Sepak terjang pria Italia itu telah membuat Inter Milan juara Serie A. Sebaliknya, Real Madrid terancam gagal mendapatkan piala. Kok, bisa?
Antonio Pintus bukan pelatih terkenal layaknya Antonio Conte atau Zinedine Zidane. Sebab, dia hanya pelatih fisik dan kebugaran. Tapi, sepak terjang pria Italia itu telah membuat Inter Milan juara Serie A. Sebaliknya, Real Madrid terancam gagal mendapatkan piala. Kok, bisa?
Berasal dari Turin, pria kelahiran 26 September 1962 tersebut dikenal sebagai salah satu pelatih fisik jempolan di Serie A. Dia memulai karier pada 1986 bersama klub lokal di Turin, ASD Settimo.
Kemampuan Pintus bersama Settimo menarik perhatian Giovanni Trapattoni. Ketika Mr.Trap dipercaya menukangi Juventus pada 1991, Pintus ditunjuk sebagai pelatih fisik yang bertugas menangani kebugaran para pemain. Saat itu, Pintus baru berusia 29 tahun dan belum lama lulus dari universitas.
Di Vinovo, Pintus membuat metode latihan fisik yang sederhana, tapi memiliki hasil luar biasa. Latihan ala Pintus tidak berat dan dikombinasikan pola makan. Pemain-pemain La Vecchia Signora juga tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Tapi, produk yang dihasilkan mampu membuat mereka berlari 90 menit tanpa lelah.
Berkat cara melatih yang baik, Pintus tetap dipertahankan ketika Trapattoni meninggalkan Juventus pada 1994. Penggantinya, Marcello Lippi, secara khusus meminta Pintus bekerja untuknya.
Sejarah kemudian mencatat, kolaborasi Lippi dengan Pintus membuat Juventus memasuki salah satu era keemasan dalam sejarah klub. Di musim pertama, Juventus mencatat gelar juara Serie A pertama sejak 1985/1986. Gelar itu dilengkapi dengan Coppa Italia.
Kesuksesan itu tak lepas dari keberadaan sejumlah pemain hebat dengan kemampuan fisik luar biasa. Sebut saja Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli, hingga Alessandro del Piero muda.
Kemudian, Juventus meraih Supercoppa Italiana pertama dalam sejarah dan menjuarai Liga Champions pada musim berikutnya. Saat itu, La Vecchia Signora mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti setelah bermain imbang 1-1. Fabrizio Ravanelli mencetak gol untuk Juventus.
Era itu tidak berhenti setelah menjuarai Liga Champions. Dengan tambahan pemain-pemain top seperti Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi, dan Edgar Davids, Juventus memenangkan Serie A 1996/1997 dan 1997/1998, Piala Super Eropa 1996, serta Piala Intercontinental 1996.
Juventus kembali mencapai pertandingan puncak Liga Champions 1996/1997. Tapi, dikalahkan Borussia Dortmund. La Vecchia Signora juga kembali tampil di final ajang elite Benua Biru itu pada 1997/1998. Tapi, dikalahkan Real Madrid.
Setelah Lippi pergi, Pintus juga ikut meninggalkan Turin. Dia hijrah ke Chelsea ketika sejumlah lulusan Serie A bermukim di Stamford Bridge. Pintus menjadi pelatih fisik di era Gianluca Vialli. Dia harus menangani pemain-pemain legendaris seperti Dennis Wise, Gustavo Poyet, Tore Andre Flo, hingga Roberto di Matteo.
Di era tersebut, Chelsea mulai menggeliat. Dengan fisik pemain yang bagus dan rentan cedera, The Blues memang belum bisa menjuarai Liga Premier. Tapi, mereka sukses mendapatkan Piala FA, Piala Liga, Charity Shield, Piala Winners, hingga Piala Super Eropa.
Saat Vialli berhenti, Pintus juga pergi. Dia melanjutkan karier di Udinese, AS Monaco, kembali sebentar ke Juventus sebelum pergi ke Inggris lagi untuk bergabung dengan West Ham United. Kemudian, dia ke Marseille, Palermo, dan Sunderland.
Ketika Zidane ditunjuk melatih Madrid, Pintus dipanggil ke Estadio Santiago Bernabeu. Itu seperti reuni sekaligus bentuk nyata ucapan terima kasih Zizou kepada sang mantan pelatih kebugaran. Sebab, berkat Pintus saat di Juventus, Zidane memiliki fisik hebat, tidak mudah cedera, dan karier yang gemilang.
Kolaborasi Pintus dengan Zidane di Madrid tidak perlu dijabarkan lagi. Itu adalah era ketika Los Blancos menguasai Spanyol, Eropa, dan dunia. Tiga gelar juara Liga Champions beruntun menjadi persembahan Pintus kepada Zidane.
