Sayang potensi para pemain ini tidak pernah dimanfaatkan sepenuhnya oleh Madrid
Kendati demikian, tak banyak pemain jebolan dari akademi Real Madrid yang mampu sukses menjadi pemain besar di Santiago Bernabeu, justru kebanyakan dari mereka menuai sukses bersama klub lain.
Hendra Setiawan Gagal jadi Orang Indonesia Pertama yang Raih Dua Emas Olimpiade
Menimba ilmu dan mengasah skill selama 5 tahun di La Fabrica, Sarabia kemudian dipromosikan ke tim Real Madrid B pada tahun 2009 dan setahun kemudian ia ditarik ke tim senior Los Blancos.
Setelah beberapa tahun tampil konsisten di La Liga, PSG kemudian memboyongnya pada tahun 2019, di mana pemain berusia 29 tahun itu bermitra dengan nama-nama beken seperti Neymar dan Kylian Mbappe, dan keserbagunaannya sebagai seorang gelandang membuatnya menjadi anggota tim yang sangat vital.
Barbar! Momen Tekel Brutal Soldado ke Pemain Villarreal
Pablo Sarabia is targeted by Atlético de Madrid.
The chances of a return to La Liga are growing for the player.It could also be a opportunity for Real Madrid and Barcelona in this transfer market.@diarioas via @hadrien_grenier pic.twitter.com/7wsy1PipWx— PSGExtra (@PSGExtra_) June 29, 2021
4.Dani Parejo
Sebelum dikenal sebagai pemain idola di Valencia, Parejo terlebih dahulu menimba ilmu di akademi Real Madrid selama 3 tahun. Pada tahun 2008, pria Spanyol itu kemudian dipromosikan ke tim utama Real Madrid, dan sempat dipinjamkan ke Queens Park Rangers. Parejo dianggap sebagai salah satu gelandang tengah paling teknis yang keluar dari akademi Real Madrid, tapi karena kualitas para pemain bintang di skuad Los Blancos, ia kemudian memilih bergabung dengan Getafe pada tahun 2009.
Parejo telah tampil dalam 282 pertandingan untuk Valencia dan telah mengenakan ban kapten setidaknya selama seratus pertandingan, membuktikan status legendarisnya di klub.
? FREE-KICK ON POINT! ?
— LaLiga English (@LaLigaEN) March 30, 2020
? @DaniParejo managed to get the ball past Oblak! ? #LaLigaSantander #StayHome pic.twitter.com/vxqslVQ7GI
Mampu bermain sebagai gelandang serang atau bertahan, Parejo memberikan ketenangan saat memegang bola dan kemampuan passingnya yang luar biasa menjadikannya outlet kreatif utama untuk tim yang diwakilinya. Saat ini ia bermain untuk Villareal, dan musim lalu, Parejo sukses memenangkan Liga Eropa bersama El Submarino Amarillo.
3.Marcos Llorente
Transisi Marcos Llorente dari gelandang bertahan di akademi Real Madrid menjadi pencetak gol yang subur di Atletico merupakan hal yang sangat menarik. Ia bergabung dengan akademi Real Madrid pada tahun 2008 dan dalam enam tahun ia mulai bermain untuk Castilla.
Guna menambah jam terbangnya, Llorente dipinjamkan ke Deportivo Alaves, itu adalah musim debutnya di La Liga & ia melakukannya dengan cukup baik. Setelah tampil mengesankan untuk Alaves, ia melakukan debut untuk tim senior Real Madrid. Namun mengingat persaingan di lini tengah, ia tidak pernah berhasil mengamankan tempat di starting XI, dimana ia selalu menjadi pelapis untuk Casemiro.
⚽️ 12 ประตู
— LaLiga Thailand (@LaLigaTH) July 21, 2021
? 11 แอสซิสต์
? @marcosllorente = เก่งรอบด้าน ?@atletienglish | #LaLigaSantanderpic.twitter.com/sREV9s8NTW
Pada 2019, ia bergabung dengan Colchoneros dan segalanya berubah secara drastis di Wanda Metropolitano ketika Diego Simeone memasang Llorente sebagai pemain yang lebih bermain ofensif dan ya transformasi itu mengubah karier Llorente sepenuhnya.
