Dia adalah pria berkumis pada saat Mourinho mencolek mata Tito Vilanova.
Masih ingat colekan tangan Jose Mourinho ke mata asisten pelatih Pep Guardiola, almarhum Tito Vilanova, di Supercopa de Espana 2011? Dalam foto dan rekaman yang viral, terdapat pria berkumis yang jadi saksi mata. Di mana dia sekarang?

Pada 17 Agustus 2011, Barcelona menjamu Real Madrid pada leg kedua Supercopa di Camp Nou. Pertandingan tersebut berselisih 3 hari dari leg pertama di Estadio Santiago Bernabeu, ketika David Villa, Lionel Messi, Mesut Oezil, dan Xabi Alonso sama-sama mencetak 1 gol untuk membuat skor akhir 2-2.

Dengan hasil imbang di pertemuan pertama, laga kedua dipastikan panas. Apalagi, perang psikologis sudah terjadi selama beberapa pekan terakhir. Era itu, rivalitas Barcelona dan Madrid juga sedang memuncak dengan keberadaan Mourinho, Guardiola, Messi, hingga Cristiano Ronaldo.

Prediksi terbukti ketika duel kick-off. Meski butuh skor imbang, Barcelona tetap menyerang. Sementara Madrid melawan dengan melancarkan serangan-serangan balik mematikan, pertahanan parkir bus, dan pelanggaran-pelanggaran keras. 

Saat itu, Francesc Satorra atau yang dikenal sebagai "The Observer" berada di antara bench Barcelona dan Madrid. Dia bukan inspektur pertandingan yang ditugaskan Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF) atau La Liga yang memiliki kewenangan di lapangan. 

Satorra merupakan karyawan Barcelona dan merupakan bagian dari panitia pelaksana pertandingan (panpel) leg kedua Supercopa. Dia bertugas di bagian logistik yang bertanggung jawab atas proses penyelenggaraan duel.  

Kewenangan Satorra bukan menghentikan laga jika ada masalah terkait regulasi atau teknis permainan. Dia hanya bertugas mengurusi hal-hal penunjang laga seperti papan penunjuk pergantian pemain, bendera sudut, mikrofon, bola, garis lapangan yang terhapus, hingga mengawasi orang-orang yang berhak berada di bench.

Tugas Satorra juga mengarahkan para awak media di posisinya masing-masing. Fotografer ditempatkan di sudut-sudut yang telah ditentukan. Sementara wartawan tulis diletakkan di tribune. Dia akan mengatur mereka ketika sesi konferensi pers dilaksanakan. Begitu pula saat di mixed zone. 

Uniknya, Satorra mendadak terkenal dan dijuluki The Observer (Sang Pengawas) karena menjadi orang yang berada di depan Mourinho dan Vilanova ketika insiden memalukan yang legendaris di El Clasico itu terjadi. 

Wajahnya yang retro dengan kumis dan rambut ikal membuat Satorra terkenal ke seluruh dunia dan masih dibicarakan orang hingga hari ini. Dia menggambarkan momen antara Vilanova dan Mourinho itu sebagai salah satu perkelahian terburuk yang pernah dilihatnya di Camp Nou. 

"Itu sudah mendekati akhir pertandingan. Saya keluar (dari lorong) dan saya menemukan Mourinho akan menyambut (bersalaman dengan) Tito. Tapi, dia (justru) menusuk matanya. Tidak percaya selama beberapa detik. Tito meresponsnya. Gambar itu muncul di seluruh dunia," kata Satorra dalam wawancara dengan Tu Diras di RAC 1 pada 2019.

"Setelah itu berakhir, kami membereskan semuanya. Semuanya biasa-biasa saja. Lalu, orang-orang memberitahu saya bahwa itu adalah topik yang sedang tren. Saya tidak tahu apa artinya saat itu. Setelah itu mereka memanggil saya The Observer," tambah Satorra.

"Itu adalah sesuatu yang menjadi bagian dari citra saya. Sejak hari itu orang ingin berfoto dengan saya. Mereka membuat kemeja dengan gambar saya. Dan banyak pemain ingin berfoto dengan saya. Saat saya pulang dan melihat berita, wajah saya ada di mana-mana. Itu lucu," ungkap Satorra.

Satorra menyebutkan bahwa hubungan antara Mourinho dengan orang-orang di Barcelona sebenarnya biasa-biasa saja. Begitu pula dirinya dengan pelatih asal Portugal tersebut. Apalagi, Mourinho pernah bekerja di Camp Nou sebagai penerjemah Sir Bobby Robson dan asisten Louis van Gaal.

"Apakah saya mengenal dia sebelumnya? Tentu saja. Semua orang di sini (Barcelona) juga tahu dia. Kami memiliki hubungan yang baik dengannya. Dia adalah orang normal. Kami saling menyapa, mengingat dia pernah berada di Barcelona bersama kami," ujar Satorra.

"Dia adalah orang yang sangat dekat dengan kami (saat di Barcelona). Kemudian dia memenangkan gelar, melatih di level teratas, dan mungkin saja bisa sedikit berubah. Bagaimana anda bertindak dan berperilaku mengubah anda? Itu bisa terjadi pada siapa saja," lanjut Satorra.

Setelah pertandingan yang ikonik itu, Satorra tetap bekerja seperti biasa di Camp Nou. Dia bekerja sebagai karyawan klub Katalunya tersebut sejak 1978. Setelah 41 tahun berdinas, Satorra pensiun pada 2019. Sebuah perpisahan meriah digelar presiden El Barca saat itu, Josep Maria Bartomeu, di sela-sela laga melawan Levante.

"Saya adalah karyawan (Barcelona) dan saya tidak bisa melakukan wawancara tanpa izin klub. Mereka tidak memberi tahu saya bahwa akan ada penghormatan. Presiden membawa saya ke baris pertama (tribune) dan saya muncul di layar. Saya akan mengingatnya selamanya," ungkap Satorra.

Pertandingan terakhir Satorra bersama Barcelona adalah melawan Real Sociedad di La Liga 2018/2019. Setelah laga itu selesai, rekan-rekan sekantor maupun para pemain Barcelona menghampiri Sotorra untuk mengucapkan selamat jalan. Beberapa pemain memberinya jersey yang digunakan lengkap dengan tanda tangannya.

"Saya melakukan hal yang sama seperti biasa. Saya mengambil beberapa foto di lapangan, di Camp Nou. Saya tidak memperhatikan peraturan dan saya pergi ke lapangan," ucap Satorra.

"Sudah 41 musim saya bekerja di sini. Saya mulai dengan (Josep Lluis) Nunez. Saa bertemu banyak pemain dan pelatih hebat. Juga presiden-presiden yang luar biasa. Saya telah melakukan segalanya. Saya dekat dengan pers. Saya diberi tugas untuk menjaga jurnalis," pungkas Satorra.