Masalahnya ada di formasi yang digunakan. Main dengan tiga bek atau empat bek Semua terserah Loew!
Seusai Jerman dikalahkan Prancis 0-1, Joachim Loew menggelar evaluasi. Dia menemukan fakta bahwa Der Panzer harus "memperbaiki segalanya" saat bertemu Portugal di Allianz Arena, Muenchen, Sabtu (19/6/2021) malam WIB. Salah satu fokusnya, lini belakang!
Dua hari lalu, Jerman sedikit beruntung hanya menderita satu gol. Pasalnya, gol Kylian Mbappe dan Karim Benzema di babak kedua dianulir wasit, sementara tendangan Adrien Rabiot membentur tiang gawang.
Bayangkan jika kompetisi diselenggarakan sebelum video bantu wasit (VAR) diterapkan FIFA dan UEFA. Bisa dipastikan Jerman akan kalah 0-3 dan akan membuat mentalitas semua anggota skuad terganggu lantaran suporter Der Panzer terkenal ganas.
Jadi, menjelang pertandingan kedua melawan Portugal, Loew tidak mau anak asuhnya bermain ceroboh lagi. "Kami akan memperbaiki keadaan dalam dua atau tiga hari ke depan. Kami harus berusaha untuk berkembang, karena kami membutuhkan satu atau dua gol," ujar Loew, dilansir AFP.
Sementara Hummels, yang mencetak gol bunuh diri, mengatakan di Instagram resminya tentang kekalahan itu. "Sangat menyakiti kami dan terutama saya, karena gol saya sendiri menentukan pertandingan," tulis Hummels. Tapi, bek tengah itu mengatakan fokusnya sekarang adalah mengalahkan juara bertahan Portugal.
Tetap tiga bek atau kembali ke skema empat bek?
Kritikus mengatakan, salah satu faktor kekalahan Jerman adalah skema yang diterapkan. Meski formasi tiga bek (3-5-2, 3-4-3) sering membawa Jerman juara pada masa lalu, para pemain era terkini lebih banyak bermain dengan empat bek (4-4-2, 4-2-3-1, 4-3-3).
Dari tiga bek yang tampil melawan Prancis, hanya Antonio Ruediger yang terbiasa dengan skema tiga bek bersama Chelsea. Sementara Hummels (Dortmund) dan Matthias Ginter (Borussia Moechengladbach) lebih sering terlibat dalam skema empat bek di Bundesliga 2020/2021.
Selain Ruediger, Hummels, dan Ginter, Jerman sebenarnya juga masih memiliki beberapa bek tengah lagi. Sebut saja Niklas Suele (Bayern Muenchen), Emre Can (Dortmund), dan Robin Koch (Leeds United). Masalahnya sama. Ketiganya biasa bermain dengan skema empat bek di level klub.
Dengan kenyataan seperti itu, banyak pengamat dan suporter Jerman yang menyarankan Loew kembali ke pakem lama dengan memainkan 4-4-2, 4-2-3-1, atau 4-3-3. Sebab, dengan skema empat bek, Loew membawa Jerman menjuarai Piala Dunia 2014, meski gagal di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018.
Sektor penyerangan juga harus dipoles
Sambil marapikan lini belakang, perhatian selanjutnya ada pada Thomas Mueller, Serge Gnabry, dan Kai Havertz, sebagai pemain yang bertanggung jawab di lini depan. Pasalnya, dalam laga melawan Les Bleus, mereka hanya melepaskan satu tembakan.
Meski memiliki lebih banyak penguasaan bola, berlari empat kilometer lebih jauh dari Prancis sebagai sebuah tim dan menyelesaikan hampir dua kali lebih banyak operan, Jerman tetap gagal menang.
Masuknya Timo Werner dan Leroy Sane di babak kedua ternyata belum cukup untuk membalikkan keadaan. Kemungkinan besar karena waktu bermain yang diberikan kepada ketiga pemain depan kurang lama. Bisa juga karena instruksi Loew yang kurang dipahami pemainnya.
"Para pemain pengganti tidak masuk ke dalam permainan kami sebaik yang kami harapkan. Tapi, Prancis memang kuat. Mereka berada sangat dalam setelah memimpin dan tidak memberi kami banyak ruang," ujar Loew.
Lawan Portugal seperti final yang harus dimenangkan
Gelandang Manchester City, Ilkay Guendogan, mengatakan penting bagi Jerman untuk menciptakan lebih banyak peluang saat melawan Portugal, yang memenangkan pertandingan pembuka melawan Hungaria. "Semakin banyak peluang semakin bagus," ucap Guendogan.
