Terkenal karena ekspresinya tertangkap kamera TV. Kini, banjir hadiah dan tawaran iklan.
Luca Loutenbach mendadak populer di Swiss dan Eropa. Awalnya, dia bukan siapa-siapa. Dia hanya penggemar sepakbola biasa dan pendukung tim nasional Swiss. Tapi, berkat pertandingan melawan Prancis, dia mendunia.
Jika anda menyaksikan pertandingan babak 16 besar yang dramatis di Arena Nationala, Bucharest, beberapa hari lalu, pasti akan mengenali wajah ini. Dia adalah pria yang berkali-kali tersorot kamera televisi karena ekspresinya yang dramatis saat Swiss memenangkan pertarungan lewat adu penalti.
Loutenbach awalnya tertangkap kamera saat Paul Pogba mencetak gol ketiga Prancis untuk membuat Swiss tertinggal 1-3. Wajahnya terlihat hampir menangis dengan kacamata yang melekat dan topi. Dia juga masih berpakaian lengkap sambil menahan jengkel mengapa jala Yann Sommer bisa tertembus bola saat waktu normal terisa 15 menit.
Selanjutnya, ketiga gol demi gol dilahiran Haris Seferovic dan Mario Gavranovic ekspresi Loutenbach berubah. Wajahnya yang semula lesu menjadi gembira dan emosional. Dia membuka baju dan topinya untuk merayakan hasil itu.
Tidak butuh lama, gambar-gambar Loutenbach menghiasi lini masa media sosial di Swiss, Eropa, dan seluruh dunia. Wajahnya dijadikan meme oleh orang-orang kreatif. Dia dijadikan ikon semangat juang bangsa Swiss dalam berjuang untuk mendapatkan kemenangan di sepakbola.
Setelah viral, media-media Swiss lalu mencari Loutenbach. Mereka menemukannya. Dia seorang pemuda berusia 28 tahun dari Canton (Provinsi) Jura di di utara Swiss yang berbatasan dengan Bourgogne-Franche-Comte dan Grand Est di Prancis Timur. Dia menggemari sepakbola dan merupakan pendukung klub lokal di kampungnya, FC Rebeuvelier.
"Saya tidak memiliki data (internet) selama pertandingan. Tapi, beberapa penggemar di sekitar saya terhubung ke internet dan dengan cepat menyadari apa yang terjadi. Sungguh gebrakan yang luar biasa! Dia memberitahu rekan-rekan kita," kata Loutenbach, dilansir Switzerland 24.
Sehari-hari, Loutenbach bekerja sebagai salesman. Dia juga bekerja sampingan sebagai penulis lepas olahraga di media lokal, Quotidien Jurassien. Dia sudah menghadiri sekitar 50 pertandingan Swiss dan saat Euro 2020 dilangsungkan, dia sedang cuti. "Hari terindah dalam sejarah sepakbola Swiss," ucap Loutenbach.
Keputusan Loutenbach untuk menghadiri pertandingan timnas sebagai suporter ternyata tepat. Setelah fotonya viral, tawaran datang dari banyak pihak. Perusahaan pertama yang menghubunginya adalah Swiss Air. Mereka memberikan tiket kelas bisnis plus akomodasi di Saint Petersburg untuk laga melawan Spanyol.
Tentu saja, ada imbalan promosi dan marketing yang harus dilakukan Loutenbach untuk mendapatkan kemewahan tersebut.
Berikutnya, Red Bull, yang memberikan minuman gratis selama setahun. Kemudian, Departemen Pariwisata Swiss kemudian menawarinya liburan gratis. Layanan Kesehatan Masyarakat Swiss juga memintanya untuk dijadikan gambar kampanye program vaksinasi Covid-19.
Kini, layak ditunggu apakah kamera televisi akan kembali mencari Loutenbach saat Swiss menghadapi Spanyol di perempat final. Dan, bagi pendukung Spanyol, tentu saja ingin melihat kesedihan di wajah Loutenbach.
Jika anda menyaksikan pertandingan babak 16 besar yang dramatis di Arena Nationala, Bucharest, beberapa hari lalu, pasti akan mengenali wajah ini. Dia adalah pria yang berkali-kali tersorot kamera televisi karena ekspresinya yang dramatis saat Swiss memenangkan pertarungan lewat adu penalti.
BACA FEATURE LAINNYA
Starting XI Pemain Paling Mengecewakan di Euro 2020
Starting XI Pemain Paling Mengecewakan di Euro 2020
Setelah viral, media-media Swiss lalu mencari Loutenbach. Mereka menemukannya. Dia seorang pemuda berusia 28 tahun dari Canton (Provinsi) Jura di di utara Swiss yang berbatasan dengan Bourgogne-Franche-Comte dan Grand Est di Prancis Timur. Dia menggemari sepakbola dan merupakan pendukung klub lokal di kampungnya, FC Rebeuvelier.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Jadon Sancho Hobi Kolongi Kapten, Dimarahi Kompany
Kisah Jadon Sancho Hobi Kolongi Kapten, Dimarahi Kompany
Sehari-hari, Loutenbach bekerja sebagai salesman. Dia juga bekerja sampingan sebagai penulis lepas olahraga di media lokal, Quotidien Jurassien. Dia sudah menghadiri sekitar 50 pertandingan Swiss dan saat Euro 2020 dilangsungkan, dia sedang cuti. "Hari terindah dalam sejarah sepakbola Swiss," ucap Loutenbach.
Tentu saja, ada imbalan promosi dan marketing yang harus dilakukan Loutenbach untuk mendapatkan kemewahan tersebut.
Kini, layak ditunggu apakah kamera televisi akan kembali mencari Loutenbach saat Swiss menghadapi Spanyol di perempat final. Dan, bagi pendukung Spanyol, tentu saja ingin melihat kesedihan di wajah Loutenbach.