Dari semua momen indah di Real Madrid, Xabi pernah mengalami satu kepahitan juga.
Xabi Alonso adalah pemenang Liga Champions bersama Real Madrid , dan memiliki banyak waktu bahagia di klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu, tetapi satu waktu Xabi pernah mengungkapkan satu momen yang membuatnya ingin berkemas dari Madrid.
Menghabiskan lima musim di sana, Xabi Alonso hampir memenangkan segalanya. Mulai dari La Liga Santander pada tahun 2012, diiringi dengan Copa del Rey dua kali, serta Liga Champions pada 2014.
Tapi dari semua momen indah itu. Xabi pernah mengalami kepahitan juga. Dan di antara yang paling menempel di ingatannya, ialah kekalahan 0-5 dari Barcelona pada tahun 2010 di Camp Nou.
Ketika itu menit baru menunjukkan ke-17 Xavi Hernandez dan Perdo Rodriguez memberi Blaugrana keunggulan dua gol, sebelum akhirnya David Villa ikut-ikutan menyarangkan dua gol dan Jeffren menambah satu gol penyempurna di babak kedua.
"Kami tahu pada saat itu jika kami terlalu baik mereka akan menghajar kami," kata Alonso kepada podcast Jamie Carragher.
"Pertandingan liga di Camp Nou kami kalah 0-5 dan itu adalah malam terburuk yang pernah saya alami di lapangan sepak bola. Setelah 20 menit saya ingin pergi, pulang, mandi dan pulang," Kata Xabi menambahkan.
"Itu sangat menyakitkan. Itu memberi kami tekad yang besar. Kami harus menjadi bagus atau kami tidak akan mengalahkan mereka di musim depan."
Kita tahu, musim itu, Real Madrid hanya mampu finish di urutan kedua. Dengan membiarkan Barcelona mengangkat trofi La Liga. Andai saja Xabi Alonso tiba belakangan di Real Madrid, ia tak akan berucap kesialan di atas. Dan asal tahu saja Xabi pernah mengungkapkan alasan di balik keputusannya menolak Real Madrid dan memutuskan bergabung dengan Liverpool pada tahun 2004.
Lain halnya di Real Madrid, Xabi menunjukkan satu ingatan yang baik di Liverpool, tapi sebelumnya mari kita dengar penuturan Xabi tentang proses kepindahannya,
"Musim panas itu, ada minat nyata dari Real Madrid," kata Alonso,
"Ada pembicaraan di antara klub-klub besar, termasuk Real Madri, tapi itu memakan waktu lama. Karena itu berlangsung lama, saya berkata 'apa yang terjadi, apakah mereka menginginkan saya?'
"Pada tahap itu, Liverpool datang dengan minat yang sangat kuat. Ketika saya merasakannya, saya berbicara dengan [mantan pelatih Liverpool] Rafa [Benitez] dan [mantan ketua] Rick Parry datang untuk mencoba dan merekrut saya."
"Saya melihat ketertarikan yang nyata dan saya merasa 'wow', itu sangat penting bagi saya. Saya berubah pikiran dan saya berkata 'saya harus ke Liverpool' karena Rafa meyakinkan saya.
"Saya tahu tentang klub dan kotanya, tapi saya tidak tahu banyak lainnya. Saya berkata dalam hati 'Xabi, ini akan menjadi pengalaman baru pertama Anda'."
"Saya pergi ke sana dengan pikiran terbuka, dan siap untuk belajar secepat mungkin," pungkasnya.
Dan di Anfield ada kebahagiaan yang selalu dikenang Alonso. Ia selau mengingat bagaimana perasaannya di babak pertama dalam final Liga Champions 2005, yang mempertemukan Liverpool dengan Ac Milan.
Itu peristiwa bersejarah besar yang sulit dilupakan siapa saja. AC Milan sempat unggul tiga gol dalam 45 menit pertama.
"Saya marah pada diri saya sendiri, berpikir 'kita tidak bisa membuangnya [peluang] begitu saja, ini adalah kesempatan yang indah'," kata Alonso.
Dan semua berubah di sisa waktu. Dalam kurun 6 menit Liverpool mencetak 3 gol balasan penyama kedudukan. Satu di antaranya dilesatkan oleh Xabi Alonso lewat titik putih. Dan itu memaksa pertandingan berlanjut hingga adu penalti di waktu tambahan.
Hasil akhirnya kita tahu. Liverpool keluar sebagai kampiun. Dan Xabi Alonso bergembira tanpa batas.
Menghabiskan lima musim di sana, Xabi Alonso hampir memenangkan segalanya. Mulai dari La Liga Santander pada tahun 2012, diiringi dengan Copa del Rey dua kali, serta Liga Champions pada 2014.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Pesepakbola Liga Premier yang Dikultuskan
10 Pesepakbola Liga Premier yang Dikultuskan
"Itu sangat menyakitkan. Itu memberi kami tekad yang besar. Kami harus menjadi bagus atau kami tidak akan mengalahkan mereka di musim depan."
BACA FEATURE LAINNYA
Shevchenko: Pemain Milan Tak Ada yang Mau Lihat Replay Final Istanbul
Shevchenko: Pemain Milan Tak Ada yang Mau Lihat Replay Final Istanbul
Lain halnya di Real Madrid, Xabi menunjukkan satu ingatan yang baik di Liverpool, tapi sebelumnya mari kita dengar penuturan Xabi tentang proses kepindahannya,
"Ada pembicaraan di antara klub-klub besar, termasuk Real Madri, tapi itu memakan waktu lama. Karena itu berlangsung lama, saya berkata 'apa yang terjadi, apakah mereka menginginkan saya?'
"Saya melihat ketertarikan yang nyata dan saya merasa 'wow', itu sangat penting bagi saya. Saya berubah pikiran dan saya berkata 'saya harus ke Liverpool' karena Rafa meyakinkan saya.
"Saya tahu tentang klub dan kotanya, tapi saya tidak tahu banyak lainnya. Saya berkata dalam hati 'Xabi, ini akan menjadi pengalaman baru pertama Anda'."
"Saya pergi ke sana dengan pikiran terbuka, dan siap untuk belajar secepat mungkin," pungkasnya.
Dan di Anfield ada kebahagiaan yang selalu dikenang Alonso. Ia selau mengingat bagaimana perasaannya di babak pertama dalam final Liga Champions 2005, yang mempertemukan Liverpool dengan Ac Milan.
Itu peristiwa bersejarah besar yang sulit dilupakan siapa saja. AC Milan sempat unggul tiga gol dalam 45 menit pertama.
"Saya marah pada diri saya sendiri, berpikir 'kita tidak bisa membuangnya [peluang] begitu saja, ini adalah kesempatan yang indah'," kata Alonso.
Dan semua berubah di sisa waktu. Dalam kurun 6 menit Liverpool mencetak 3 gol balasan penyama kedudukan. Satu di antaranya dilesatkan oleh Xabi Alonso lewat titik putih. Dan itu memaksa pertandingan berlanjut hingga adu penalti di waktu tambahan.
Hasil akhirnya kita tahu. Liverpool keluar sebagai kampiun. Dan Xabi Alonso bergembira tanpa batas.