Pemain legendaris yang berjuluk Si Wajah Bayi. Berjaya bersama Parma.
Sejak 1958, hanya ada satu pemain Swedia di skuad All-Star Piala Dunia. Bukan Henrik Larsson atau Zlatan Ibrahimovic. Dia adalah Tomas Brolin di Piala Dunia 1994! Tapi, karier eks striker Parma itu berakhir di usia 28 tahun dan segera beralih profesi menjadi pedagang vacuum cleaner.

Bakat sepakbola Brolin sudah terlihat sejak kanak-kanak. Bahkan, pertandingan profesional pertama pria kelahiran Hudiksvall, 29 November 1969, itu bersama Nasvikens IK melawan Kilafors tercipta pada 1984 dalam usia 14 tahun!

Selanjutnya, Brolin membuat 36 penampilan untuk klub kasta keempat di kompetisi Swedia tersebut. GIF Sundsvall lalu melihat bakat Brolin dan menawarinya kontrak. Di sana, dia dapat melanjutkan pendidikan formalnya sambil mengembangkan karier sepakbola secara profesional. Debutnya pada 1987 melawan IF Elfsborg. 

Setelah 3 musim di Sundsvall, Brolin pindah ke IFK Norrkoping. Di sana, dia mencetak 7 gol dalam 9 pertandingan musim semi 1990. Tak lama kemudian, salah satu klub top Italia di era 1990-an, Parma, datang dengan proposal menggiurkan. 

Pada 1990 atau tepat setelah I Ducali dipromosikan kembali ke Serie A, Brolin bergabung ke Stadio Ennio Tardini. Dia dengan cepat membentuk kemitraan yang efektif dengan Alessandro Melli. Keduanya mencetak 20 gol (13  Melli, 7 Brolin) untuk membawa Parma finish kelima di musim pertama Serie A. 

Pada 1991/1992, Brolin bermain di semua laga Serie A yang dijalani Parma. Dia mencetak 4 gol dan Parma finish di urutan keenam. Bonusnya, mereka menjuarai Coppa Italia, yang berlanjut dengan memenangkan Piala Winners 1992/1993. 

Dalam sejarah Parma, itu adalah era kejayaan. Selain Brolin atau Melli, klub juga memiliki megabintang Kolombia, Faustino Asprilla, dan pemain Argentina, Sergio Berti. Ada lagi Claudio Taffarel, Georges Gruen, Gianfranco Zola, hingga Massimo Crippa. Pelatihnya, Nevio Scala.

Sukses Brolin di Parma berlanjut bersama tim nasional. Pada Euro 1992, dia menjadi topskor bersama Henrik Larsen, Dennis Bergkamp, dan Karl-Heinz Riedle dengan 3 gol. Lalu, ketika Piala Dunia 1994 digelar di Amerika Serikat (AS), Brolin mencapai puncak karier.

Brolin pergi ke Negeri Paman Sam dalam kondisi terbaik di usia emas 24 tahun. Meski memiliki sekelompok pemain berbakat, Swedia tidak diunggulkan. Apalagi, pada pertandingan pertama fase grup, The Yellow Vikings hanya sanggup bermain imbang dengan Kamerun.

Segalanya membaik dalam pertandingan berikutnya kontra Rusia. Dengan Brolin bermain di belakang Martin Dahlin dan Kennet Andersson yang memiliki postur tinggi menjulang, Swedia menang 3-1. Lalu, pada duel terakhir Swedia bermain imbang 1-1 dengan favorit turnamen, Brasil.

Brolin akhirnya sanggup mencetak 3 gol untuk Swedia di Piala Dunia. Dia membawa negaranya menempati posisi ketiga dan terpilih menjadi anggota tim All-Star Piala Dunia 1994.  

Saat di perempat final melawan Rumania, dia mencetak salah satu gol paling terkenal dalam sejarah turnamen. Saat Swedia mendapatkan tendangan bebas, semua orang mengharapkan Stefan Schwarz yang menembak. Tapi, Schwarz melompati bola dan Hakan Mild mengoper melewati pagar betis menuju Brolin. Bola langsung disambar untuk menjadi gol.

Sayang, selepas Piala Dunia, Brolin mengalami nasib yang kurang baik. Pada 16 November 1994 di Stadion Rasunda, Stockholm, dia mengalami patah kaki dalam pertandingan kualifikasi Euro 1996. 

