PSM tampil mengejutkan mengingat mereka 100 persen mengandalkan pemain lokal.
Di antara semifinalis Piala Menpora 2021, PSM Makassar yang paling berbeda. Juku Eja tidak diunggulkan karena menjalani persiapan yang kurang meyakinkan. Tapi, klub asal Sulawesi Selatan itu justru akan menantang Persija Jakarta di babak 4 besar.
PSM datang ke ajang pramusim dengan kondisi yang kurang ideal. Setelah vakum setahun, mereka harus menerima kenyataan pahit dihukum FIFA terkait tunggakan gaji salah satu pemain asing musim lalu.
Kondisi semakin kurang ideal karena beberapa pemain bagus PSM memutuskan meninggalkan Makassar. Selain para pemain import, termasuk Wiljan Pluim, beberapa pemain bintang lokal maupun naturalisasi juga memutuskan hengkang. Contohnya Ezra Walian dan Rizky Pellu.
Dengan persiapan seadanya, PSM ternyata mampu membangun kekuatan. Beberapa pemain lama yang bertahan seperti Yakob Sayuri, Zulham Zamrun, Hasyim Kipuw, Rasyid Bakri, atau Zulkifli Syukur tetap diandalkan. Begitu pula sejumlah muka baru yang sengaja dikontrak untuk Piala Menpora seperti Patrich Wanggai.
Status kuda hitam ternyata membuat para pemain tampil lepas. Mereka seperti tidak memiliki beban sehingga sanggup menampilkan semua kemampuan yang dimiliki.
Tidak adanya bintang juga menjadikan PSM mampu bermain dengan kolektivitas tinggi. Semangat juang para pemain juga terlihat sangat bagus. Mereka seperti tidak kenal lelah untuk berlari mengejar bola, menciptakan peluang, hingga berusaha mengeksekusi peluang-peluang yang didapatkan.
Berikut ini 5 fakta menarik perjalanan Juku Eja di Piala Menpora 2021:
1. Mengandalkan 100% produk lokal
Dari empat semifinalis Piala Menpora, hanya PSM yang mengandalkan 100% produk lokal Indonesia. Semua pemainnya berpaspor Indonesia. Mereka tidak memiliki pemain asing. Bahkan, pemain Indonesia yang berstatus naturalisasi juga sudah tidak ada lagi di skuad Juku Eja.
Bukan hanya pemain. Jajaran pelatih dan manajemen juga dihuni pemain-pemain berpaspor Garuda. Sebut saja pelatih kepala, Syamsudin Batola. Lalu, Herry Setiawan, Bahar Muharram, dan Syafril Usman (asisten pelatih). Begitu pula Hendro Kartiko (pelatih kiper).
"Seperti yang disampaikan oleh pelatih kami di awal babak penyisihan, bahwa inilah kesempatan buat para pemain lokal yang dipilih tampil di Piala Menpora untuk menunjukkan kualitas mereka. Karena dengan menunjukkan kualitas di turnamen ini, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan dipersiapkan untuk lanjutan Liga 1," ujar Zulkifli di situs resmi PT Liga Indonesia Baru.
2. Tidak pernah kalah sejak fase grup
Sejak memulai turnamen pramusim, PSM langsung mencuri perhatian. Juku Eja tampil sangat bagus untuk mengalahkan Persija Jakarta 2-0. Mereka melanjutkannya dengan pertandingan yang membanggakan melawan Bhayangkara FC (1-1) dan Borneo FC (2-2).
Lolos ke perempat final, giliran PSIS Semarang yang dikalahkan lewat adu penalti 4-2 setelah bermain imbang tanpa gol. Artinya, dari 4 pertandingan yang sudah dijalani, PSM tidak pernah mendapatkan kekalahan.
Diantara para semifinalis lainnya, hanya Persib Bandung yang memiliki catatan sama dengan PSM. Maung Bandung belum pernah kalah di Grup D dengan imbang melawan Bali United, serta menang melawan Persita Tangerang dan Persiraja Banda Aceh. Di perempat final, Persib mengalahkan Persebaya Surabaya.
