"Hanya orang gila seperti saya meminta seseorang yang bekerja di bank untuk melatih sebuah klub"
Para pemain Italia telah memukau para penggemar sepakbola melalui permainan menyerang yang cepat dan tajam di Euro 2020. Semua itu berkat Gianni Vio.
Gli Azzurri memang tidak hanya menunjukan permainan kaki ke kaki yang bagus serta penguasaan bola yang mereka kuasai, tapi mereka juga mendominasi dalam pemanfaatan bola mati. Tim asuhan Roberto Mancini memiliki strategi eksekusi bola mati yang kerap membahayakan gawang lawan.
Contohnya saat tendangan Matteo Pessina ketika melawan Wales. Dari tendangan bebas yang terstruktur dengan baik itu, dua pemain Gli Azzuri sengaja berdiri dalam posisi offside untuk membingungkan lini belakang The Dragons.
Dikabarkan Italia memiliki banyak strategi dalam pemanfaatan bola mati. Dan ide-ide ini berasal dari pemikiran Gianni Vio yang kabarnya telah menulis jurnal tentang eksekusi bola mati sebanyak 4.830 judul.
Selama bertahun-tahun, Vio telah membantu beberapa klub termasuk Leeds United, Brentford, dan AC Milan dalam meningkatkan peluang gol lewat bola mati mereka.
Gianni Vio adalah mantan bankir berusia 66 tahun yang kini beralih menjadi pakar statistik sepakbola. Atas alasan itulah Mancini kemudian memberinya tempat untuk memberikan dimensi yang berbeda kepada Gli Azzuri.
Karya dari Gianni Vio
Setelah Vio menyelesaikan lencana kepelatihannya, dia menulis tesis berjudul 'Set piece: Striker 15 gol' yang kemudian menjadi awal terbitnya judul-judul lain termasuk 'That Extra 30 Percent'.
Karya tersebut terinspirasi saat Vio bekerja untuk tim Serie D Il Quinto di Treviso, di mana dua saudara kembarnya juga bermain untuk tim tersebut.
Vio secara strategis mendorong saudara-saudaranya untuk berani berdiri mengeksekusi bola ketika mereka memiliki kesempatan tendangan bebas.
Pada salah satu taktik yang Vio terapkan, para pemain bertahan lawan akan dibuat bingung dan tidak bisa membaca siapa pemain yang menjadi eksekutor bola mati tersebut. Hal ini juga membuat para penjaga gawang kebingungan.
Itu adalah contoh bagaimana Vio menularkan idenya dengan memberi kepercayaan kepada pemain yang dimilikinya, yakni dengan cara mengganggu psikologis lawan.
"Yang akan saya katakan adalah Anda perlu menganalisa para pemain yang Anda miliki dan menemukan solusi yang dibuat khusus untuk keahlian mereka," katanya kepada surat kabar Venesia, meskipun dia menyimpan rahasianya rapat-rapat.
“Ada pemain yang membaca permainannya istimewa. Di level tertinggi, Sergio Ramos adalah salah satunya," timpalnya.
"Di mana pun Anda meletakkan bola, Anda bisa bertaruh dia akan menemukan cara untuk mendapatkan hasil akhir. Pengaturan waktu adalah hal terpenting dalam mengeksekusi bola mati," ungkapnya.
Bekerja dengan Zenga
Pada 2005, Walter Zenga dipercaya menjadi bos klub Serbia, Red Star Belgrade, ketika buku Vio yang ditulis bersama seorang psikolog bernama Alessandro Tettamanzi rilis ke publik.
Buku itu berjudul 'That Extra 30 Percent' yang memiliki keyakinan tentang persentase seberapa banyak bola mati dapat meningkatkan kepercayaan diri sebuah tim saat berlaga. "Ini seperti menjadi 'striker' lain," ungkap Vio.
Zenga, penjaga gawang legendaris Italia kemudian menghubungi Vio untuk bertukar pikiran setelah membaca buku Vio tersebut. Dan, saat Zenga mendapatkan tugas melatih Al-Ain, dia mengundang Vio ke Uni Emirat Arab untuk memberi klinik pelatihan selama 20 hari kepada anak asuhnya tentang bagaimana cara mengeksekusi bola mati.
Kemudian, ketika mantan kiper Inter Milan itu ditawari kursi di klub Serie A Catania, dia bersikeras untuk mempekerjakan Vio sebagai staf spesialis bola mati.
"Hanya orang gila seperti saya meminta seseorang yang bekerja di bank untuk melatih sebuah klub, tepatnya ketika saya mendapatkan pekerjaan pertama saya di Serie A," kenang Zenga.
"Gianni (Vio) biasa terbang pada Kamis dan pergi pada hari Minggu. Itu gila."
Hebatnya, Zenga sukses mencetak 17 dari 44 gol Catania lewat set-play dalam semusim. Itu membuat mereka lolos dari degradasi.
Tugas baru di Timnas Italia
Mancini yang dikenal perfeksionis itu menghubungi Vio dan menawarkan posisi yang sama dengan alasan pentingnya situasi bola mati dalam sebuah permainan.
"Saya dihubungi langsung oleh Mancini," kata Vio. "Kami bertemu di Bologna, mengobrol dan berjabat tangan. Saya mulai bekerja (dengan tim nasional) September lalu."
