Mereka adalah klub yang mulus melakukan suksesi pelatih. Orang baru lebih sukses dari orang lama.
Musim lalu, Chelsea mengganti Frank Lampard di pertengahan musim dengan Thomas Tuchel. Dalam hitungan bulan, mereka beralih dan bersaing di empat besar untuk memenangkan Liga Champions. The Blues mengalahkan Manchester City di pertandingan puncak.
Bagaimana Peringkatnya? 10 Pembelian Bek Terbaik MU Sejak Sir Alex Lengser
10. Tim Sherwood ke Mauricio Pochettino (Tottenham Hotspur)
Dipekerjakan pada 2014, Mauricio Pochettino menggantikan Tim Sherwood yang keluar setelah musim yang lesu. Spurs finish keenam di musim 2013/2014. Pria Argentina itu mengubah The Lilywhites menjadi pesaing di empat besar klasemen. Bahkan, mereka sempat memperebutkan gelar pada dua kesempatan terpisah.
Di bawah Pochettino, Spurs menikmati perjalanan bersejarah ke final Liga Champions, menyingkirkan tim lain seperti Manchester City dan Ajax dengan membanggalan. Tapi, awal yang buruk pada musim 2019/2020 mengakhiri karier Pochettino di London Utara.
Starting XI Pemain Top Dunia yang Harganya Terlalu Mahal
9. Paul Groves ke Eddie Howe (Bournemouth)
Kisah Eddie Howe dan Bournemouth adalah romansa sepakbola yang baik. Lulusan akademi The Cherries ini mengambil alih kendali klub pada 2008 ketika mereka mendekam di kasta keempat sepakbola Inggris. Howe melakukan keajaiban untuk Bournemouth.
Dia membawa klub dari League One, ke League Two, ke Championship Division, dan langsung ke Liga Premier dalam empat musim. Keren!
8. Paul Heckingbottom ke Marcelo Bielsa (Leeds United)
Marcelo Bielsa telah disebut-sebut sebagai pelatih terbaik di dunia oleh Pep Guardiola. Pria Argentina berusia 66 tahun itu mendapatkan lencana kepelatihannya pada 1990 dan telah menjadi komandan perang sejak saat itu.
Bielsa telah memilih proyek yang sulit dan menarik sepanjang kariernya. Sementara beberapa kampanye telah mengecewakan. Tapi, masa jabatannya di Elland Road bukanlah keajaiban. Dia mewarisi skuad yang buruk. Lalu, Bielsa hampir memimpin Leeds untuk promosi di musim pertamanya. Tapi, mereka goyah di tahap akhir.
7. Luigi del Neri ke Antonio Conte (Juventus)
Dalam 15 tahun karier kepelatihannya, Antonio Conte telah berhasil mengumpulkan total sembilan trofi dengan beberapa klub. Tapi, karier yang paling mengesankan datang selama tiga tahun tinggal di Turin. Conte berhasil membawa Juventus meraih tiga trofi Serie A berturut-turut.
Sebelum Conte ditunjuk sebagai pelatih, Juventus terakhir kali memenangkan gelar liga pada musim 2002/2003. Dia merevolusi formasi 3-5-2, membangun timnya dengan tiga bek kokoh, dan dua bek sayap ofensif. Ini kemudian diteruskan penggantinya, Massimiliano Allegri.
6. Manuel Pellegrini ke Pep Guardiola (Manchester City)
Manchester City telah memenangkan Liga Premier dua kali saat Pep Guardiola menjadi pelatih di Etihad Stadium. Tapi, kedatangannya mengubah The Citizens menjadi pesaing kuat di level Eropa.
Permainan dengan mengutamakan efektivitas posisi pemain ditambah dengan sumber daya pemain membentuk kombinasi yang mematikan. Guardiola membawa City menang empat kali di liga domestik. Dia juga memimpin tim untuk meraih 100 poin dalam satu musim yang menjadi sejarah di Liga Premier.
Tapi, kegagalan mantan pelatih Barcelona untuk memenangkan Liga Champions telah menjadi satu-satunya noda dalam karier di Man City. Standar tinggi Guardiola sendiri adalah satu-satunya alasan yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk finish lebih tinggi.
5. Edoardo Reja ke Gian Piero Gasperini (Atalanta)
Atalanta Bergamo telah mengalami peningkatan performa yang luar biasa sejak merekrut Gian Piero Gasperini. Klub ini dipromosikan ke Serie A pada awal dekade ini dengan lima kali finish di posisi bawah klasemen secara berturut-turut sebelum mengumumkan kedatangan pelatih berusia 63 tahun itu pada 2016.
