Itu di Euro 2004. Hanya butuh seorang Prancis untuk membuat tiga bintang Inggris kocar-kacir. Cek videonya.
Dalam sebuah era, Inggris pernah memiliki tiga gelandang terbaik dunia, yaitu Paul Scholes, Steven Gerrard, dan Frank Lampard. Pertanyaannya, siapakah yang terbaik diantara ketiganya?
Itu merupakan pertanyaan abadi bagi fans The Three Lions yang belum terjawab hingga hari ini. Masing-masing penggemar memiliki argumentasinya sendiri tergantung afiliasi klub.
Namun, fakta menunjukkan, Scholes adalah gelandang dengan koleksi gelar Liga Premier terbanyak dan merupakan salah satu pengumpan sepakbola terbaik yang pernah ada.
Gerrard tidak memenangkan banyak trofi. Tapi, dia membawa Liverpool memenangkan Liga Champions 2004/2005 yang bersejarah dan penampilanya di Anfield tidak pernah mengecewakan kecuali satu momen terpeleset yang sangat fatal melawan Chelsea. Sementara Frank Lampard mencetak banyak gol bersama Chelsea dan juga tidak memiliki koleksi trofi yang buruk.
Sayangnya ketiga pemain tidak pernah bisa membentuk kemitraan yang luar biasa di lini tengah The Three Lions. Contohnya, pada Euro 2004. Saat itu, Sven-Goran Eriksson percaya 4-4-2 akan menjadi pilihan terbaik untuk The Inggris. Skema itu berarti Scholes harus digeser ke kiri dengan membiarkan lampard dan Gerard di tengah.
Dalam pertandingan pembuka melawan Prancis, taktik itu berhasil karena gol Lampard membuat Inggris memimpin. Tapi, dua gol telat dari Zinedine Zidane (satu dari tendangan bebas dan satu lagi dari titik penalti) membuat Les Bleus memetik kemenangan penting.
Meski Zidane mencuri berita utama media seusai pertandingan yang digelar di Estadio da Luz, Lisbon, tersebut berakhir, bintang utama sesungguhnya adalah Patrick Vieira. Di lini tengah, dia benar-benar luar biasa.
Melawan tiga gelandang terbaik dalam sejarah Inggris, Vieira bermain seperti biasa dengan gaya bermain yang dominan dan ngotot. Bahkan, baik Scholes maupun Lampard mendapat kartu kuning karena melakukan pelanggaran terhadap gelandanf Arsenal tersebut. Scholes juga harus keluar lapangan karena cedera.
Meski melangkah mulus dari fase grup, perjalanan Prancis saat itu terhenti di perempat final. Anak asuh Jacques Santini dihentikan Yunani lewat gol semata wayang Angelos Charisteas di Estadio Jose Alvalade, Lisbon.
Itu merupakan pertanyaan abadi bagi fans The Three Lions yang belum terjawab hingga hari ini. Masing-masing penggemar memiliki argumentasinya sendiri tergantung afiliasi klub.
BACA FEATURE LAINNYA
Bagaimana Peringkatnya? 18 WAG's Cantik di Euro 2020
Bagaimana Peringkatnya? 18 WAG's Cantik di Euro 2020
Meski Zidane mencuri berita utama media seusai pertandingan yang digelar di Estadio da Luz, Lisbon, tersebut berakhir, bintang utama sesungguhnya adalah Patrick Vieira. Di lini tengah, dia benar-benar luar biasa.
BACA FEATURE LAINNYA
Dianggap Bermotif Politik, Banyak Tim Tolak Berlutut Sebelum Kick-off Euro 2020
Dianggap Bermotif Politik, Banyak Tim Tolak Berlutut Sebelum Kick-off Euro 2020