Di usia 17 tahun sudah memiliki harga jual Rp174 miliar. Sehebat apakah dia?
Brasil tidak pernah kekurangan pemain muda berbakat. Belum berlalu era Rodrygo Goes dan Reiner, kini muncul Kayky da Silva Chagas. Produk Fluminense berusia 17 tahun itu jadi target utama Manchester City di transfer window.
Lahir di Rio de Janeiro, 11 June 2003, Kayky menjadi pemuda yang diperebutkan banyak klub Liga Premier dengan Man City terdepan. Laporan wartawan transfer papan atas Eropa, Fabrizio Romano, menyatakan Fluminense setuju menjual Kayky ke Etihad Stadium dengan 10 juta euro (Rp174 miliar).
"Resmi. Kayky bergabung ke Man City dengan kesepakatan permanen. Harganya 10 juta euro plus beberapa variabel. Fluminense juga mendapatkan 20% dari hasil penjualan di masa depan. Kontrak 5 tahun disepakati dan Kayky akan tiba di Inggris pada Juni 2022," tulis Romano di @FabrizioRomano pada 23 April 2021.
Siapa Kayky? Dia merupakan sebuah produk dari Akademi Fluminense, yang telah menghasilkan orang-orang hebat seperti Marcelo (Real Madrid), Fabinho (Liverpool), hingga mantan pemain kembar Manchester United, Rafael dan Fabio da Silva.
Dijuluki "The Next Neymar", penyerang remaja ini diberkati dengan kecepatan dan kontrol bola yang luar biasa. Tidak heran jika Pep Guardiola sangat bersikeras untuk menambahkan Kayky ke barisan Man City untuk memperkuat sektor penyerangan setelah Sergio Aguero hengkang ke Barcelona.
Seperti orang Brasil pada umumnya, sepakbola sudah menjadi bagian dari kehidupan. Pada usia 8 tahun, Kayky membanggakan keterampilan mengolah bola dengan bermain futsal.
Sambil bermain futsal, Kayky mencoba mengikuti seleksi di sejumlah klub sepakbola di Rio de Janeiro, termasuk Fluminense. Tapi, pada kesempatan trial pertama, Kayky justru ditolak bergabung. Dia putus asa dan kemudian bergabung ke Mangueira. Uniknya, klub itu sebenarnya lebih banyak menghasilkan penari Samba daripada pemain sepakbola.
Tampil bersama Magueira di level kanak-kanak, kemampuan Kayky ternyata berkembang pesat. Dalam sebuah pertandingan anak-anak di Rio de Janeiro, penampilan Kayky justru terpantau talent scout Fluminense, yang beberapa tahun sebelumnya menolak dirinya.
Bersama Fluminense, Kayky mendapatkan pendidikan sepakbola terbaik. Dia dididik dengan filosofi klub yang mengandalkan penyerangan sebagai inti dari permainan. Kayky menjelma menjadi remaja yang memiliki kemampuan menyerang luar biasa dengan kecepatan dan eksekusi jempolan.
Kayky merupakan bagian integral dari tim yang memenangkan Kejuaraan Brasil U-17 tahun lalu, dan menjadi runner-up di Copa do Brazil U-17. Secara pribadi, Kayky adalah pencetak gol terbanyak di kompetisi tersebut.
Dia bermain sebagian besar di sisi kanan depan. Di sana, dia memotong dan mendorong ke arah pertahanan lawan dengan liar dan tusukan-tusukan mematikan. Dia juga mengincar gol, yang dibuktikan dengan statistik skornya musim lalu.
"Kayky adalah pemain yang sangat menonjol karena kualitas tekniknya, terutama dalam hal satu lawan satu, dan juga dalam kualitasnya di depan gawang," kata Pelatih Fluminense U-17, Guilherme Torres, dilansir Goal Brazil.
Kayky juga sangat cerdas saat mencari ruang kosong di lapangan dan memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan assist untuk rekan satu timnya. "Selain itu, dia memiliki mentalitas juara dan kompetitif. Itu sangat penting bagi pemain level tinggi," tambah Torres.
"Ketangguhannya telah tumbuh seiring dengan kedewasaannya. Dia belajar bagaimana menghadapi kesulitan. Dia adalah anak muda yang akan banyak dibicarakan orang di masa depan," lanjut Torres.
Tapi, untuk menjadi pemain hebat, Kayky harus membuktikannya di Eropa. Pasalnya, banyak kasus pemain muda hebat di Amerika Latin yang ternyata loyo ketika berada di Benua Biru. Pasalnya, ada banyak hal yang membedakan antara sepakbola di Brasil dan Inggris.
Lahir di Rio de Janeiro, 11 June 2003, Kayky menjadi pemuda yang diperebutkan banyak klub Liga Premier dengan Man City terdepan. Laporan wartawan transfer papan atas Eropa, Fabrizio Romano, menyatakan Fluminense setuju menjual Kayky ke Etihad Stadium dengan 10 juta euro (Rp174 miliar).
BACA FEATURE LAINNYA
23 Klub dengan Belanja Terbesar di Eropa Sejak Pep Melatih Man City
23 Klub dengan Belanja Terbesar di Eropa Sejak Pep Melatih Man City
Sambil bermain futsal, Kayky mencoba mengikuti seleksi di sejumlah klub sepakbola di Rio de Janeiro, termasuk Fluminense. Tapi, pada kesempatan trial pertama, Kayky justru ditolak bergabung. Dia putus asa dan kemudian bergabung ke Mangueira. Uniknya, klub itu sebenarnya lebih banyak menghasilkan penari Samba daripada pemain sepakbola.
Bersama Fluminense, Kayky mendapatkan pendidikan sepakbola terbaik. Dia dididik dengan filosofi klub yang mengandalkan penyerangan sebagai inti dari permainan. Kayky menjelma menjadi remaja yang memiliki kemampuan menyerang luar biasa dengan kecepatan dan eksekusi jempolan.
Dia bermain sebagian besar di sisi kanan depan. Di sana, dia memotong dan mendorong ke arah pertahanan lawan dengan liar dan tusukan-tusukan mematikan. Dia juga mengincar gol, yang dibuktikan dengan statistik skornya musim lalu.
Kayky juga sangat cerdas saat mencari ruang kosong di lapangan dan memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan assist untuk rekan satu timnya. "Selain itu, dia memiliki mentalitas juara dan kompetitif. Itu sangat penting bagi pemain level tinggi," tambah Torres.
"Ketangguhannya telah tumbuh seiring dengan kedewasaannya. Dia belajar bagaimana menghadapi kesulitan. Dia adalah anak muda yang akan banyak dibicarakan orang di masa depan," lanjut Torres.
Tapi, untuk menjadi pemain hebat, Kayky harus membuktikannya di Eropa. Pasalnya, banyak kasus pemain muda hebat di Amerika Latin yang ternyata loyo ketika berada di Benua Biru. Pasalnya, ada banyak hal yang membedakan antara sepakbola di Brasil dan Inggris.