Ada Fabio Cannavaro (Guangzhou FC), Slaven Bilic (Beijing Guoan), atau Jordi Cruyff (Shenzhen FC).
Setelah J1 League di Jepang dan K League 1 di Korea Selatan, Chinese Super League (CSL) kick-off. Anehnya, semua pertandingan berlangsung normal dengan kehadiran ribuan penonton dan tanpa protokol kesehatan, seolah-olah tidak pernah ada Covid-19 yang menguncang dunia.
Kompetisi kasta tertinggi di Negeri Tirai Bambu itu resmi diluncurkan pada 20 April 2021. Guangzhou FC (dulu Guangzhou Evergrande) bertemu Guangzhou City (dulu Guangzhou R&F) di Guangzhou Tianhe Stadium.
Yang mengejutkan komunitas sepakbola internasional bukan hasil akhirnya yang imbang 2-2. Bukan pula posisi Fabio Cannavaro sebagai pelatih kepala dan adiknya, Paolo Cannavaro, sebagai asisten. Atau, penunjukan Jean-Paul van Gastel sebagai pengganti Giovanni van Bronckhorst di City.
Orang-orang di seluruh dunia, khususnya suporter sepakbola, kaget karena CSL mengizinkan kehadiran penonton. Itu bukan kapasitas terbatas 20% seperti yang terjadi di Jepang dan Malaysia. CSL musim ini berlangsung normal tanpa pembatasan kehadiran fans. Bahkan, pada Derby Guangzhou, stadion diisi lebih dari 30.000 penonton. Mereka berdesak-desakan di tribune!
Situasi itu memunculkan kembali perdebatan lama tentang keberadaan Covid-19 yang sebenarnya. Apakah virus ini benar-benar muncul secara alami dibawa hewan atau memang sengaja diciptakan negara tertentu untuk melemahkan negara lain.
Di media sosial, banyak penggemar sepakbola dari seluruh dunia yang menyalahkan China. Sentimen terhadap kick-off CSL juga negatif. Banyak yang kecewa karena fakta menunjukkan hampir semua liga papan atas Eropa dan Amerika Latin belum mengizinkan kehadiran suporter di stadion.
Namun, terlepas dari hal itu, fakta menunjukkan CSL memang sudah bergulir setelah sempat terseok-seok musim lalu. Ada sejumlah hal yang berubah dari kompetisi elite di Negeri Tirai Bambu tersebut pada musim ini.
Berikut ini 5 fakta menarik terkait Liga Super China 2021:
1. Tidak diikuti juara bertahan, Jiangsu Suning, yang bubar
Biasanya, juara bertahan kompetisi akan mendapatkan kesempatan untuk mempertahankan gelar pada edisi berikutnya. Tapi, yang terjadi di CSL musim ini berbanding terbalik 180 derajat. Dari 16 tim peserta, tidak terdapat sang juara musim lalu, Jiangsu Suning.
Klub yang dimiliki bos besar Inter Milan itu bubar, beberapa pekan setelah berganti nama menjadi Jiangsu FC. Pada 28 Februari 2021, perusahaan induk mengumumkan operasional tim sepakbola dan akademi berhenti total.
"Sebenarnya kami enggan berpisah dengan para pemain yang telah memenangkan penghargaan tertinggi bagi kami, dan penggemar yang telah berbagi solidaritas dengan klub. Tapi, kami dengan menyesal harus membuat pengumuman," kata Jiangsu dalam sebuah pernyataan resminya ketika itu, dilansir BBC Sport.
Pada awal Februari, CEO Jiangsu, Zhang Jindong, sebenarnya telah memberi isyarat jelas ketika berbicara kepada media. "Kami akan fokus pada bisnis ritel dengan tegas dan tanpa ragu-ragu akan menutup dan mengurangi bisnis kami yang tidak relevan dengan ritel," ujar Zhang.
Salah satu penyebab Suning mundur adalah regulasi baru yang mengharuskan klub melepaskan identitas pemilik klub. Akibatnya, Jiangsu harus menghilangkan kata "Suning". Selain itu, Pemerintah China juga mulai menarik subsidi kepada sepakbola dengan cara menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
2. Perubahan nama klub dengan menghilangkan identitas sponsor
Demi kepentingan primodialisme dan untuk membangun ikatan emosional antara klub dengan warga kota tempat tim bermarkas, CSL mewajibkan semua klub menghilangkan nama perusahaan atau sponsor. Mereka harus menggunakan nama kota, provinsi, desa, atau daerah tempat asal mereka.
