Dua pemain Inggris memilih terbang menggunakan jet pribadi.
Pesepakbola Inggris, Marcus Rashford dan Jadon Sancho, berlibur bersama. Keduanya ingin beristirahat dan memulihkan tenaga menyusul pelecehan rasis yang ditujukan kepada mereka pasca Euro 2020.

Kedua penyerang itu akan menjadi rekan satu tim bersama di Manchester United musim 2021/2022. Sancho akan menjadi tandem usai menjalani tes medis di Carrington setelah menyelesaikan kepindahannya senilai 73 juta (Rp 1,4 triliun) dari Borussia Dortmund.

Mereka juga sebenarnya adalah teman dekat. Keduanya saat ini sedang menghabiskan waktu setelah kegagalan Inggris lewat drama adu penalti di Euro 2020. Mereka memilih untuk berlibur ke Turks dan Caicos, Amerika, sebelum kembali berlatih di Inggris.

Mereka telah terbang ke Providenciales, sebuah pulau indah di Samudera Atlantik yang masuk dalam daftar hijau Pemerintah Inggris. Keindahan pulau tersebut tentu saja akan menjadi tempat yang nyaman dan sempurna bagi bintang The Three Lions saat mereka berjemur.

Para pemain dikatakan telah bepergian bersama seorang rapper ternama, Chibz Artist. Rashford diperkirakan baru saja berpisah dengan pacarnya, Lucia Loi, setelah delapan tahun bersama. Sementara Sancho saat ini tidak diketahui memiliki pasangan.

Mereka berlibur disaat Unit Kepolisian Sepakbola Inggris sedang mengungkap puluhan orang untuk diselidiki karena tweet rasis kepada pemain Inggris, termasuk terhadap Bukayo Saka. Sejauh ini sudah ada empat orang yang ditangkap atas aksi rasisme di media sosial.  

Beberapa platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan TikTok sejauh ini menolak untuk mengungkapkan kepada MailOnline tentang berapa banyak posting yang dilaporkan kepada mereka karena rasisme, atau berapa banyak dari pengguna platform yang dinilai melanggar kebijakan mereka.

"Saya Marcus Rashford, pria kulit hitam berusia 23 tahun dari Withington dan Wythenshawe, Manchester selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya punya itu (sekarang)," tulis Rashford, dilansir Daily Mail.

Sementara pihak Twitter mengatakan telah menghapus lebih dari 1.000 posting dalam 24 jam usai Euro 2020. Mereka juga menangguhkan sejumlah akun karena melanggar aturan. Facebook juga mengatakan dengan cepat menghapus komentar kasar di platform mereka, begitu pula Instagram.

Satu kelompok relawan mengidentifikasi 42 komentar di Instagram yang menyamakan pemain dengan monyet, serta 17 postingan menggunakan 'N-word' dan 15 lainnya memberi tahu pemain untuk 'kembali' ke negara lain. Padahal, ketiga pemain Inggris itu (Rashford, Sancho, dan Saka) lahir dan besar di Inggris.

Center for Countering Digital Hate mencatat rincian adanya 105 akun yang memposting komentar tersebut, sehingga dapat melacaknya. Pada pukul 11 pagi ini, organisasi tersebut mengatakan bahwa dari 105 akun telah dilaporkan dan dilacak, hanya 17 akun yang tidak lagi berada di Instagram karena perusahaan atau pengguna telah menghapusnya.

Kepala Eksekutif Countering of Digital Hate, Imran Ahmed, mengatakan kepada MailOnline. "Bahkan, polisi tidak tahu persis dari mana pelecehan rasial yang menjijikkan ini berasal, karena perusahaan Big Tech sangat enggan untuk berbagi data tentang platform mereka."

Data dari perusahaan analitik Crisp, yang bekerja sama dengan klub sepakbola papan atas, termasuk di Liga Premier, menemukan pemain Inggris menghadapi 12.500 posting yang diidentifikasi sebagai pesan kebencian di media sosial selama Euro 2020.

Pelecehan dari 10.000 akun setara dengan 3 persen dari semua pengguna yang memposting ke akun para pemain selama turnamen, di mana semuanya ditujukan kepada mereka melalui Twitter dan Instagram.

Komentar tentang ras, etnis, agama, orientasi seksual, serta pelecehan yang ekstrem, dan ancaman bahaya, termasuk terhadap anggota keluarga masuk di dalamnya.  

Tiga dari empat orang yang ditangkap telah diidentifikasi, di antaranya adalah Brad Pretty berusia 49 tahun dari Kent, Andrew Bone berusia 37 tahun dari Sale, dan pelatih sepak bola anak-anak Nick Scottberusia (50) dari Powick, Worcestershire.

"Tersangka keempat adalah seorang pria berusia 37 tahun dari Ashton-upon-Mersey di Greater Manchester sudah ditangkap kemarin," kata pejabat setempat.

Terlepas dari itu semua, kini Rashford dan Sancho sedang berlibur sekaligus melupakan kejadian yang menimpa mereka. Keduanya menempuh perjalanan 42.000 mil dengan pesawat jet pribadi dengan memakan waktu delapan jam. Mereka diketahui tinggal di sebuah vila bersama teman-temannya.

Mereka sengaja menjalani liburan untuk menghilangkan kejenuhan akibat pelecehan di medsos. Mereka berharap kembali bugar dan rileks ketika kembali membela Setan Merah.

Sementara Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan perjalanan masih panjang dalam mengatasi rasisme di Inggris. Pihaknya berjanji untuk berjuang agar platform media sosial lebih proaktif dalam melawan rasisme.

"Saya pikir sebagai masyarakat, apa yang perlu kita lakukan adalah memahami bahwa kita telah membuat kemajuan dalam mengatasi rasisme," ungkap Johnson.

Perdana Menteri juga mengatakan pemerintahannya akan menggunakan undang-undang sebagai ancaman untuk memaksa perusahaan media sosial mengambil tindakan lebih besar terhadap rasisme.

"Saya pikir rezim larangan sepakbola, perubahan yang telah kami umumkan akan berharga. Anda tidak dapat pergi ke pertandingan jika Anda bersalah karena berbicara tentang kebencian dan rasisme secara online. Untuk hal itu kita harus melangkah lebih jauh," timpal Johnson.

“Kami akan menggunakan 'RUU Bahaya Online' untuk memastikan perusahaan media sosial membayar denda sebesar 10% dari pendapatan global mereka jika mereka membiarkan rasisme di platform mereka," tegasnya.