Dia terjun di nomor paling bergengsi di atletik. Meski berat, tidak ada yang tak mungkin di trek.
Zohri mulai mencuri perhatian publik pada 2018. Saat itu, atlet asal Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut tampil mengejutkan pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018 di Tampere, Finlandia. Dia menjadi sprinter pertama Indonesia yang meraih medali emas di nomor paling bergengsi di atletik (100 meter).
Argentina Tersisih di Olimpiade 2020, Pemain Brasil buat Posting Menyakitkan
Meski berat, peluang di Tokyo belum tertutup
Jadi, bagaimana peluang Zohri di Olimpiade 2020? Tentu saja, tidak akan mudah. Hal itu bisa dilihat dari performa Zohri dalam test event Olimpiade di Olympic Stadium Tokyo, pada Mei 2021 lalu. Tanpa turnamen internasional yang diikuti sepanjang tahun 2020, Zohri hanya mampu menembus putaran final lari setelah mencatatkan 10,34 detik di kualifikasi.
Mengapa Atlet Gigit Medali Saat Berpose di Podium? Ini Jawabannya
"Harapan saya semoga masyarakat Indonesia tetap mendukung saya dan tetap mendoakan saya. Semoga pada Olimpiade saya bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia, dan semoga bisa tampil maksimal bagi Indonesia," ujar Zohri, dilansir Antaranews.
Reigning world U20 100m champion Lalu Mohammad Zohri, 18, improves to 10.03 in Osaka! Just 0.02 outside the Asian U20 record held by Kiryu.https://t.co/OFpuzmtLf1
— Steven Mills (@srmills90) May 19, 2019
Bertabur sprinter kelas dunia
Tampil di nomor paling elite di atletik, Zohri menghadapi lawan-lawan dengan status atlet kelas dunia. Meski Usain Bolt sudah tidak tampil lagi, bukan berarti Jamaika misalnya, tidak memiliki sprinter top Mereka punya Yohan Blake, Oblique Seville, dan Tyquendo Tracey.
Kemudian, AS memiliki nama-nama populer seperti Ronnie Baker, Trayvon Bromell, dan Fred Kerley. Lalu, Britania Raya mengandalkan Zharnel Hughes, Reece Prescod, dan Chijindu Ujah. Sementara tuan rumah Jepang memiliki Yuki Koike, Shuhei Tada, dan Ryota Yamagata.
Lima tahun lalu di Rio de Janeiro, lari 100 meter dimenangkan Bolt. Legenda Jamaika itu mencatatkan 9,81 detik. Dia mengalahkan Gatlin (AS) dengan 9,89 detik dan Andre de Grasse (Kanada) dengan 9,91 detik.
Untuk tahun ini, Bolt dan Gatlin tidak tampil. Tapi, De Grasse masih akan menjadi andalan Kanada untuk mendulang emas. Begitu pula Bromell yang saat itu mencatatkan 10,06 detik dan Akani Simbine (9,94 detik) dari Afrika Selatan akan tetap tampil di Tokyo.