Sebagai konsekuensinya, Guangzhou R&F berubah menjadi Guangzhou City dan Guangzhou Evergrande Taobao menjadi Guangzhou FC. Lalu, Shandong Luneng Taishan menjadi Shandong Taishan, Shanghai SIPG menjadi Shanghai Port, Shijiazhuang Ever Bright menjadi Cangzhou Mighty Lions setelah pindah ke Cangzhou.
Ada lagi Tianjin TEDA menjadi Tianjin Jinmen Tiger, Qingdao Huanghai menjadi Qingdao FC, Shanghai Greenland Shenhua menjadi Shanghai Shenhua, Hebei China Fortune menjadi Hebei FC, Wuhan Zall menjadi Wuhan FC, Henan Jianye menjadi Henan Songshan Longmen. Selanjutnya, Chongqing Dangdai Lifan menjadi Chongqing Liangjiang Athletic dan Beijing Sinobo Guoan menjadi Beijing Guoan.
3. Pemberlakuan salary cap
Untuk mencegah terulangnya manuver gila-gilaan klub pada masa lalu ketika mendatangkan pemain-pemain bintang berharga mahal seperti Carlos Tevez, Alexandre Pato, Hulk, Gervinho, atau Jackson Martinez yang tidak masuk akal, CSL musim ini menerapkan salary cap atau pembatasan gaji.
Gaji pemain asing di CSL sekarang ditetapkan 3 juta euro (Rp52,4 miliar) dan pemain domestik dibatasi hingga 5 juta yuan (Rp11,2 miliar) sebelum pajak. Klub dapat membelanjakan tidak lebih dari 600 juta yuan (Rp1,3 triliun) untuk total gaji semua pemain dalam semusim.
"Pengeluaran klub CSL sekitar 10 kali lebih tinggi dari K-League dan 3 kali lebih tinggi dari J-League. Tapi, tim nasional kita tertinggal jauh. Gelembung tidak hanya mempengaruhi masa kini sepakbola Cina, melainkan juga masa depannya," kata Presiden Asosiasi Sepakbola China (CFA), Chen Xuyuan, dikutip ESPN.
4. Hanya ada 1 tim promosi dari China League One
Changchun Yatai akan menjadi satu-satunya klub China League One (kasta kedua) yang mendapatkan kesempatan promosi ke CSL. Changchun kembali ke kasta elite setelah terdegradasi pada akhir musim 2018. Mereka menghabiskan 2 musim di League One sebelum kembali ke CSL.
Bagi suporter Persipura Jayapura, Changchun bukan klub asing. Pasa fase grup Liga Champions Asia 2010, mereka membantai Mutiara Hitam 9 gol tanpa balas di Nanling Stadium dalam cuaca dingin dan hujan salju. Tapi, ketika bermain di Stadion Mandala yang panas dan lembab, Persipura gantian menang 2-0.
5. Diperkuat aktor-aktor sepakbola top internasional
Seperti musim-musim sebelumnya, CSL 2021 juga tetap akan menampilkan nama-nama terkenal di sepakbola internasional. Dari barisan pelatih ada Fabio Cannavaro (Guangzhou FC), Slaven Bilic (Beijing Guoan), atau Jordi Cruyff (Shenzhen FC).
Untuk pemain terdapat nama seperti Paulinho, Mousa Dembele, Marouane Fellaini, Marko Arnautovic, Mubarak Wakaso, hingga Stephane Mbia. Ada pula beberapa pemain naturalisasi yang berstatus anggota tim nasional China seperti Alan Carvalho, Aloisio, Elkeson, Fernando Henrique, atau Ricardo Goulart.
Kompetisi kasta tertinggi di Negeri Tirai Bambu itu resmi diluncurkan pada 20 April 2021. Guangzhou FC (dulu Guangzhou Evergrande) bertemu Guangzhou City (dulu Guangzhou R&F) di Guangzhou Tianhe Stadium.
BACA VIRAL LAINNYA
Kisah Aubameyang Kirim Tweet Aneh Sebelum Menghapus Akun Twitter
Kisah Aubameyang Kirim Tweet Aneh Sebelum Menghapus Akun Twitter
BACA FEATURE LAINNYA
10 Pelatih Termuda di Liga Premier, Ryan Mason Baru 29 Tahun
10 Pelatih Termuda di Liga Premier, Ryan Mason Baru 29 Tahun
Berikut ini 5 fakta menarik terkait Liga Super China 2021:
Biasanya, juara bertahan kompetisi akan mendapatkan kesempatan untuk mempertahankan gelar pada edisi berikutnya. Tapi, yang terjadi di CSL musim ini berbanding terbalik 180 derajat. Dari 16 tim peserta, tidak terdapat sang juara musim lalu, Jiangsu Suning.
Klub yang dimiliki bos besar Inter Milan itu bubar, beberapa pekan setelah berganti nama menjadi Jiangsu FC. Pada 28 Februari 2021, perusahaan induk mengumumkan operasional tim sepakbola dan akademi berhenti total.
