Tidak pernah menyerah, meski pernah berbulan-bulan tidak digaji.
Oleksandr Zinchenkho belum lama ini tampil di Liga Champions dan sudah menjadi kapten Ukraina di usia belia. Kini, dia fokus menatap laga babak 16 besar Euro 2020 menghadapi Swedia di Hampden Park, Glasgow, Rabu (30/6/2021) dini hari WIB.

Zincenkho adalah salah satu pemain andalan Pep Guardiola di Man City saat ini. Sebelum menjadi bagian skuad The Citizens, Zinchenko adalah pemain andalan tim muda Shakhtar Donetsk. Di sana, dia pernah berhadapan lansung dengan Hector Bellerin dan Serge Gnabry di UEFA Youth League 2013/2014. Tapi, semuanya berubah saat ibunya memutuskan keluarganya harus pergi ke Rusia untuk menghindari konflik militer di Donbas, Ukraina Timur.



Keputusan itu memaksa pemain berusia 17 tahun tersebut untuk mengakhiri kontraknya dengan Shakhtar setelah enam tahun. Dia meninggalkan karier yang masih muda dengan penuh ketidakpastian.

Sejak itu, pemain berusia 24 tahun telah memenangkan Liga Premier tiga kali, Piala FA sekali, empat Piala Liga, dan dinobatkan sebagai pemain terbaik Ukraina pada 2019. Semua prestasi luar biasa itu dia dapatkan dari karier yang hampir benar-benar berakhir akibat konflik militer.




Dikenal sebagai pemuda pemalu

Yuri Gavrilov, gelandang Uni Soviet yang bermain untuk Spartak Moscow pada 1980-an, mengatakan kepada BBC Sport tentang Zinchenko. "Seorang agen Ukraina menelepon saya pada 2014 dan meminta bantuan untuk menemukan tim di Rusia untuk Zinchenko. Jelas bahwa pria itu memiliki bakat, dan dia hidup di flat saya selama beberapa bulan sementara saya berusaha untuk mengatur kesepakatan," katanya.

"Direktur di Zenit Saint Petersburg dan Spartak mengatakan kepada saya bahwa mereka sudah memiliki banyak anak muda seperti dia. Mereka tertarik pada pemain Amerika Selatan dan tidak ingin mendengar tentang Ukraina," ujar Gavrilov.

Selama waktu penganggurannya, Zinchenko menjaga performanya dengan bermain di turnamen amatir yang tidak jelas. Bahkan, kadang-kadang bermain di lapangan beton. "Dia hanya seorang pria kurus, yang berperilaku agak pemalu," ujar Sergey Telkov, yang bermain dengan Zinchenko di klub non-liga di Rusia, Meteor.

"Itu hanya tim teman yang menghabiskan waktu bersama. Zinchenko bermain tujuh atau delapan pertandingan bersama kami dan tidak takut cedera di lapangan yang mengerikan. Dia berusia 17 tahun, saya 30 tahun, beberapa orang bahkan lebih tua. Jelas sekali. bahwa dia sedikit lebih baik daripada pemain lain. Tapi, saya tidak pernah bisa membayangkan dia akan menjadi bintang utama," ungkap Telkov


Main berbulan-bulan tanpa gaji

Pada Juli 2014, melalui Gavrilov, dia berhasil membuat Zinchenko untuk mengikuti trial di Rubin Kazan. "Zinchenko bergabung dengan kami menjelang kamp pramusim dan segera mulai berlatih dengan tim utama," ujar mantan pelatih Rubin, Rinat Bilyaletdinov.

"Dia membuat kesan yang luar biasa dengan pengambilan keputusannya dan potensinya sangat jelas. Saya benar-benar ingin mengontraknya, tapi diberitahu bahwa ada masalah hukum dengan mantan klubnya Shakhtar. Dia tinggal di Kazan hingga Oktober dan tinggal di pusat pelatihan kami," ungkap Bilyaletdinov.

"Dia tidak memiliki gaji dan dengan demikian para pemain hanya mengumpulkan uang sehingga dia dapat membeli sendiri sesuatu di kota. Akhirnya kami diberitahu bahwa mengontraknya tidak mungkin, dan dia pergi," tambah Bilyaletdinov.

