UEFA justru mendalami kasus yang terjadi di Puskas Arena.
UEFA telah menerima usulan penggunaan ban kapten pelangi yang akan dikenakan oleh Manuel Neuer pada pertandingan Jerman lawan Hungaria besok. Jerman mengklaim bahwa hal ini merupakan bentuk solidaritas kepada komunitas LGBT+ dan merupakan tujuan yang baik.

Jerman juga mempertimbangkan untuk menerangi stadion mereka di Munich dengan warna bendera Pride pada pertandingan penyisihan grup terakhir mereka melawan Hungaria.

Neuer telah mengenakan ban kapten pelangi selama bulan ini untuk menghormati ‘Bulan Kebanggaan’ yang dianggap sebagai bentuk solidaritas dengan komunitas LGBT+.

Penjaga gawang Bayern ini pertama kali memakainya dalam pertandingan persahabatan melawan Latvia pada 7 Juni 2021, dan terus memakainya di pertandingan penyisihan grup kontra Prancis dan Portugal di Euro 2020.

UEFA dikabarkan sedang mendalami apakah ban kapten tersebut melanggar aturan mengenai pernyataan politik di lapangan hijau. Tetapi, pada Minggu (20/6/2021), Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) mengkonfirmasi jika penyelidikan UEFA telah dihentikan.

"UEFA hari ini telah mengirimkan pesan kepada DFB bahwa mereka telah menghentikan peninjauan ban kapten pelangi yang dikenakan oleh @Manuel Neuer," tulis DFB di Twitter dan Facebook. "Dalam sebuah surat, ban kapten dinilai sebagai simbol tim untuk keragaman dan memiliki tujuan baik."

Sementara itu, Jerman sedang mempertimbangkan untuk menerangi stadion mereka di Munich dengan warna pelangi. Mereka akan merealisasikan rencana itu saat menghadapi pertandingan terakhir Grup F melawan Hungaria.

Walikota Munich, Dieter Reiter, mengatakan pihaknya akan menulis surat kepada UEFA untuk meminta izin agar Allianz Arena dinyalakan dengan warna bendera Pride. "Ini adalah sikap penting dalam toleransi dan kesetaraan," kata Reiter kepada kantor berita DPA.

Dewan kota Munich telah menyerukan agar stadion dinyalakan dengan warna pelangi pada pertandingan itu sebagai bentuk protes terhadap undang-undang yang disahkan oleh anggota parlemen Hungaria pekan lalu.

Salah satu poin yang disahkan parlemen Hungaria adalah larangan publikasi konten apa pun yang menggambarkan homoseksualitas atau perubahan jenis kelamin pada anak di bawah umur. Undang-undang tersebut telah dikecam sebagai diskriminasi anti-LGBT+ oleh kelompok hak asasi manusia di Jerman.

"Penting bagi Munich untuk menunjukan bentuk solidaritas dengan komunitas LGBT+ di Hungaria yang menderita akibat undang-undang homofobik dan transfobik yang lebih ketat saat ini dari pemerintah Hungaria," kata dewan Munich dalam permohonannya.

UEFA, sebagai penyelenggara acara, akan memberikan keputusan akhir.

Sementara itu, UEFA mengkonfirmasi mereka sedang menyelidiki potensi insiden diskriminatif yang terjadi selama dua pertandingan pertama Hungaria di Puskas Arena.

Salah satu lembaga anti-diskriminasi mengirimkan laporan yang menyoroti spanduk homofobia di tribun penonton saat tuan rumah kalah dari Portugal di Budapest.

Nyanyian berbau rasis juga terdengar selama pertandingan antara Hungaria melawan Prancis pada Sabtu lalu. Mendengar laporan tersebut, UEFA mengatakan bahwa mereka telah mengirim utusannya untuk melakukan penyelidikan.