Di bawah asuhannya, Atalanta telah memainkan sepakbola paling menarik di seluruh Eropa. Gasperini membawa La Dea dari posisi terbawah klasemen ke urutan keempat di musim debutnya. Ini membantu mereka lolos ke ajang Eropa setelah 27 tahun.
4. Fernando da Cruz ke Christophe Galtier (Lille)
Sebuah kisah yang mirip dengan kisah Gasperini dialami Christophe Galtier, yang diangkat sebagai pelatih Lille pada Desember 2017. Tim Prancis itu berada di zona degradasi pada saat itu.
Kemudian, Lille secara konsisten finish di zona empat besar di bawah pengawasannya. Di era Ligue 1 yang didominasi oleh Paris Saint Germain, Galtier berhasil melakukan hal yang mustahil di musim 2020/2021. Lille mengamankan gelar liga pertama dalam 10 tahun.
? Lille were fighting against relegation when they appointed Christophe Galtier in December 2017. They’ve now done what everyone said was impossible – outstripped PSG to win the Ligue 1 title ?
— FIFA.com (@FIFAcom) May 23, 2021
? What an unbelievable achievement!@losclive | @LOSC_EN | @Ligue1_ENG pic.twitter.com/SrzcNUIAVj
3. Brendan Rogers ke Juergen Klopp (Liverpool)
Juergen Klopp telah memainkan dua peran kepelatihan yang brilian dalam kariernya. Setelah merevitalisasi Borussia Dortmund, dia menuju ke Liverpool pada saat The Reds dicap sebagai tim prasejarah di kompetisi Inggris.
Pelatih asal Jerman itu meluangkan waktu untuk membangun kembali skuad dari awal dan bekerja dengan anggaran yang ketat. Akibatnya, hampir semua rekrutannya terbukti bernilai uang. Klopp menginvestasikan kembali uang yang diterima dari penjualan Philippe Coutinho untuk membeli Virgil van Dijk dan Alisson Becker.
Klopp telah memimpin Liverpool meraih gelar Liga Champions dan Liga Premier yang luar biasa. Itu membuat mereka memenangkan kompetisi Inggris setelah 30 tahun menunggu.
2. Rafael Benitez ke Zinedine Zidane (Real Madrid)
Zinedine Zidane diumumkan sebagai pelatih Real Madrid pada Januari 2016, setelah klub mengalami musim yang mengecewakan di bawah asuhan Rafael Benitez. Los Blancos mengalami sedikit kemerosotan setelah pemecatan Carlo Ancelotti.
Namun, kedatangan Zidane membuat mereka kembali menulis sejarah untuk klub berusia 119 tahun itu. Dalam enam bulan pertamanya, mantan pemenang Ballon d'Or itu membawa klub lamanya meraih kejayaan Liga Champions. Dia mengikutinya dengan gelar Liga Champions lainnya di musim-musim selanjutnya. Totalnya, tiga musim beruntun.
Dampak Zidane di klub sangat monumental sehingga Madrid harus mempekerjakan dirinya untuk kedua kalinya pada 2019. Tapi, periode keduanya tidak terlalu sukses sehingga dia berhenti pada akhir musim lalu.
Nine finals for Zinedine Zidane as Real Madrid boss.
— B/R Football (@brfootball) January 12, 2020
Nine wins ? pic.twitter.com/J8RAJ1OQ76
1. Gregorio Manzano ke Diego Simeone (Atletico Madrid)
Pengangkatan Diego Simeone sebagai pelatih pada 2011 sangat tepat. Itu adalah suksesi pelatih paling sukses dalam satu dasawarsa terakhir. Konsistensi panjang dan taktik yang diterapkan didalam dan diluar lapangan untuk Atletico Madrid tidak tertandingi dalam beberapa tahun terakhir.
Pria Argentina berusia 51 tahun itu mematahkan supremasi Barcelona dan Real Madrid di La Liga ketika Atletico meraih gelar pada 2013/2014. Itu adalah trofi pertama mereka dalam 18 tahun. Dia juga mempelopori masuknya kembali klub itu ke Eropa, menjadikan mereka sebagai peserta reguler.
Yang terbaru, El Cholo kembali menghentikan dominasi Barcelona dan Madrid dengan menjuarai La Liga 2021/2022.