Seusai bermain tanpa digaji dan tawaran tak kunjung datang, tiba-tiba klub dari  Liga Premier Rusia, FC Ufa, datang. "Itu hanya keberuntungan. Dua teman saya kebetulan bekerja untuk Ufa dan saya mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan rugi, selalu mungkin untuk melepaskan pemain itu," ujar Gavrilov.

Petugas pers Ufa, Sergey Tyrtyshnyi, berujar kepada BBC Sport. "Saya belum pernah mendengar tentang dia. Jadi, saya mencarinya di Google, dan hasil pertama mengatakan: 'The golden feet of Ukraine'. Itu jelas merupakan pertanda baik," ungkap Tyrtyshnyi.

"Klub lain takut berurusan dengan Shakhtar, tapi pengacara kami melakukan pekerjaan mereka. Kami menulis surat kepada UEFA, menyatakan bahwa kami akan bersedia membayar kompensasi apapun yang jatuh tempo. Zinchenko setuju untuk bermain dengan gaji yang sangat rendah, dan klub membeli sebuah flat kecil untuk dia tinggal bersama ibunya," ungkap Tyrtyshnyi.


Semua penggemar kecewa karena Zinchenko masih dianggap kanak-kanak

Zinchenko kemudian bergabung dengan FC Ufa pada awal 2015 sebagai pemain anonim. "Ada pertemuan dengan fans dan kami berjanji akan membawa pemain untuk sesi foto," tambah Tyrtyshnyi.

"Semua pemain lain sedang berada di luar kota. Jadi, Zinchenko datang dan semua orang sangat kecewa melihat hanya seorang anak kecil. Para penggemar itu pasti senang bisa berfoto dengannya sekarang," katanya.

Pelatih pertama Zinchenko di Ufa, Igor Kolyvanov, jarang memainkannya. Tapi, pemain dengan 41 caps bersama Ukraina itu menjadi starter reguler di bawah Yevgeny Perevertaylo, yang bergabung pada Oktober 2015.



"Saya langsung tahu bahwa dia harus bermain karena kualitasnya yang brilian. Satu-satunya hal yang perlu diubah adalah kecenderungannya untuk menggiring bola dan operan yang tidak efektif," ujar Perevertaylo.

"Zinchenko adalah seorang playmaker tetapi kualitas pertahanannya juga bagus, dan karenanya saya menggunakan dia sebagai bek kiri untuk sementara waktu, ketika kami membutuhkan bek sayap yang berpikiran menyerang."

Selama waktunya di Ufa, Zinchenko membuat penampilan yang cukup impresif dan Rusia mulai mempertimbangkannya untuk dijadikan sebagai pemain mereka. "Ketika Zinchenko mulai bermain secara reguler, Ukraina tiba-tiba khawatir dia bisa pindah ke Rusia. Itu adalah proses yang mudah, dan orang Ukraina dari Donbass bisa mendapatkan kewarganegaraan Rusia dalam hitungan minggu. Kami ingin Zinchenko mendapatkannya sehingga dia tidak akan dihitung sebagai orang asing. Dia mengatakan tidak mau," jelas Tyrtyshnyi.

"Ukraina memanggilnya untuk pertandingan melawan Spanyol pada Oktober 2015 dan menggunakannya selama tiga menit. Zinchenko adalah pria yang cerdas. Dia tahu mengapa mereka melakukannya. Dia bisa saja menolak tetapi pergi ke sana dengan sukarela, karena dia ingin mewakili tanah airnya," katanya.

Zinchenko memainkan 33 pertandingan untuk Ufa sebelum menandatangani kontrak dengan Man City pada 2016 dengan kesepakatan 1,8 juta pounds. Saat itu, usianya baru 19 tahun. Zinchenko sempat dipinjamkan ke PSV Eindhoven selama satu musim.

Sejak kembali ke Manchester, dia perlahan-lahan memantapkan dirinya sebagai pemain penting di tim Guardiola, meski dalam beberapa kesempatan dikabarkan akan meninggalkan klub. Nyatanya, dia tetap bertahan dan kini menjadi pemain Ukraina yang dibanggakan banyak orang.