Musim lalu, Llorente sukses membantu Atletico meraih gelar La Liga ke-11 mereka di mana ia sukses mencetak 13 gol dan memberikan 12 assist untuk rekan-rekannya.
2.Alvaro Morata
Tidak dapat disangkal bahwa Alvaro Morata adalah striker terbaik Spanyol saat ini meski ia tidak pernah bersinar di Real Madrid. Terlepas dari waktunya di Chelsea, penyerang Spanyol itu memiliki tugas yang mengesankan dengan klub-klub seperti Juventus dan Atletico Madrid. Morata bergabung dengan akademi Real Madrid pada tahun 2008 dan beberapa tahun kemudian masuk ke skuad Castilla. Dipuji sebagai penyerang yang menjanjikan untuk klub, Morata tidak pernah menembus starting XI utama di Santiago Bernabeu.
Meski begitu, ia sempat mencicipi dua gelar Liga Champions bersama Los Blancos sebelum bergabung dengan Juventus, dimana ia tampil impresif bersama Bianconeri di musim debutnya. Morata kemudian kembali ke Real Madrid pada tahun 2016, tetapi Karim Benzema mendepaknya dari starting XI utama.
Tahun 2017, Morata dilepas ke Chelsea dan selama waktunya di Inggris, ia tidak pernah menampilkan performa terbaiknya, bahkan terbilang gagal memenuhi ekspektasi, sama seperti seniornya, Fernando Torres.
Morata kemudian bergabung dengan Atletico Madrid dengan status pinjaman dan meskipun ia tidak terlalu mengesankan, Rojiblancos memutuskan untuk mengontraknya secara permanen dari Chelsea. Musim keduanya langsung menjadi hit dan ia mulai menjadi pemain favorit oleh pendukung di Colchoneros. Namun, dengan kedatangan Luis Suarez musim lalu, Morata dipinjamkan lagi ke Juventus dan ia memiliki musim yang cukup baik di Serie A, mencetak 11 gol dan membuat sembilan assist.
From one big Derby d'Italia win to another: feat. @AlvaroMorata ?⚽️#GoalOfTheDay #FinoAllaFine #ForzaJuve pic.twitter.com/rz15eqJkhs
— JuventusFC (@juventusfcen) May 16, 2021
1.Achraf Hakimi
Achraf Hakimi bergabung dengan akademi Real Madrid pada tahun 2006 dan dalam waktu singkat berhasil mencapai Castilla.
Meski mengesankan semua orang di Real Madrid, Hakimi gagal mengamankan tempat di tim senior karena Dani Carvajal lebih dipercaya oleh pelatih saat itu, Zinédine Zidane. Real Madrid kemudian meminjamkannya ke Borussia Dortmund dan selama bermain di Bundesliga, Hakimi langsung menjadi idola baru di Signal Iduna Park, yang mana permainannya di sayap kanan benar-benar mengesankan, terutama saat ia bermitra dengan pemuda lainnya, Jadon Sancho.
Pada musim 2019/2020, Hakimi tampil luar biasa bersama Die Borussen dengan mencetak 5 gol dan memberikan 10 assist. Saat kembali ke ibukota Spanyol, Hakimi kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Internazionale asuhan Antonio Conte. Pemain Maroko itu berkembang dalam sistem permainan Conte di mana ia diizinkan untuk menyerang ke depan dan menciptakan beberapa peluang untuk rekan-rekannya, hasilnya bersama Romelu Lukaku dkk, ia sukses membantu Nerazzurri meraih gelar Serie A ke-19 mereka.
Hakimi kini telah bergabung dengan PSG dalam biaya transfer 60 juta Euro karena Inter Milan tengah berjuang untuk menyeimbangkan pembukuan mereka.
On continue ??? pic.twitter.com/WnXHK7xhLK
— achrafhakimi (@AchrafHakimi) July 27, 2021