Tahun ini menjalani musim terbaik bersama dengan Lille di Ligue 1.
Umumnya, pelatih akan bertumpu pada penyerang muda ketika menjalani pertandingan tim nasional selevel Piala Eropa atau Piala Dunia. Tapi, yang terjadi pada Senol Gunes dan Turki di Euro 2020 justru bertumpu pada striker berusia 35 tahun. Dia adalah Burak Yilmaz.
Setelah satu setengah dekade menghabiskan sebagian besar waktunya di tanah airnya, kecuali dua tahun di China, Yilmaz akhirnya mendapatkan kesempatan bermain di salah satu dari lima liga ternama Eropa. Pada musim panas 2020, dia bergabung dengan Lille.
Yilmaz memiliki karier awal yang aneh. Putra mantan kiper, Fikret Yilmaz, itu dimatangkan di Akademi Antalyaspor. Dia juga menjadi andalan tim junior Turki. Pada usia 20, dia telah memimpin Antalyaspor promosi ke kompetisi papan atas Turki. Lalu, dia mendapatkan empat caps senior dan pindah ke klub yang lebih besar, Besiktas.
Namun, Besiktas berbeda dengan Antalyaspor. Di sana, dia berjuang untuk mencetak gol sehingga harus menerima kenyataan dibuang ke Manisaspor.
Hanya bermain sebentar di Manisaspor, Yilmaz kembali Istanbul. Dia membela klub besar lainnya, Fenerbahce. Lagi-lagi, dia gagal mencetak gol dipinjamkan lagi sebelum akhirnya dipindahkan ke Trabzonspor sebagai pemain pengganti dalam kesepakatan untuk Gokhan Unal.
Baru di Trabzonspor pada 2010, dalam usia 25, karier Yilmaz akhirnya melejit. Dia rajin mencetak gol selama 2,5 musim di sana, termasuk 33 gol dalam 31 pertandingan liga pada 2011/2012.
Performa tersebut membawa Yilmaz kembali ke Istanbul lagi. Kali ini, Galatasaray yang mengontraknya. Beda dengan Besiktas dan Fenerbahce, langkah maju dilakukan dengan mudah. Dua gelar liga diikuti selama empat musim di sana. Begitu pula dengan lebih banyak caps dan gol untuk Turki.
Ketika Liga Super China berkembang, Yilmaz juga tertarik dengan tawaran gaji selangit. Dia pindah ke Beijing Guoan pada 5 Februari 2016 dengan transfer 8 juta euro dengan 2 juta euro diantaranya diberikan kepada Trabzonspor.
Yilmaz kembali ke Turki setelah dua musim di Negeri Tirai Bambu. Saat itu, dia sudah menginjak usia 30 tahun. Tapi, dalam tiga musim, masing-masing satu setengah musim di Trabzonspor dan Besiktas, gol terus mengalir, meski berulang kali mengalami cedera otot.
Tapi, ketika kontraknya habis di Besiktas tahun lalu, hanya sedikit yang membayangkan langkah selanjutnya adalah Ligue 1. Dia telah dikaitkan dengan klub-klub di liga top Eropa Barat sebelumnya.
Ternyata, itu adalah bisnis yang menguntungkan untuk Lille. Mereka mendatangkan Yilmaz dengan gratis. Dia datang untuk mengisi tempat pemuda berusia 21 tahun asal Nigeria, Victor Osimhen, yang baru saja dijual ke Napoli dengan 80 juta euro. Bagi Lille, itu seperti menang lotre.
Ditangani Christophe Galtier, Yilmaz benar-benar tampil membanggakan. Menjalani debut sebagai pemain pengganti Jonathan David pada menit 64, Yilmaz melakukan debut di Ligue 1 melawan Rennais pada 22 Agustus 2020. Laga berakhir imbang 1-1.
Lalu, pada pekan keenam, Yilmaz mencetak gol liga pertamanya melawan Strasbourg saat Lille unggul 3-0 pada 4 Oktober 2020. Lalu, pada 25 April 2021, dia mencetak dua gol dalam kemenangan 3-2 atas Lyon.
Sempat cedera otot dan membuatnya absen dari Januari hingga Maret 2021, Yilmaz secara konsisten menunjukkan eksistensinya penting untuk Lille. Sejauh ini dia sudah mencetak 17 gol dari 32 laga semua ajang. Khusus Ligue 1, Yilmaz mengoleksi 15 gol dari 27 pekan yang dilalui.
"Burak Yilmaz adalah salah satu pemain yang terbiasa memenangkan gelar di Turki. Dia pergi ke klub-klub besar. Kami melihatnya dalam semua persiapan. Dia fokus pada persaingan. Dia adalah salah satu kekuatan pendorong di balik permainan ini. Dia sangat menentukan," puji Galtier, dikutip Planet Football.
Dengan satu laga tersisa, Lille unggul 1 poin dari PSG. Laga terakhir berlangsung 23 Mei 2021 malam waktu Prancis atau 24 Mei 2021 dini hari WIB. Mereka akan mempertahankan keunggulan jika mengalahkan Angers. Pada saat bersamaan, PSG bertemu Brest.
"Saya menyaksikan semua yang terjadi di Paris, Monaco, dan Lyon. Dan para pemain depanlah yang membuat perbedaan," ucap Galtier.