Tapi, yang paling penting adalah Pintus membuat para pemain Madrid tahan banting lewat program kebugaran dan diet khususnya. Buktinya, pemain yang rentan cedera seperti Gareth Bale mampu menemukan performa terbaik. Begitu pula Cristiano Ronaldo, yang pulang dari Euro 2016 dengan cedera, langsung on fire saat musim baru dimulai.
Sayangnya hubungan Pintus dan Zidane memburuk. Hal itu terkait momen ketika Zidane meninggalkan Madrid pada akhir musim 2017/2018. Saat meninggalkan Madrid, Pintus justru bertahan. Padahal, hampir semua staf pelatih Zidane seperti David Bettoni dan Hamidou Msaidie ikut hengkang.
Kedatangan Julien Lopetegui ke Madrid juga tidak membuat Pintus terbuang. Meski pelatih kebugaran diambil alih Oscar Caro, Pintus tetap bertahan. Saat Lopetegui digantikan Santiago Solari, Pintus kembali ke posisinya. Dia baru benar-benar meninggalkan Spanyol ketika Zidane kembali untuk periode kedua. Pintus pergi dan diwaktu yang sama datang tawaran membantu Antonio Conte di Inter.
Situasi itu disyukuri Inter, tapi disesali Madrid. Fakta menunjukkan, kehilangan Pintus membuat para pemain Los Blancos rentan cedera. Sergio Ramos, Marcelo, Marco Asensio, Eder Militao, hingga Thibaut Courtois berkali-kali cedera. Itu belum termasuk Eden Hazard yang sempat kelebihan berat badan.
Sebaliknya, keberadaan Pintus di Inter membawa berkah. Lihat saja bagaimana dia membuat Romelu Lukaku berada dalam performa terbaik. Padahal, saat di Manchester United (MU), penyerang asal Belgia itu dianggap tambun.
Pintus juga berhasil membuat Alexis Sanchez kembali menemukan kebugaraan yang sempat hilang di Inggris. Begitu pula Matteo Darmian, Ashley Young, hingga Lautaro Martinez yang sanggup berlari kencang selama 90 menit tanpa henti. Dan, yang paling penting musim ini Conte tidak hanya ditinggalkan pemain yang cedera.
"Selalu bermain adalah hal yang sulit dan itulah mengapa latihan personal sangat penting. Ketika anda dalam posisi penuh persiapan, otot akan bisa tetap segar, meski anda tampil 7 kali dalam 20 hari," ujar Pintus kepada La Gazzetta dello Sport.
"Bagi saya dan Conte, kekuatan adalah aspek yang paling penting. Saya tidak mengikuti tren, tapi saya setuju dengan pelatih bahwa untuk meraih target-target, anda harus berlatih dengan baik. Untuk mengatasi kelelahan, kami menggunakan terapi pengeringan otot, bekerja dalam hal postur, pemijatan, dan mengisi kembali tenaga yang hilang dengan pemberian nutrisi yang tepat," tambah Pintus.
Berkolaborasi dengan Matto Pincella sebagai ahli nutrisi, Pintus sukses membuat pemain Inter terlihat ramping, tapi kuat. "Dibandingkan musim lalu, ada banyak pemain yang mengalami penurunan berat badan dan kadar lemak dalam tubuh. Itu berkat Matteo," ujar Pintus.
Puncak dari semua hasil kerja Pintus adalah gelar Serie A pertama setelah puasa sejak era Jose Mourinho. I Nerazzurri juara dengan keunggulan poin signifikan dari tim-tim besar Italia lain, khususnya Juventus.
Berasal dari Turin, pria kelahiran 26 September 1962 tersebut dikenal sebagai salah satu pelatih fisik jempolan di Serie A. Dia memulai karier pada 1986 bersama klub lokal di Turin, ASD Settimo.
BACA FEATURE LAINNYA
7 Pemain Bola Kelas Dunia yang Juga Seorang Musisi
7 Pemain Bola Kelas Dunia yang Juga Seorang Musisi
Kesuksesan itu tak lepas dari keberadaan sejumlah pemain hebat dengan kemampuan fisik luar biasa. Sebut saja Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli, hingga Alessandro del Piero muda.
BACA VIRAL LAINNYA
Klub Ini Terpaksa Main 7 Pemain karena Covid-19, 8 Menit Kebobolan 3 Gol
Klub Ini Terpaksa Main 7 Pemain karena Covid-19, 8 Menit Kebobolan 3 Gol
Era itu tidak berhenti setelah menjuarai Liga Champions. Dengan tambahan pemain-pemain top seperti Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi, dan Edgar Davids, Juventus memenangkan Serie A 1996/1997 dan 1997/1998, Piala Super Eropa 1996, serta Piala Intercontinental 1996.
