Salah satu momen kontroversial dalam sejarah Piala Dunia. Ada yang mengaku dibius dengan air mineral.
Jika anda menganggap Inggris kontra Jerman atau Indonesia versus Malaysia sebagai laga panas, maka anda kurang piknik. Faktanya, Superclasico de Las Americas adalah duel antarnegara paling ketat di kolong langit. Tidak percaya? Lihatlah babak 16 besar Piala Dunia 1990!
Argentina dan Brasil harus bertemu di Stadio Delle Alpi, Turin, 24 Juni 1990, berdasarkan hasil fase grup. Argentina selaku juara bertahan hanya mampu menempati peringkat ketiga Grup B, sementara Brasil menjuarai Grup C dengan rekor 100%.
Saat itu, Brasil diperkuat nama-nama legendaris seperti Claudio Taffarel, Dunga, Jorginho, Careca, Branco, Mazinho, dan dilatih Sebastiao Lazaroni. Sedangkan Argentina masih mengandalkan Diego Maradona, Sergio Goycochea, Oscar Ruggeri, Jorge Burruchaga, hingga Claudio Caniggia.
Hasilnya, Brasil mendominasi pertandingan hingga seorang pemain Argentina cedera. Wasit menghentikannya dan tim medis masuk diikuti ofisial La Albiceleste. Seperti normalnya jeda pertandingan, para pemain meminum air yang dibawa ofisial. Tidak peduli kawan atau lawan, mereka akan meminum air dari botol-botol yang dibawa.
Salah satu pemain Brasil yang ikut minum air milik Argentina adalah Branco. Bahkan, saat itu, fisioterapis La Albiceleste, Miguel di Lorenzo, sendirilah yang memberi Branco botol minuman.
Tak lama setelah pertandingan dilanjutkan, Caniggia mencetak satu-satunya gol di pertandingan tersebut melalui umpan Maradona. Gol itu cukup membawa La Albiceleste ke perempat final, semifinal, dan final sebelum akhirnya dikalahkan Jerman Barat lewat penalti kontroversial Andreas Brehme.
Semuanya tampak wajar setelah duel berakhir. Mereka pulang ke hotel. Anehnya, dua hari kemudian, Branco mengeluarkan pernyataan kontroversial. Mantan pemain Genoa itu menyebut Argentina melakukan kecurangan. Branco mengklaim, setelah meminum air yang diberikan Di Lorenzo, dirinya pusing dan sakit di badan.
Tuduhan itu awalnya dianggap angin lalu sampai beberapa tahun kemudian. Dalam sebuah wawancara televisi, Maradona ditanya tentang pengakuan Branco pada 1990. Secara mengejutkan, dia mengakui sengaja mendorong para pemain Brasil untuk meminum air dari botol itu.
"Setelah itu, Branco mengambil tendangan bebas dan jatuh," ucap Maradona dengan nada dan muka bercanda, dilansir The Guardian.
Ternyata, candaan Maradona dianggap serius. Media-media di Amerika Latin menjadikan pengakuan tersebut sebagai topik pemberitaan utama. Mereka langsung meminta klarifikasi Carlos Bilardo, yang saat itu melatih Argentina.
"Saya tidak tahu (ide siapa itu). Saya tidak mengatakan itu tidak terjadi," ucap Bilardo menjawab kebenaran klaim Branco dan pernyataan Maradona.
Media curiga karena saat menjawab pertanyaan tersebut, Bilardo mengerutkan mulutnya. Dia tidak tersenyum dan seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu. Itu jauh dari kebiasaan Bilardo yang selalu ramah kepada media dan lugas menjawab semua pertanyaan.
Media kemudian meminta tanggapan kubu Brasil, salah satunya Lazaroni. "Ini bukan hanya permainan. Ini bermain kotor. Tidak masalah apakah itu terjadi 14 tahun lalu atau 14 hari, FIFA harus menghukum Bilardo dan para fisioterapis bisa dijadikan contoh. Siapa yang bisa menjamin bahwa mereka tidak berperilaku seperti ini di pertandingan lain juga?" kecam Lazaroni.
Kemarahan juga ditunjukkan pelatih Brasil yang menjuarai Piala Dunia 1994, Carlos Alberto Parreira. Dia mengatakan FIFA harus bertindak jika tidak ingin reputasinya tercoreng. "Ini harus dilihat lebih baik. Saya tahu Bilardo dan tidak mengira itu bisa terjadi. Jika itu benar, dia tidak etis," ujar Parreira.