Pada awal Februari, CEO Jiangsu, Zhang Jindong, sebenarnya telah memberi isyarat jelas ketika berbicara kepada media. "Kami akan fokus pada bisnis ritel dengan tegas dan tanpa ragu-ragu akan menutup dan mengurangi bisnis kami yang tidak relevan dengan ritel," ujar Zhang.
Salah satu penyebab Suning mundur adalah regulasi baru yang mengharuskan klub melepaskan identitas pemilik klub. Akibatnya, Jiangsu harus menghilangkan kata "Suning". Selain itu, Pemerintah China juga mulai menarik subsidi kepada sepakbola dengan cara menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
2. Perubahan nama klub dengan menghilangkan identitas sponsor
Demi kepentingan primodialisme dan untuk membangun ikatan emosional antara klub dengan warga kota tempat tim bermarkas, CSL mewajibkan semua klub menghilangkan nama perusahaan atau sponsor. Mereka harus menggunakan nama kota, provinsi, desa, atau daerah tempat asal mereka.
Sebagai konsekuensinya, Guangzhou R&F berubah menjadi Guangzhou City dan Guangzhou Evergrande Taobao menjadi Guangzhou FC. Lalu, Shandong Luneng Taishan menjadi Shandong Taishan, Shanghai SIPG menjadi Shanghai Port, Shijiazhuang Ever Bright menjadi Cangzhou Mighty Lions setelah pindah ke Cangzhou.
Ada lagi Tianjin TEDA menjadi Tianjin Jinmen Tiger, Qingdao Huanghai menjadi Qingdao FC, Shanghai Greenland Shenhua menjadi Shanghai Shenhua, Hebei China Fortune menjadi Hebei FC, Wuhan Zall menjadi Wuhan FC, Henan Jianye menjadi Henan Songshan Longmen. Selanjutnya, Chongqing Dangdai Lifan menjadi Chongqing Liangjiang Athletic dan Beijing Sinobo Guoan menjadi Beijing Guoan.
3. Pemberlakuan salary cap
Untuk mencegah terulangnya manuver gila-gilaan klub pada masa lalu ketika mendatangkan pemain-pemain bintang berharga mahal seperti Carlos Tevez, Alexandre Pato, Hulk, Gervinho, atau Jackson Martinez yang tidak masuk akal, CSL musim ini menerapkan salary cap atau pembatasan gaji.
Gaji pemain asing di CSL sekarang ditetapkan 3 juta euro (Rp52,4 miliar) dan pemain domestik dibatasi hingga 5 juta yuan (Rp11,2 miliar) sebelum pajak. Klub dapat membelanjakan tidak lebih dari 600 juta yuan (Rp1,3 triliun) untuk total gaji semua pemain dalam semusim.
"Pengeluaran klub CSL sekitar 10 kali lebih tinggi dari K-League dan 3 kali lebih tinggi dari J-League. Tapi, tim nasional kita tertinggal jauh. Gelembung tidak hanya mempengaruhi masa kini sepakbola Cina, melainkan juga masa depannya," kata Presiden Asosiasi Sepakbola China (CFA), Chen Xuyuan, dikutip ESPN.
4. Hanya ada 1 tim promosi dari China League One
Changchun Yatai akan menjadi satu-satunya klub China League One (kasta kedua) yang mendapatkan kesempatan promosi ke CSL. Changchun kembali ke kasta elite setelah terdegradasi pada akhir musim 2018. Mereka menghabiskan 2 musim di League One sebelum kembali ke CSL.
Bagi suporter Persipura Jayapura, Changchun bukan klub asing. Pasa fase grup Liga Champions Asia 2010, mereka membantai Mutiara Hitam 9 gol tanpa balas di Nanling Stadium dalam cuaca dingin dan hujan salju. Tapi, ketika bermain di Stadion Mandala yang panas dan lembab, Persipura gantian menang 2-0.
5. Diperkuat aktor-aktor sepakbola top internasional
Seperti musim-musim sebelumnya, CSL 2021 juga tetap akan menampilkan nama-nama terkenal di sepakbola internasional. Dari barisan pelatih ada Fabio Cannavaro (Guangzhou FC), Slaven Bilic (Beijing Guoan), atau Jordi Cruyff (Shenzhen FC).
Untuk pemain terdapat nama seperti Paulinho, Mousa Dembele, Marouane Fellaini, Marko Arnautovic, Mubarak Wakaso, hingga Stephane Mbia. Ada pula beberapa pemain naturalisasi yang berstatus anggota tim nasional China seperti Alan Carvalho, Aloisio, Elkeson, Fernando Henrique, atau Ricardo Goulart.