3. Dilatih pahlawan PSM di Liga Indonesia 1999/2000
Ditinggal Bojan Hodak saat kompetisi 2020 dihentikan, PSM tidak mencari pengganti pelatih asing yang punya jam terbang tinggi. Manajemen justru menunjuk sang asisten lokal, Syamsudin Batola, untuk menukangi para pemain sementara waktu di Piala Menpora.
Bagi suporter PSM, Syamsudin bukan sosok asing. Dulu, dia berposisi sebagai pemain bertahan ketika Juku Eja meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Saat itu, PSM mengalahkan Pupuk Kaltim 3-2 pada pertandingan final bersejarah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
PSM juga menjadi tim terakhir yang dibela Syamsudin. Seusai bermain di tim kampung halaman dan merasakan gelar juara, dia memutuskan gantung sepatu. Mantan pemain Pupuk Kaltim dan Pelita Jaya Jakarta itu melanjutkan kariernya sebagai pelatih.
4. Punya 63 pelanggaran dan 11 kartu kuning
Salah satu yang membuat PSM unggul dari tim-tim pesaing lain di fase grup maupun perempat final adalah permainan yang keras. Fakta menunjukkan, PSM mempunyai 63 pelanggaran dari 4 pertandingan. Hasilnya, 11 kartu kuning dijatuhkan wasit. Hanya kartu merah yang belum diterima.
Pertandingan pertama melawan Persija menjadi yang paling keras. Saat itu, Juku Eja punya 21 pelanggaran dan 4 kartu kuning untuk Zulkifli, Kipuw, Wanggai, dan Hilman Syah. Tapi, Macan Kemayoran juga punya 24 pelanggaran. Bedanya, hanya Braif Fatary yang mendapatkan kartu kuning.
Uniknya, PSM memastikan akan terus bermain keras karena sudah menjadi ciri khas. "Harus dalam koridor fair play. Sebagai orang Makassar, pemain lokal itu menunjukkan semangatnya. Seperti dikatakan kapten tim saya (Zulkifli Syukur) ewako. Itu yang membuat pemain terpacu semangatnya untuk melawan Persija," kata Syamsudin.
"Kalau PSM bertemu Persija (di semifinal), anak-anak juga ingin menampilkan penampilan terbaik. Karena kita tahu Persija tim terbaik yang mempunyai pemain berkualitas, pemain asing yang bagus," tambah Syamsudin.
5. Yakob Sayuri pemain PSM paling berpengaruh
Yakob Sayuri benar-benar menjadi pemain berpengaruh PSM selama Piala Menpora. Selain mengelas 2 gol, pesepakbola asal Papua itu juga bermain sangat bagus untuk membuat pertahanan lawan-lawan Juku Eja kerepotan. Yakob tidak pernah berhenti berlari untuk mencari ruang umpan maupun eksekusi.
Uniknya, Yakob sebenarnya belum lama bermain di Liga 1. Dia baru bermain di kasta tertinggi pada 2019. Saat itu, dia bermain untuk Barito Putera. Tapi, berkat penampilan yang bagus, mantan pemain Persewar Waropen itu mendapatkan panggilan untuk mengikuti pemusatan latihan timnas U-23.
PSM datang ke ajang pramusim dengan kondisi yang kurang ideal. Setelah vakum setahun, mereka harus menerima kenyataan pahit dihukum FIFA terkait tunggakan gaji salah satu pemain asing musim lalu.
BACA FEATURE LAINNYA
Momen Assist Terbaik dalam Sejarah Liga Champions dari Alex Song
Momen Assist Terbaik dalam Sejarah Liga Champions dari Alex Song
Berikut ini 5 fakta menarik perjalanan Juku Eja di Piala Menpora 2021:
BACA FEATURE LAINNYA
Sam Johnstone Selanjutnya? 5 Pemain yang Kembali ke MU Setelah Merantau
Sam Johnstone Selanjutnya? 5 Pemain yang Kembali ke MU Setelah Merantau
1. Mengandalkan 100% produk lokal
Dari empat semifinalis Piala Menpora, hanya PSM yang mengandalkan 100% produk lokal Indonesia. Semua pemainnya berpaspor Indonesia. Mereka tidak memiliki pemain asing. Bahkan, pemain Indonesia yang berstatus naturalisasi juga sudah tidak ada lagi di skuad Juku Eja.