Saat cedera datang, Parma sedang unggul 2 poin di puncak klasemen Serie A 1994/1995. Tapi, saat dia kembali pada 23 April 1995, Parma sudah tertinggal 8 poin dari pemuncak klasemen, yang akhirnya menjadi juara, yaitu Juventus. 

Meski sudah sembuh, Brolin harus menemukan kembali sentuhan terbaiknya. Kondisi semakin sulit setelah Parma mendatangkan Hristo Stoichkov dari Barcelona seharga 6,5 juta pounds. Akibatnya, pada 17 November 1995, dia menandatangani kontrak 2,5 tahun dengan Leeds United.

Keputusan pergi ke Elland Road harus disesali Brolin. Dia tidak banyak bermain. Dia dipinjamkan ke FC Zurich, Parma, dan pindah secara permanen ke Crystal Palace. "Posisi saya adalah salah satu poin utama. Juga pelatih yang buruk. Saya menyukai Yorkshire karena fans luar biasa. Mereka tahu ada yang tidak beres, dan itu bukan salah saya," ujar Brolin pada 2018 kepada Four Four Two.

Media Inggris sempat menyebut Brolin sengaja bermain buruk saat Leeds kalah 5 gol tanpa balas dari Liverpool. Konon, itu sebagai bentuk protes karena Brolin dimainkan di sayap kanan, bukan di depan.

"Saya tidak pernah sengaja bermain buruk. Tapi, saya tidak bisa bermain baik di sayap dan saya sudah memberi tahu pelatih. Saya telah mencetak 2 gol dalam laga sebelumnya melawan West Ham dan semua orang mengatakan saya adalah pembelian terbaik Leeds. Tapi, pelatih menempatkan saya di kanan dan saya keluar dari tim. Itu aneh," ungkap Brolin.

Setelah gagal di Inggris bersama Leeds dan Palace, Brolin memutuskan pulang kampung. Dia bermain 1 kali untuk Hudiksvall ABK di Division 2 Norrland 1998. Brolin mengambil keputusan final pensiun di usia 28 tahun.

"Awalnya menyenangkan pergi latihan setiap hari dengan Palace. Tapi, pada akhirnya itu tidak lagi menyenangkan. Saya memikirkannya selama musim panas dan memutuskan untuk berhenti. Itu bukan karena cedera. Jika anda ingin terus bermain di level tinggi, anda harus berlatih setiap hari. Tapi, saya tidak tertarik lagi," ujar Brolin.

Setelah pensiun, Brolin bantir kemudi. Dia tidak beraktivitas di olahraga. Tidak melatih, mengurus klub, agen pemain, atau apa saja yang berkaitan dengan sepakbola. Brolin menjadi pedagang alat pembersih debu dengan merek dagang Twinner Pro.

Itu bukan sembarang vacuum cleaner. Itu adalah pembersih debu jenis baru, yang diklaim lebih bersih dari produk sejenis buatan pabrik lain. Bahkan, Brolin sendirilah yang merancang, membangun brand, dan menawarkan produk itu kepada orang-orang di Swedia, Skandinavia, Eropa, dan ke seluruh dunia.

"Saya memiliki proyek lain di kepala saya. Ketika saya berhenti bermain, seorang penemu datang kepada saya dengan ide barunya tentang penyedot debu dan saya membuka perusahaan itu," ucap Brolin.

"Jika pada Desember tahun itu saya ingin bermain lagi, saya akan kembali. Tapi, perasaan itu tidak pernah datang dan sekarang sudah 20 tahun lebih. Semua orang mengatakan usia 28 masih muda untuk pensiun. Tapi, itu tergantung apa yang telah anda lakukan di sepakbola. Saya telah melakukan banyak hal," tambah Brolin.

Di waktu luang, Brolin juga terlibat dalam kompetisi poker di negaranya. Dia bukan pemain sembarangan. Dia punya kemampuan yang layak mendapatkan acungan dua jempol.

"Saya terlibat dalam poker untuk sementara waktu karena saya adalah pernah menjadi model iklan untuk sebuah perusahaan taruhan. Sekarang, saya jarang bermain poker. Tapi, itu sangat menyenangkan. Saya memainkannya selama sekitar 10 tahun," pungkas pemilik 47 caps dan 27 gol untuk The Yellow Vikings itu.