Di Argentina, Bilardo memberi respons balik. Dia menuduh pers sengaja mengarang cerita dan melebih-lebihkannya. Dia juga mengulangi bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang rencana untuk membius pemain Brasil. Sementara Di Lorenzo bersikeras bahwa tuduhan itu bohong.
"Jika dia menyangkalnya, dia licik. Dia mengatakan bahwa dia meninggalkan botol yang sudah disiapkan, dan omong-omong dia mengatakan dia mungkin tidak melakukannya hanya dengan kami," kecam Bebeto.
Ternyata, skandal "air suci" terus terus dipermasalahkan Brasil bertahun-tahun kemudian. Pada 2005 atau 15 tahun setelah pertandingan, Asosiasi Sepakbola Brasil (CBF) secara resmi mengajukan surat keberatan ke FIFA. Mereka meminta FIFA menggelar penyelidikan untuk selanjutnya menjatuhkan hukuman.
"Ini adalah masalah yang sangat serius. Minggu depan kami akan mengirimkan berkas ke FIFA yang memiliki semua laporan fakta dan meminta mereka untuk mengambil tindakan pencegahan," kata Sekretaris Jenderal CBF saat itu, Marco Antonio Teixeira.
Argentina dan Brasil harus bertemu di Stadio Delle Alpi, Turin, 24 Juni 1990, berdasarkan hasil fase grup. Argentina selaku juara bertahan hanya mampu menempati peringkat ketiga Grup B, sementara Brasil menjuarai Grup C dengan rekor 100%.
BACA BERITA LAINNYA
Jose Mourinho Sebut Satu Problem Besar Milik Inggris
Jose Mourinho Sebut Satu Problem Besar Milik Inggris
Semuanya tampak wajar setelah duel berakhir. Mereka pulang ke hotel. Anehnya, dua hari kemudian, Branco mengeluarkan pernyataan kontroversial. Mantan pemain Genoa itu menyebut Argentina melakukan kecurangan. Branco mengklaim, setelah meminum air yang diberikan Di Lorenzo, dirinya pusing dan sakit di badan.
BACA BERITA LAINNYA
Chiellini Jelaskan Apa yang Sesungguhnya Terjadi dengan Jordi Alba
Chiellini Jelaskan Apa yang Sesungguhnya Terjadi dengan Jordi Alba
"Setelah itu, Branco mengambil tendangan bebas dan jatuh," ucap Maradona dengan nada dan muka bercanda, dilansir The Guardian.
"Saya tidak tahu (ide siapa itu). Saya tidak mengatakan itu tidak terjadi," ucap Bilardo menjawab kebenaran klaim Branco dan pernyataan Maradona.
Media kemudian meminta tanggapan kubu Brasil, salah satunya Lazaroni. "Ini bukan hanya permainan. Ini bermain kotor. Tidak masalah apakah itu terjadi 14 tahun lalu atau 14 hari, FIFA harus menghukum Bilardo dan para fisioterapis bisa dijadikan contoh. Siapa yang bisa menjamin bahwa mereka tidak berperilaku seperti ini di pertandingan lain juga?" kecam Lazaroni.
Kemarahan juga ditunjukkan pelatih Brasil yang menjuarai Piala Dunia 1994, Carlos Alberto Parreira. Dia mengatakan FIFA harus bertindak jika tidak ingin reputasinya tercoreng. "Ini harus dilihat lebih baik. Saya tahu Bilardo dan tidak mengira itu bisa terjadi. Jika itu benar, dia tidak etis," ujar Parreira.
Di Argentina, Bilardo memberi respons balik. Dia menuduh pers sengaja mengarang cerita dan melebih-lebihkannya. Dia juga mengulangi bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang rencana untuk membius pemain Brasil. Sementara Di Lorenzo bersikeras bahwa tuduhan itu bohong.
"Jika dia menyangkalnya, dia licik. Dia mengatakan bahwa dia meninggalkan botol yang sudah disiapkan, dan omong-omong dia mengatakan dia mungkin tidak melakukannya hanya dengan kami," kecam Bebeto.
Ternyata, skandal "air suci" terus terus dipermasalahkan Brasil bertahun-tahun kemudian. Pada 2005 atau 15 tahun setelah pertandingan, Asosiasi Sepakbola Brasil (CBF) secara resmi mengajukan surat keberatan ke FIFA. Mereka meminta FIFA menggelar penyelidikan untuk selanjutnya menjatuhkan hukuman.
"Ini adalah masalah yang sangat serius. Minggu depan kami akan mengirimkan berkas ke FIFA yang memiliki semua laporan fakta dan meminta mereka untuk mengambil tindakan pencegahan," kata Sekretaris Jenderal CBF saat itu, Marco Antonio Teixeira.