Jika pada akhirnya juara, itu akan menjadi suntikan motivasi besar buat Turki yang akan menghadapi pertandingan-pertandingan berat Euro 2020. Mereka tergabung di Grup A bersama Italia, Wales dan Swiss. Bahkan, pertandingan pembukaan di Stadio Olimpico, Roma, akan mempertemukan Turki dengan Italia.
"Yang saya tahu, Yilmaz adalah pemain yang mencetak gol ketika dia memiliki kesempatan. Kami memberinya kesempatan," kata mantan rekan Yilmaz di Besiktas yang sekarang juga bermain di Ligue 1 membela Lyon, Marcelo.
Selain Yilmaz, Turki juga akan mengandalkan sejumlah nama populer, Sebut saja Zeki Celik (Lille), Mert Muldur (Sassuolo), Merih Demiral (Juventus), Ozan Kabak (Liverpool), Caglar Soyuncu (Leicester City), Hakan Calhanoglu (AC Milan), Cengiz Under (Leicester City), hingga Enes Unal (Getafe).
Setelah satu setengah dekade menghabiskan sebagian besar waktunya di tanah airnya, kecuali dua tahun di China, Yilmaz akhirnya mendapatkan kesempatan bermain di salah satu dari lima liga ternama Eropa. Pada musim panas 2020, dia bergabung dengan Lille.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah 10 Pemain yang Pernah Berubah Fungsi Menjadi Kiper
Kisah 10 Pemain yang Pernah Berubah Fungsi Menjadi Kiper
Performa tersebut membawa Yilmaz kembali ke Istanbul lagi. Kali ini, Galatasaray yang mengontraknya. Beda dengan Besiktas dan Fenerbahce, langkah maju dilakukan dengan mudah. Dua gelar liga diikuti selama empat musim di sana. Begitu pula dengan lebih banyak caps dan gol untuk Turki.
BACA FEATURE LAINNYA
Blak-Blakan Soal Momen di Luar Lapangan, Messi Buka Alasan Tak Cukur Jenggot
Blak-Blakan Soal Momen di Luar Lapangan, Messi Buka Alasan Tak Cukur Jenggot
Yilmaz kembali ke Turki setelah dua musim di Negeri Tirai Bambu. Saat itu, dia sudah menginjak usia 30 tahun. Tapi, dalam tiga musim, masing-masing satu setengah musim di Trabzonspor dan Besiktas, gol terus mengalir, meski berulang kali mengalami cedera otot.
Ternyata, itu adalah bisnis yang menguntungkan untuk Lille. Mereka mendatangkan Yilmaz dengan gratis. Dia datang untuk mengisi tempat pemuda berusia 21 tahun asal Nigeria, Victor Osimhen, yang baru saja dijual ke Napoli dengan 80 juta euro. Bagi Lille, itu seperti menang lotre.
Lalu, pada pekan keenam, Yilmaz mencetak gol liga pertamanya melawan Strasbourg saat Lille unggul 3-0 pada 4 Oktober 2020. Lalu, pada 25 April 2021, dia mencetak dua gol dalam kemenangan 3-2 atas Lyon.
Sempat cedera otot dan membuatnya absen dari Januari hingga Maret 2021, Yilmaz secara konsisten menunjukkan eksistensinya penting untuk Lille. Sejauh ini dia sudah mencetak 17 gol dari 32 laga semua ajang. Khusus Ligue 1, Yilmaz mengoleksi 15 gol dari 27 pekan yang dilalui.
"Burak Yilmaz adalah salah satu pemain yang terbiasa memenangkan gelar di Turki. Dia pergi ke klub-klub besar. Kami melihatnya dalam semua persiapan. Dia fokus pada persaingan. Dia adalah salah satu kekuatan pendorong di balik permainan ini. Dia sangat menentukan," puji Galtier, dikutip Planet Football.
Dengan satu laga tersisa, Lille unggul 1 poin dari PSG. Laga terakhir berlangsung 23 Mei 2021 malam waktu Prancis atau 24 Mei 2021 dini hari WIB. Mereka akan mempertahankan keunggulan jika mengalahkan Angers. Pada saat bersamaan, PSG bertemu Brest.
"Saya menyaksikan semua yang terjadi di Paris, Monaco, dan Lyon. Dan para pemain depanlah yang membuat perbedaan," ucap Galtier.
Jika pada akhirnya juara, itu akan menjadi suntikan motivasi besar buat Turki yang akan menghadapi pertandingan-pertandingan berat Euro 2020. Mereka tergabung di Grup A bersama Italia, Wales dan Swiss. Bahkan, pertandingan pembukaan di Stadio Olimpico, Roma, akan mempertemukan Turki dengan Italia.
"Yang saya tahu, Yilmaz adalah pemain yang mencetak gol ketika dia memiliki kesempatan. Kami memberinya kesempatan," kata mantan rekan Yilmaz di Besiktas yang sekarang juga bermain di Ligue 1 membela Lyon, Marcelo.
Selain Yilmaz, Turki juga akan mengandalkan sejumlah nama populer, Sebut saja Zeki Celik (Lille), Mert Muldur (Sassuolo), Merih Demiral (Juventus), Ozan Kabak (Liverpool), Caglar Soyuncu (Leicester City), Hakan Calhanoglu (AC Milan), Cengiz Under (Leicester City), hingga Enes Unal (Getafe).