Je ne sais quoi, perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata.
Roberto Mancini ditunjuk sebagai pelatih Italia setelah mereka gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Pakar sepakbola, Richard Hall, kemudian menganalisa bagaimana Mancini berhasil mengubah Gli Azzurri dari semula pecundang menjadi penguasa Eropa.
'Apocalypse' menjadi headline di Gazzetta Dello Sport setelah Italia gagal lolos ke Piala Dunia di Rusia. Rakyat Italia menangis dan berharap ke Mancini untuk mengembalikan kebanggaan serta rasa identitas mereka sebagai negara terhormat. Sejak saat itu, Mancini memiliki tugas besar.
Tak lama setelah menjadi pelatih, Mancini dengan cepat membentuk tim yang solid. Mantan pelatih Inter Milan itu membentuk sekelompok pemain muda dipadukan dengan pemain berpengalaman, seperti Gianluigi Donnarumma, Manuel Locatelli, Federico Chiesa, Leonardo Bonucci, Leonardo Spinazzola, hingga Giorgio Chiellini.
Nama-nama itulah yang pada akhirnya mengantarkan Italia mencapai final Euro 2020, hingga berhasil memenangkannya di final saat melawan Inggris di Stadion Wembley.
Pelatih berusia 56 tahun itu sukses membuat suatu bangsa bangga dengan tim nasional mereka lagi. “Hampir tidak ada yang percaya kami bisa melakukannya, namun kami masuk ke final,” kata Mancini setelah kemenangan semifinal atas Spanyol.
“Ada pertandingan di mana Anda harus menderita,” tambah Mancio saat dia mengumpulkan kemenangan ke-11 berturut-turut serta membawa timnya tidak terkalahkan dalam 33 pertandingan.
Itu adalah prestasi luar biasa sekaligus fakta Mancio membawa timnya bermain solid satu sama lain. Pekerjaan itu layak mendapat apresiasi, karena membentuk Gli Azzurri saat ini bukan pekerjaan mudah.
Kilas Balik Roberto Mancini
Pada saat Mancini mendapat telepon menukangi timnas Italia, dia masih berada di Zenit St Petersburg. Panggilan dari tim nasional berarti segalanya baginya dan ajakan untuk membangun kembali Italia terlalu berat untuk dia tolak. Gli Azzurri dan bangsa Italia membutuhkannya hingga dia menjawab panggilan itu dengan penuh semangat.
Transisi ini tidak segera terjadi karena kemenangan 2-1 yang buruk melawan Arab Saudi diikuti dengan lima pertandingan tanpa kemenangan. Tapi, setelah itu, semuanya berubah. Negeri Pizza selalu tampil impresif. Mancio memiliki pengalaman yang beragam dengan pemain muda, karena mereka memberi roh serta semangat bagi Italia.
Mereka semua tahu peran dan mereka menjalankan tugas dengan baik. Skuad Italia juga piawai dalam menerapkan segala macam pola strategi dan Mancio tidak takut melakukannya. Mungkin, hanya Donnarumma, Bonucci, Chiellini, serta Jorginho yang dijamin mendapat tempat.
Sementara itu, Mancini memiliki pemain sayap yang menarik seperti Federico Chiesa dan Lorenzo Insigne. Mantan pelatih Manchester City itu juga membawa perubahan di lini tengah, posisi yang menjadi kelemahan Gli Azzurri sebelumnya. Keberadaan Nicolo Barella, Marco Verratti, serta Jorginho membuat lini tengah Italia begitu disegani saat ini.
Di babak penyisihan grup kualifikasi Euro, Mancini mengasah gaya menarik yang dia janjikan untuk diberikan kepada Italia. Mereka bermain dengan garis pertahanan yang tinggi, meski skenario ini dianggap berbahaya. Tetapi, mereka mengatasinya dengan melepaskan tekanan yang agresif.
Begitu mereka memenangkan bola kembali, counter-press adalah faktor kuncinya. Mereka juga memulai kembali dengan cepat dari lemparan ke dalam, tendangan bebas, dan tendangan gawang yang seringkali mengejutkan lawan.
Idenya adalah gelandang dan bek mengetahui peran mereka. Pola itu memungkinkan pemain yang lebih kreatif untuk memiliki kebebasan. Formasi beralih antara 4-3-3 dan 3-4-2-1.
