Tidak diperhitungkan sebelumnya, tapi tampil bagus di Euro. Siapa saja mereka? Ini daftarnya.
Untuk level Piala Dunia, nama-nama seperti Roger Milla (Kamerun), Oleg Salenko (Rusia), Saeed Al-Owairan (Arab Saudi), atau Siphiwe Tshabalala (Afrika Selatan) sempat mencuri perhatian. Aksi mereka masih diingat hingga sekarang.
Berkelas! Momen Joe Hart Menceploskan Bola ke Gawang Swedia Lewat Penalti
1. Milan Baros (Republik Ceko)
Wayne Rooney, Ruud van Nistelrooy, Thierry Henry, hingga Cristiano Ronaldo bukan sosok pemenang dari Sepatu Emas Euro 2004. Predikat itu justru menjadi milik Milan Baros dari Republik Ceko. Perjalanan mantan penyerang Liverpool itu untuk meraih penghargaan tersebut sangat layak dikenang.
2. Karel Poborsky (Republik Ceko)
Karel Poborsky tampil sangat impresif di Euro 1996 sehingga diboyong ke Manchester United, Meski gagal di Old Trafford, gol Poborsky di babak 8 besar saat Ceko menumbangkan Portugal tidak akan pernah dilupakan.
Nadeo Teriaki Ridho di Injury Time Hingga Terdengar Jelas
3. Savo Milosevic (Yugoslavia)
Mantan pemain Aston Villa itu memiliki sentuhan magis di Euro 2000, yang pada akhirnya harus berbagi Sepatu Emas dengan Patrick Kluivert (Belanda) setelah sukses mencetak gol saat menghadapi Slovenia, Spanyol, dan Belanda.
4. Nuno Gomes (Portugal)
Portugal yang memulai Euro 2004 dengan kekalahan dari Yunani. Lalu, mereka harus memaksimalkan 2 pertandingan sisa untuk lolos dari fase grup. Salah satu pertandingan penting mereka terjadi saat bertemu Spanyol. Saat itu, Raul Gonzalez dkk cukup mendapatkan hasil imbang untuk lolos.
5. Jordi Alba (Spanyol)
Jordi Alba awalnya bukan pemain yang menonjol di Spanyol, terutama saat Euro 2012. Tapi, gol individunya di final menghadapi Italia dikenang suporter hingga sekarang.
6. Kolbeinn Sigthorsson (Islandia)
Kolbeinn Sigthorsson adalah penyebab kenapa timnas Inggris tidak bisa melanjutkan petualangan Euro 2016 hingga babak 8 besar.
7. Andrey Arshavin (Rusia)
Sebelum mencetak empat gol di Anfield dengan seragam Arsenal, Andrey Arshavin membuat semua orang terpanah dengan penampilanya bersama Rusia di Euro 2008. Selebrasinya khas, yaitu meletakkan telunjuk di bibir sebagai isyarat agar suporter lawan diam.
Andrey Arshavin made two & scored one against the Netherlands in the quarter-finals. Best display at EURO 2008? pic.twitter.com/MK9Wc7MW7g
— UEFA EURO 2020 (@EURO2020) May 16, 2016
8. Zlatko Zahovic (Slovenia)
Meski Slovenia finish sebagai tim terbawah grup C pada Euro 2000, setidaknya mereka mengirimkan satu nama yakni Zlatko Zahovic untuk bersaing meraih Sepatu Emas.
9. Angelos Charisteas (Yunani)
Yang membuat mantan pemain Ajax Amsterdam itu layak dikenang sebagai pahlawan adalah golnya di final yang menentukan gelar juara Euro 2004 jatuh ke tangan Yunani. Dia membuat Portugal sebagai tuan rumah hanya bisa gigit jari dan Cristiano Ronaldo muda menangis.
10. Marcos Senna (Spanyol)
Sebelum ada Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan Sergio Busquets, formasi tiga galandang tengah Spanyol memunculkan Marcos Senna. Siapapun yang menonton Euro 2008 akan mengingat penampilan bersemangat dan berapi-api dari ikon Villarreal kelahiran Brasil tersebut.
11. Stefan Kuntz (Jerman)
Tidak banyak gol yang diciptakan Stefan Kuntz untuk Jerman. Tapi, pria kelahiran 1962 itu selalu memberikan dampak luar biasa di lapangan. Kuntz hanya mencetak satu gol sepanjang Euro 1996, yakni saat Jerman bertemu Inggris di semifinal. Tapi, jika bukan karena Kuntz tidak mungkin Der Panzer juara di Wembley.
12. Alan Dzagoev (Rusia)
Untuk waktu yang singkat, tampaknya setiap klub top Eropa ingin merekrut Alan Dzagoev. Itu karena dia mencetak gol-gol bagus di Euro 2012 untuk tanah airnya, Rusia.
13. Dimitri Payet (Prancis)
Bisa dikatakan Dimitri Payet adalah pemain yang langka dan nama pria Prancis itu sendiri akan selalu diingat oleh penggemar Liga Premier, Euro 2016, dan terutama di West Ham United. Semua berkat gol-golnya yang menakjubkan.
14. Ricardo (Portugal)
Kiper Sporting Lisbon itu berperan penting saat Portugal beradu penalti dengan Inggris di babak 8 besar, terutama saat dia melepaskan sarung tangannya untuk menahan penendang Inggris yang terakhir, Darius Vassell.
15. Jakub Blaszczykowski (Polandia)
Gol cantiknya ke gawang Rusia di Euro 2012 sangat layak dikenang sebagai salah satu gol terbaik Polandia di ajang antarnegara Eropa.
16. Renato Sanches (Portugal)
Terpilih sebagai pemain muda terbaik di Euro 2016, Renato Sanches mungkin terkejut karena semua hal datang begitu cepat pada dirinya. Dan, untuk beberapa saat, namanya menghilang begitu saja dari muka bumi. Tapi, kini bersama Lille, mantan pemain Benfica itu suskes mengembalikan performanya.
17. Theodoros Zagorakis (Yunani)
Dengan gelar Man of the Match di final untuk mengantongi penghargaan Player of the Tournament ketika tidak ada yang bisa memprediksikan namanya, rasanya kita semua harus memberikan apresiasi lebih kepada Theodoros Zagorakis selama Euro 2004 berlangsung.
18. Hamit Altintop (Turki)
Turki menjelma sebagai kuda hitam yang kuat selama Euro 2008 dan penampilan memukau Altintop membuatnya mendapatkan tempat yang layak di Team of the Tournament Euro 2008.
19. Hal Robson-Kanu (Wales)
Sebuah gol kemenangan dramatis melawan Slovakia memang sudah cukup istimewa untuk Hal Robson-Kanu. Tapi, tidak ada yang menyangka bahwa pemain West Bromwich Albion itu akan mencetak gol lagi saat Wales bertemu Belgia di babak 8 besar Euro 2016.