Hasil kerja keras Vio terlihat jelas dalam pertandingan melawan Bosnia and Herzegovina di UEFA Nations League September 2020.
Saat Insigne mengambil tendangan bebas, pemain Italia lainnya membentuk dua dinding di belakang pagar betis lawan. Kemudian, mereka berjalan kembali ke posisi onside, di mana hal itu semakin memperdaya pemain Bosnia.
“Mancini tahu ini adalah turnamen singkat dengan tujuh pertandingan, dan bola mati dapat membantu tim meraih kemenangan,” kata Zenga.
Jika anak-anak Italia benar-benar melakukannya, itu bisa membantu mereka membawa trofi Euro kembali ke Italia untuk pertama kalinya sejak 1968.
Gli Azzurri memang tidak hanya menunjukan permainan kaki ke kaki yang bagus serta penguasaan bola yang mereka kuasai, tapi mereka juga mendominasi dalam pemanfaatan bola mati. Tim asuhan Roberto Mancini memiliki strategi eksekusi bola mati yang kerap membahayakan gawang lawan.
BACA FEATURE LAINNYA
Prediksi Ayam Bernama Jordan Peckford Dukung Inggris Kalahkan Ukraina
Prediksi Ayam Bernama Jordan Peckford Dukung Inggris Kalahkan Ukraina
Karya dari Gianni Vio
Setelah Vio menyelesaikan lencana kepelatihannya, dia menulis tesis berjudul 'Set piece: Striker 15 gol' yang kemudian menjadi awal terbitnya judul-judul lain termasuk 'That Extra 30 Percent'.
BACA BERITA LAINNYA
Keputusan Mbappe Terkait Masa Depannya di PSG, Cukup Terakhir
Keputusan Mbappe Terkait Masa Depannya di PSG, Cukup Terakhir
Vio secara strategis mendorong saudara-saudaranya untuk berani berdiri mengeksekusi bola ketika mereka memiliki kesempatan tendangan bebas.
Itu adalah contoh bagaimana Vio menularkan idenya dengan memberi kepercayaan kepada pemain yang dimilikinya, yakni dengan cara mengganggu psikologis lawan.
“Ada pemain yang membaca permainannya istimewa. Di level tertinggi, Sergio Ramos adalah salah satunya," timpalnya.
"Di mana pun Anda meletakkan bola, Anda bisa bertaruh dia akan menemukan cara untuk mendapatkan hasil akhir. Pengaturan waktu adalah hal terpenting dalam mengeksekusi bola mati," ungkapnya.
Bekerja dengan Zenga
Pada 2005, Walter Zenga dipercaya menjadi bos klub Serbia, Red Star Belgrade, ketika buku Vio yang ditulis bersama seorang psikolog bernama Alessandro Tettamanzi rilis ke publik.
Buku itu berjudul 'That Extra 30 Percent' yang memiliki keyakinan tentang persentase seberapa banyak bola mati dapat meningkatkan kepercayaan diri sebuah tim saat berlaga. "Ini seperti menjadi 'striker' lain," ungkap Vio.
Zenga, penjaga gawang legendaris Italia kemudian menghubungi Vio untuk bertukar pikiran setelah membaca buku Vio tersebut. Dan, saat Zenga mendapatkan tugas melatih Al-Ain, dia mengundang Vio ke Uni Emirat Arab untuk memberi klinik pelatihan selama 20 hari kepada anak asuhnya tentang bagaimana cara mengeksekusi bola mati.
Kemudian, ketika mantan kiper Inter Milan itu ditawari kursi di klub Serie A Catania, dia bersikeras untuk mempekerjakan Vio sebagai staf spesialis bola mati.
"Hanya orang gila seperti saya meminta seseorang yang bekerja di bank untuk melatih sebuah klub, tepatnya ketika saya mendapatkan pekerjaan pertama saya di Serie A," kenang Zenga.
"Gianni (Vio) biasa terbang pada Kamis dan pergi pada hari Minggu. Itu gila."
Hebatnya, Zenga sukses mencetak 17 dari 44 gol Catania lewat set-play dalam semusim. Itu membuat mereka lolos dari degradasi.
Tugas baru di Timnas Italia
Mancini yang dikenal perfeksionis itu menghubungi Vio dan menawarkan posisi yang sama dengan alasan pentingnya situasi bola mati dalam sebuah permainan.
"Saya dihubungi langsung oleh Mancini," kata Vio. "Kami bertemu di Bologna, mengobrol dan berjabat tangan. Saya mulai bekerja (dengan tim nasional) September lalu."
Hasil kerja keras Vio terlihat jelas dalam pertandingan melawan Bosnia and Herzegovina di UEFA Nations League September 2020.
Saat Insigne mengambil tendangan bebas, pemain Italia lainnya membentuk dua dinding di belakang pagar betis lawan. Kemudian, mereka berjalan kembali ke posisi onside, di mana hal itu semakin memperdaya pemain Bosnia.
“Mancini tahu ini adalah turnamen singkat dengan tujuh pertandingan, dan bola mati dapat membantu tim meraih kemenangan,” kata Zenga.
Jika anak-anak Italia benar-benar melakukannya, itu bisa membantu mereka membawa trofi Euro kembali ke Italia untuk pertama kalinya sejak 1968.