Sekarang, Jerman asuhan Loew masih dihantui trauma finish di posisi terbawah fase grup Piala Dunia 2018 dan para penggemar khawatir akan hasil yang sama di Euro 2020. Jadi, mengalahkan Portugal akan mengurangi tekanan dan memberikan dorongan kepercayaan yang sangat dibutuhkan.
"Ketika anda kalah pada game pertama, dan memiliki tiga pertandingan grup, tekanannya tinggi. Tidak perlu membahasnya. Hanya perlu dilaksanakan di lapangan," ucap Toni Kroos.
Portugal kini berada di puncak klasemen setelah Ronaldo mencetak dua gol dalam kemenangan 3-0 atas Hungaria untuk menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa Euro, dengan 11 gol. Semua gol di Budapest datang dalam 10 menit terakhir. Itu memuktikan Portugal sebagai tim yang pantas putus asa.
"Sekarang, ini tentang Jerman dan kami harus terus berkembang. Bunuh atau dibunuh, seperti yang biasa dikatakan (Luiz Felipe) Scolari," ungkap Pelatih Portugal, Fernando Santos.
Dua hari lalu, Jerman sedikit beruntung hanya menderita satu gol. Pasalnya, gol Kylian Mbappe dan Karim Benzema di babak kedua dianulir wasit, sementara tendangan Adrien Rabiot membentur tiang gawang.
Tetap tiga bek atau kembali ke skema empat bek?
Kritikus mengatakan, salah satu faktor kekalahan Jerman adalah skema yang diterapkan. Meski formasi tiga bek (3-5-2, 3-4-3) sering membawa Jerman juara pada masa lalu, para pemain era terkini lebih banyak bermain dengan empat bek (4-4-2, 4-2-3-1, 4-3-3).
Dari tiga bek yang tampil melawan Prancis, hanya Antonio Ruediger yang terbiasa dengan skema tiga bek bersama Chelsea. Sementara Hummels (Dortmund) dan Matthias Ginter (Borussia Moechengladbach) lebih sering terlibat dalam skema empat bek di Bundesliga 2020/2021.
BACA FEATURE LAINNYA
Lakukan Eksperimen di Copa America, Cara Brasil Remehkan Peru
Lakukan Eksperimen di Copa America, Cara Brasil Remehkan Peru
Dengan kenyataan seperti itu, banyak pengamat dan suporter Jerman yang menyarankan Loew kembali ke pakem lama dengan memainkan 4-4-2, 4-2-3-1, atau 4-3-3. Sebab, dengan skema empat bek, Loew membawa Jerman menjuarai Piala Dunia 2014, meski gagal di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018.
Sektor penyerangan juga harus dipoles
Sambil marapikan lini belakang, perhatian selanjutnya ada pada Thomas Mueller, Serge Gnabry, dan Kai Havertz, sebagai pemain yang bertanggung jawab di lini depan. Pasalnya, dalam laga melawan Les Bleus, mereka hanya melepaskan satu tembakan.
Meski memiliki lebih banyak penguasaan bola, berlari empat kilometer lebih jauh dari Prancis sebagai sebuah tim dan menyelesaikan hampir dua kali lebih banyak operan, Jerman tetap gagal menang.
"Para pemain pengganti tidak masuk ke dalam permainan kami sebaik yang kami harapkan. Tapi, Prancis memang kuat. Mereka berada sangat dalam setelah memimpin dan tidak memberi kami banyak ruang," ujar Loew.
Lawan Portugal seperti final yang harus dimenangkan
Gelandang Manchester City, Ilkay Guendogan, mengatakan penting bagi Jerman untuk menciptakan lebih banyak peluang saat melawan Portugal, yang memenangkan pertandingan pembuka melawan Hungaria. "Semakin banyak peluang semakin bagus," ucap Guendogan.
Sekarang, Jerman asuhan Loew masih dihantui trauma finish di posisi terbawah fase grup Piala Dunia 2018 dan para penggemar khawatir akan hasil yang sama di Euro 2020. Jadi, mengalahkan Portugal akan mengurangi tekanan dan memberikan dorongan kepercayaan yang sangat dibutuhkan.
"Ketika anda kalah pada game pertama, dan memiliki tiga pertandingan grup, tekanannya tinggi. Tidak perlu membahasnya. Hanya perlu dilaksanakan di lapangan," ucap Toni Kroos.
Portugal kini berada di puncak klasemen setelah Ronaldo mencetak dua gol dalam kemenangan 3-0 atas Hungaria untuk menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa Euro, dengan 11 gol. Semua gol di Budapest datang dalam 10 menit terakhir. Itu memuktikan Portugal sebagai tim yang pantas putus asa.
"Sekarang, ini tentang Jerman dan kami harus terus berkembang. Bunuh atau dibunuh, seperti yang biasa dikatakan (Luiz Felipe) Scolari," ungkap Pelatih Portugal, Fernando Santos.