Berhasil kalahkan Lalu Muhammad Zohri, usianya baru 26 tahun.
Nama Usain Bolt dalam cabang lari jarak pendek, 100 Meter, sangat berkibar. Bagaimana tidak 3 kali berturut-turut namanya dinobatkan sebagai juara dalam Olimpiade, masing-masing pada 2008, 2012 dan 2016.

Seiringan dengan berjalannya waktu nama lain bermunculan, generasi baru bertumbuh. Bolt tak bisa lagi mengklaim dirinya sebagai raja karena status manusia tercepat di lintasan itu sekarang telah beralih pada nama Marcell Jacobs, altet kelahiran Amerika Serikat yang mewakili Italia dalam Olimpiade Tokyo 2020.

Nama Jacobs sebetulnya tak begitu dipertimbangkan, mungkin karena tanpa beban, tungkai kaki Jacobs serasa ringan, dan pria plontos berumur 26 tahun mencatat waktu 9.80 detik, itu merupakan rekor terbaik pribadi dan nasional. Sungguh luar biasa mengingat
watatan waktunya sebenarnya lebih cepat dari waktu Bolt berlari  merebut emas di Olimpiade Rio 2016 lalu.




Dua nama yang menyusul Jacobs naik podium ialah Kerley dan De Grasse yang mencatat waktu masing-masing 9:84 dan 9:89.

Hasil tersebut tak disangka-sangka. Karena Trayvon Bromell adalah favorit untuk memenangkan gelar saat memasuki Olimpiade tetapi dia tersingkir di babak semi final setelah penampilan di bawah standar. Yohan Blake, yang meraih perak di nomor 100m di London 2012, juga gagal mencapai final.

Delapan orang yang lolos ke final adalah: Akani Simbine (Afrika Selatan), Marcell Jacobs (Italia), Zharnel Hughes (Inggris Raya), Fred Kerley (Amerika Serikat), Su Bingtian (Cina), Ronnie Baker (Amerika Serikat), Enoch Olaoluwa Adegoke (Nigeria) dan Andre De Grasse (Kanada).

Lebih lengkapnya. Lihat peringat mereka di bawah ini :

1. Jacobs - 9.80
2. Kerley - 9,84
3. De Grasse - 9,89
4. Simbine - 9,93
5. Baker- 9,95
6. Su - 9,98
7. Adegoke - DNF
8. Hughes - DQ


"Luar biasa, fantastis, ini mimpi, juara Olimpiade di 100m ... Saya tidak bisa berkata-kata," katanya, dilansir dari The Guardian.

“Ini adalah medali emas saya dan untuk selamanya saya sangat senang. Tujuan saya adalah untuk tiba di final, konsentrasi maksimum dan menjalankan garis saya. Ini fantastis untuk Italia, saya pikir ada pesta besar seperti untuk sepak bola.”pungaksnya.