Bukan hanya pemain. Jajaran pelatih dan manajemen juga dihuni pemain-pemain berpaspor Garuda. Sebut saja pelatih kepala, Syamsudin Batola. Lalu, Herry Setiawan, Bahar Muharram, dan Syafril Usman (asisten pelatih). Begitu pula Hendro Kartiko (pelatih kiper).
2. Tidak pernah kalah sejak fase grup
Sejak memulai turnamen pramusim, PSM langsung mencuri perhatian. Juku Eja tampil sangat bagus untuk mengalahkan Persija Jakarta 2-0. Mereka melanjutkannya dengan pertandingan yang membanggakan melawan Bhayangkara FC (1-1) dan Borneo FC (2-2).
Diantara para semifinalis lainnya, hanya Persib Bandung yang memiliki catatan sama dengan PSM. Maung Bandung belum pernah kalah di Grup D dengan imbang melawan Bali United, serta menang melawan Persita Tangerang dan Persiraja Banda Aceh. Di perempat final, Persib mengalahkan Persebaya Surabaya.
3. Dilatih pahlawan PSM di Liga Indonesia 1999/2000
Ditinggal Bojan Hodak saat kompetisi 2020 dihentikan, PSM tidak mencari pengganti pelatih asing yang punya jam terbang tinggi. Manajemen justru menunjuk sang asisten lokal, Syamsudin Batola, untuk menukangi para pemain sementara waktu di Piala Menpora.
Bagi suporter PSM, Syamsudin bukan sosok asing. Dulu, dia berposisi sebagai pemain bertahan ketika Juku Eja meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Saat itu, PSM mengalahkan Pupuk Kaltim 3-2 pada pertandingan final bersejarah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
PSM juga menjadi tim terakhir yang dibela Syamsudin. Seusai bermain di tim kampung halaman dan merasakan gelar juara, dia memutuskan gantung sepatu. Mantan pemain Pupuk Kaltim dan Pelita Jaya Jakarta itu melanjutkan kariernya sebagai pelatih.
4. Punya 63 pelanggaran dan 11 kartu kuning
Salah satu yang membuat PSM unggul dari tim-tim pesaing lain di fase grup maupun perempat final adalah permainan yang keras. Fakta menunjukkan, PSM mempunyai 63 pelanggaran dari 4 pertandingan. Hasilnya, 11 kartu kuning dijatuhkan wasit. Hanya kartu merah yang belum diterima.
Pertandingan pertama melawan Persija menjadi yang paling keras. Saat itu, Juku Eja punya 21 pelanggaran dan 4 kartu kuning untuk Zulkifli, Kipuw, Wanggai, dan Hilman Syah. Tapi, Macan Kemayoran juga punya 24 pelanggaran. Bedanya, hanya Braif Fatary yang mendapatkan kartu kuning.
Uniknya, PSM memastikan akan terus bermain keras karena sudah menjadi ciri khas. "Harus dalam koridor fair play. Sebagai orang Makassar, pemain lokal itu menunjukkan semangatnya. Seperti dikatakan kapten tim saya (Zulkifli Syukur) ewako. Itu yang membuat pemain terpacu semangatnya untuk melawan Persija," kata Syamsudin.
"Kalau PSM bertemu Persija (di semifinal), anak-anak juga ingin menampilkan penampilan terbaik. Karena kita tahu Persija tim terbaik yang mempunyai pemain berkualitas, pemain asing yang bagus," tambah Syamsudin.
5. Yakob Sayuri pemain PSM paling berpengaruh
Yakob Sayuri benar-benar menjadi pemain berpengaruh PSM selama Piala Menpora. Selain mengelas 2 gol, pesepakbola asal Papua itu juga bermain sangat bagus untuk membuat pertahanan lawan-lawan Juku Eja kerepotan. Yakob tidak pernah berhenti berlari untuk mencari ruang umpan maupun eksekusi.
Uniknya, Yakob sebenarnya belum lama bermain di Liga 1. Dia baru bermain di kasta tertinggi pada 2019. Saat itu, dia bermain untuk Barito Putera. Tapi, berkat penampilan yang bagus, mantan pemain Persewar Waropen itu mendapatkan panggilan untuk mengikuti pemusatan latihan timnas U-23.