Miliuner yang dianggap kurang beruntung dan ceroboh.
Klub papan atas Liga Premier itu terkenal dengan pengeluaran besar-besaran setiap kali bursa transfer, meski pengusaha asal Rusia itu juga dikenal gemar memecat banyak pelatih. Semua itu bertujuan menggapai trofi.
Terlepas dari kesuksesan besar Abramovich yang patut ditiru. Pada batas-batas tertentu, Abramovich hanya seorang miliuner yang tampak kurang beruntung dan ceroboh.
10 Pemain dengan Assist Terbanyak Sepanjang Abad 21
Masa jabatan Carlo Ancelotti di Stamford Bridge terbukti sangat disukai di kalangan pemain, penggemar, dan manajemen. Sosok yang seperti ayah dan juga pria menginspirasi, Ancelotti adalah pasangan yang sempurna untuk harapan besar Abramovich.
Ancelotti mengamankan dua trofi pada musim 2009/2010. Namun, kemunduran yang tidak diharapkan dalam kampanye 2010/2011 adalah ketika finis kedua di Liga Premier di belakang Manchester United.
Alasan Wijnaldum Kabur dari Liverpool: Saya Kambing Hitam Melulu
4. Pembelian Fernando Torres
Pembelian Fernando Torres adalah tambahan kontroversial dalam daftar ini, mengingat gelar Liga Champions dan Liga Europa yang dimenangkannya saat berseragam Chelsea. Torres adalah kekecewaan besar di Chelsea dan merupakan transfer yang tidak tepat waktu untuk pemain yang telah melewati masa jayanya.
3. Memecat Jose Mourinho
Penggemar Chelsea pasti tahu dan sadar bahwa salah satu hari tergelap di era Abramovich adalah hari diumumkannya pemecatan Jose Mourinho sebagai pelatih pada September 2007.
Mou, yang membawa mereka meraih dua gelar liga domestik berturut-turut, Piala FA dan Piala Liga, mendapati dirinya harus dipecat karena alasan klasik. Mou dinilai punya hubungan kurang harmonis dengan manajemen dan pemain.
2. Penjualan Lukaku, De Bruyne, dan Salah
Chelsea sering dikritik karena banyaknya jumlah pemain, yang terus-menerus dipinjamkan dan diperlakukan sebagai aset keuangan belaka oleh klub.
Di antara sekian banyak pemain Chelsea yang dibuang, terdapat tiga pemain yang menonjol seperti Romelu Lukaku, Kevin de Bruyne, dan Mohamed Salah yang telah menjadi pemain terbaik di generasi mereka. Ketiganya tidak pernah menikmati kesuksesan saat berseragam Chelsea.
Lukaku adalah pewaris Didier Drogba, tetapi bayang-bayang legenda Pantai Gading itu terlalu berat untuk membuatnya tumbuh. Pada akhirnya Lukaku dipinjamkan ke West Brom dan Everton dan selanjutnya secara permanen.
Sementara itu, De Bruyne dan Salah dipandang sebagai pemain skuad yang mendapatkan waktu bermain sangat terbatas. Keduanya tidak diberi waktu untuk matang menjadi pemain luar biasa seperti sekarang ini.
1. Gagal Mempromosikan Pemain Akademi
Beberapa piala dan turnamen pemuda FA, tapi sayangnya tidak banyak berarti bagi hierarki di Stamford Bridge yang hingga saat ini enggan mempromosikan prospek pemain muda.
Josh McEcharan, Gael Kakuta, Dominic Solanke, Lucas Piazon, dan Nathaniel Chalobah adalah beberapa nama yang mengecewakan karena gagal naik kelas. Semua nama di atas dan banyak lagi datang dengan reputasi besar ketika di akademi, tapi entah mengapa seketika gagal di level senior.
Meskipun tidak ada pertanyaan tentang kemampuan mereka, pemuda itu hanya diberi beberapa peluang di tim utama, di mana tekanan dan harapan untuk tampil sejak awal di klub yang sangat kompetitif seperti Chelsea terlalu banyak untuk banyak bintang muda berbakat.
Para penggemar sangat ingin memiliki lulusan akademi di tim utama seperti yang dibanggakan Manchester United dan Liverpool.
Sad to see so many of our talented youth players turning down contracts this summer. Its understandable though they want 1st team football and at Chelsea thats not guaranteed https://t.co/NWkxMOKHJg
— Kyle Fanning (@kylers2000) July 21, 2021
Untungnya, situasi larangan transfer yang tidak nyaman pada 2019/2020 memaksa Chelsea untuk mempromosikan banyak talenta tim utama seperti Callum Hudson Odoi, Ruben Loftus Cheek, Tammy Abraham, Mason Mount, Reece James, dan Fikayo Tomori, yang semuanya dimulai dengan tingkat keberhasilan dan janji yang tidak dimiliki generasi sebelumnya.