolution, Derby County, Bangkok United, Bangkok Glass, BEC Tero Sasana, dan pensiun pada 2019 sebagai pemain Central Coast Mariners.
4. Sekou Cissé (Pantai Gading)
Sekou Cissé adalah mantan penyerang yang pernah memperkuat Roda JC, Feyenoord, Genk, Sochaux, Gazélec Ajaccio, serta pensiun bersama Anorthosis Famagusta di Liga Siprus. Cissé pergi ke Benua Biru pada 2004 atas masukan Arouna Koné, yang ketika itu berseragam PSV Eindhoven.
Dia dipanggil untuk skuad pendahuluan Pantai Gading ke Piala Afrika 2008 yang akan berlangsung di Ghana. Tapi, dia justru terpilih membela Les Elephants di Olimpiade 2008 Beijing.
Sebelumnya, Cissé dan Pantai Gading U-23 ambil bagian pada Toulon Tournament di Prancis untuk kategori U-23. Mereka bermain bagus dan menempati peringkat 3. Cissé menjadi tulang punggung skuad dengan menjadi pencetak gol terbanyak turnamen dengan 4 gol.
3. Papiss Demba Cissé (Senegal)
Papiss Demba Cissé lahir di Dakar, 3 Juni 1985. Dia adalah pemain sepakbola profesional Senegal yang bermain sebagai striker untuk klub Super Lig, Fenerbahce, dan tim nasional Senegal. Namanya populer ketika membela Newcastle United di Liga Premier pada 2011-2016.
Sebelumnya, saat di Freiburg, Cissé pernah memegang rekor gol terbanyak yang dicetak oleh pemain Afrika dalam satu kampanye Bundesliga, yaitu 22 sepanjang musim 2010/2011. Itu musim yang sama ketuka Cissé memenangkan penghargaan EFFIFU sebagai striker paling efisien di liga elite Jerman.
Cissé menjadi pemain pemain nasional penuh sejak 2009. Dia telah mendapatkan lebih dari 30 caps untuk Senegal dan bermain padaa Piala Afrika 2012 dan 2015. Dirinya juga sempat menjadi kapten Senegal pada 2012 dan 2013. Jika ditotal, dia punya 36 caps dengan 17 gol.
2. Aliou Cissé (Senegal)
Aliou Cissé dikenal sebagai salah satu legenda sepakbola Senegal. Dia memimpin negara itu di dua Piala Dunia sebagai pemain maupun pelatih. Pada 2002, dia menjadi anggota skuad yang mengejutkan Prancis di Korea Selatan-Jepang. Sementara pada 2018, dia melatih Sadio Mane dkk di Rusia.
Sebagai pemain, dia membantu Senegal menjadi runner-up Piala Afrika 2002. Saat berganti posisi sebagai pelatih, runner-up Piala Afrika 2019 menjadi pencapaian terbaik Cissé.
Ketika aktif bermain sepakbola, Cissé membela banyak klub kuat Eropa. Dia pernah membela Lille, Sedan, Paris Saint-Germain (PSG), Montpellier, Birmingham City, Portsmouth, serta Nimes. Dia pensiun sebagai pemain di usia 33 tahun dan segera beralih profesi menjadi pelatih Senegal U-23.
1. Djibril Cissé (Prancis)
Djibril Cissé pantas berada di posisi pertama karena menjadi satu-satunya "Cissé" yang pernah menjuarai Liga Champions. Itu dia laklukan pada 2004/2005 bersama Liverpool. Dia juga menjuarai Piala FA 2005/2006 dan Piala Super Eropa 2005. Bersama Prancis, Cissé menjuarai Piala Konfederasi 2003.
Cissé memulai karier bersama Arles pada 1989 di usia 8 tahun. Setelah 7 tahun di klub, dia pindah ke Nimes sebelum bergabung dengan Auxerre. Setelah bermain untuk Auxerre selama 4 musim dan mencetak 90 gol dalam 166 penampilan, dia hijrah ke Liverpool pada 2004. Selama waktunya di Anfield, Cissé memainkan 79 pertandingan dan mencetak 24 gol.
Dia kemudian bermain di Yunani dengan Panathinaikos, di Italia dengan Lazio, di Qatar dengan Al-Gharafa, dan di Rusia dengan Kuban Krasnodar. Dia juga sempat membela Sunderland dan Queens Park Rangers (QPR), serta Marseille dan Bastia. Pada 2015, Cissé membuat satu penampilan untuk klub asal Reunion, JS Saint-Pierroise, sebelum pensiun dari sepakbola profesional.
Dalam perjalanan sebagai pemain, Cissé mengalami dua kali patah kakidi kedua kakinya yang sangat parah dan nyaris mengakhiri kariernya. Kaki kirinya patah pada 2004 saat berseragam Liverpool dan kaki kanannya pada 2006 ketika membela Prancis jelang Piala Dunia 2006.