Setelah Lippi pergi, Pintus juga ikut meninggalkan Turin. Dia hijrah ke Chelsea ketika sejumlah lulusan Serie A bermukim di Stamford Bridge. Pintus menjadi pelatih fisik di era Gianluca Vialli. Dia harus menangani pemain-pemain legendaris seperti Dennis Wise, Gustavo Poyet, Tore Andre Flo, hingga Roberto di Matteo.
Saat Vialli berhenti, Pintus juga pergi. Dia melanjutkan karier di Udinese, AS Monaco, kembali sebentar ke Juventus sebelum pergi ke Inggris lagi untuk bergabung dengan West Ham United. Kemudian, dia ke Marseille, Palermo, dan Sunderland.
Ketika Zidane ditunjuk melatih Madrid, Pintus dipanggil ke Estadio Santiago Bernabeu. Itu seperti reuni sekaligus bentuk nyata ucapan terima kasih Zizou kepada sang mantan pelatih kebugaran. Sebab, berkat Pintus saat di Juventus, Zidane memiliki fisik hebat, tidak mudah cedera, dan karier yang gemilang.
Kolaborasi Pintus dengan Zidane di Madrid tidak perlu dijabarkan lagi. Itu adalah era ketika Los Blancos menguasai Spanyol, Eropa, dan dunia. Tiga gelar juara Liga Champions beruntun menjadi persembahan Pintus kepada Zidane.
Tapi, yang paling penting adalah Pintus membuat para pemain Madrid tahan banting lewat program kebugaran dan diet khususnya. Buktinya, pemain yang rentan cedera seperti Gareth Bale mampu menemukan performa terbaik. Begitu pula Cristiano Ronaldo, yang pulang dari Euro 2016 dengan cedera, langsung on fire saat musim baru dimulai.
Sayangnya hubungan Pintus dan Zidane memburuk. Hal itu terkait momen ketika Zidane meninggalkan Madrid pada akhir musim 2017/2018. Saat meninggalkan Madrid, Pintus justru bertahan. Padahal, hampir semua staf pelatih Zidane seperti David Bettoni dan Hamidou Msaidie ikut hengkang.
Kedatangan Julien Lopetegui ke Madrid juga tidak membuat Pintus terbuang. Meski pelatih kebugaran diambil alih Oscar Caro, Pintus tetap bertahan. Saat Lopetegui digantikan Santiago Solari, Pintus kembali ke posisinya. Dia baru benar-benar meninggalkan Spanyol ketika Zidane kembali untuk periode kedua. Pintus pergi dan diwaktu yang sama datang tawaran membantu Antonio Conte di Inter.
Situasi itu disyukuri Inter, tapi disesali Madrid. Fakta menunjukkan, kehilangan Pintus membuat para pemain Los Blancos rentan cedera. Sergio Ramos, Marcelo, Marco Asensio, Eder Militao, hingga Thibaut Courtois berkali-kali cedera. Itu belum termasuk Eden Hazard yang sempat kelebihan berat badan.
Sebaliknya, keberadaan Pintus di Inter membawa berkah. Lihat saja bagaimana dia membuat Romelu Lukaku berada dalam performa terbaik. Padahal, saat di Manchester United (MU), penyerang asal Belgia itu dianggap tambun.
Pintus juga berhasil membuat Alexis Sanchez kembali menemukan kebugaraan yang sempat hilang di Inggris. Begitu pula Matteo Darmian, Ashley Young, hingga Lautaro Martinez yang sanggup berlari kencang selama 90 menit tanpa henti. Dan, yang paling penting musim ini Conte tidak hanya ditinggalkan pemain yang cedera.
"Selalu bermain adalah hal yang sulit dan itulah mengapa latihan personal sangat penting. Ketika anda dalam posisi penuh persiapan, otot akan bisa tetap segar, meski anda tampil 7 kali dalam 20 hari," ujar Pintus kepada La Gazzetta dello Sport.
"Bagi saya dan Conte, kekuatan adalah aspek yang paling penting. Saya tidak mengikuti tren, tapi saya setuju dengan pelatih bahwa untuk meraih target-target, anda harus berlatih dengan baik. Untuk mengatasi kelelahan, kami menggunakan terapi pengeringan otot, bekerja dalam hal postur, pemijatan, dan mengisi kembali tenaga yang hilang dengan pemberian nutrisi yang tepat," tambah Pintus.
Berkolaborasi dengan Matto Pincella sebagai ahli nutrisi, Pintus sukses membuat pemain Inter terlihat ramping, tapi kuat. "Dibandingkan musim lalu, ada banyak pemain yang mengalami penurunan berat badan dan kadar lemak dalam tubuh. Itu berkat Matteo," ujar Pintus.
Puncak dari semua hasil kerja Pintus adalah gelar Serie A pertama setelah puasa sejak era Jose Mourinho. I Nerazzurri juara dengan keunggulan poin signifikan dari tim-tim besar Italia lain, khususnya Juventus.