Mungkin di luar taktik, karisma dan gaya Mancini membawa Gli Azzurri menafsirkan perasaan bangsanya. Dia telah berhasil membuat para pemain Italia percaya pada diri mereka sendiri.
Mancini tidak hanya memberikan kehidupan ke tim nasional. Dia tidak hanya mengangkat tim dari lantai dan membersihkannya. Sebaliknya, Mancio telah membangun kembali Italia dalam citranya sendiri.
Karena itu, mereka terlihat menyerang, profesional, bergaya, bahkan disebut 'je ne sais quoi' alias perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata.
Usia skuad Italia saat ini menjanjikan, meski sebagian pemain lain bakal pensiun. Namun, Italia tak kekurangan pemain berbakat yang bisa datang ke depannya.
Mancio kini mengalihkan perhatiannya membawa Gli Azzurri tampil apik di Piala Dunia 2022. Dia ingin membawa performa berkelanjutan dan menarik untuk melihat performa Italia selanjutnya.
'Apocalypse' menjadi headline di Gazzetta Dello Sport setelah Italia gagal lolos ke Piala Dunia di Rusia. Rakyat Italia menangis dan berharap ke Mancini untuk mengembalikan kebanggaan serta rasa identitas mereka sebagai negara terhormat. Sejak saat itu, Mancini memiliki tugas besar.
BACA FEATURE LAINNYA
Momen Ketika CR7 KW Mengacau di Final Euro 2020
Momen Ketika CR7 KW Mengacau di Final Euro 2020
Itu adalah prestasi luar biasa sekaligus fakta Mancio membawa timnya bermain solid satu sama lain. Pekerjaan itu layak mendapat apresiasi, karena membentuk Gli Azzurri saat ini bukan pekerjaan mudah.
Kilas Balik Roberto Mancini
Pada saat Mancini mendapat telepon menukangi timnas Italia, dia masih berada di Zenit St Petersburg. Panggilan dari tim nasional berarti segalanya baginya dan ajakan untuk membangun kembali Italia terlalu berat untuk dia tolak. Gli Azzurri dan bangsa Italia membutuhkannya hingga dia menjawab panggilan itu dengan penuh semangat.
BACA FEATURE LAINNYA
Harry Kane: Kalah Adu Penalti adalah Perasaan Terburuk di Dunia
Harry Kane: Kalah Adu Penalti adalah Perasaan Terburuk di Dunia
Mereka semua tahu peran dan mereka menjalankan tugas dengan baik. Skuad Italia juga piawai dalam menerapkan segala macam pola strategi dan Mancio tidak takut melakukannya. Mungkin, hanya Donnarumma, Bonucci, Chiellini, serta Jorginho yang dijamin mendapat tempat.
Di babak penyisihan grup kualifikasi Euro, Mancini mengasah gaya menarik yang dia janjikan untuk diberikan kepada Italia. Mereka bermain dengan garis pertahanan yang tinggi, meski skenario ini dianggap berbahaya. Tetapi, mereka mengatasinya dengan melepaskan tekanan yang agresif.
Idenya adalah gelandang dan bek mengetahui peran mereka. Pola itu memungkinkan pemain yang lebih kreatif untuk memiliki kebebasan. Formasi beralih antara 4-3-3 dan 3-4-2-1.
Mungkin di luar taktik, karisma dan gaya Mancini membawa Gli Azzurri menafsirkan perasaan bangsanya. Dia telah berhasil membuat para pemain Italia percaya pada diri mereka sendiri.
Mancini tidak hanya memberikan kehidupan ke tim nasional. Dia tidak hanya mengangkat tim dari lantai dan membersihkannya. Sebaliknya, Mancio telah membangun kembali Italia dalam citranya sendiri.
Karena itu, mereka terlihat menyerang, profesional, bergaya, bahkan disebut 'je ne sais quoi' alias perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata.
Usia skuad Italia saat ini menjanjikan, meski sebagian pemain lain bakal pensiun. Namun, Italia tak kekurangan pemain berbakat yang bisa datang ke depannya.
Mancio kini mengalihkan perhatiannya membawa Gli Azzurri tampil apik di Piala Dunia 2022. Dia ingin membawa performa berkelanjutan dan menarik untuk melihat performa Italia selanjutnya.