Ada yang sesuai harapan, melampaui target, hingga mengecewakan. Inilah statistiknya.
Dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya teratasi di banyak negara Asia Tenggara, atlet-atlet terbaiknya bertanding di Olimpiade 2020 Tokyo. Hasilnya, Indonesia menjadi anggota ASEAN dengan prestasi terbaik di Negeri Sakura.

Setiap dua tahun sekali, negara-negara Asia Tenggara memiliki kesepakatan untuk menggelar SEA Games. Yang terbaru berlangsung di Filipina pada 2019 dan jadwal berikutnya pada 2021 di Vietnam. Tapi, akibat Virus Corona, SEA Games akan digeser menjadi 2022.

Sayangnya, SEA Games tidak bisa dijadikan patokan kehebatan olahraga di suatu negara. Pasalnya, tuan rumah akan mengajukan sejumlah cabang olahraga baru yang khas dan tidak masuk kategori "olympic sports". Akibatnya, hampir dipastikan tuan rumah akan menjadi pendulang medali terbanyak.

Dampak lainnya terjadi di ajang lain yang lebih tinggi, khususnya Olimpiade. Sepanjang sejarah, negara-negara ASEAN selalu kesulitan bersaing dengan kawasan Asia lain seperti China, Jepang, Korea Selatan, atau negara-negara Timur Tengah. Begitu pula dengan wilayah bekas Uni Soviet.

Bagaimana dengan tahun ini? Kondisinya tidak berbeda jauh. Hingga detik ini hanya ada tiga medali emas yang disumbangkan atlet-atlet ASEAN. Dan, berikut ini statistiknya: 


1. Indonesia

Kekuatan: 28 atlet di 8 olahraga

Hasil: 1 emas, 1 perak, 3 perunggu

Semua medali yang didapatkan Indonesia di Olimpiade 2020 berasal dari bulutangkis dan angkat besi. Emas disumbangkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu, perak oleh Eko Yuli Irawan, dan perunggu dengan Windy Cantika Aisah, Rahmat Erwin Abdullah, serta Anthony Sinisuka Ginting.

Olahraga lain yang sebenarnya hampir menyumbang medali adalah panahan dari ganda campuran, Riau Ega Agatha Salsabila dan Diananda Choirunisa. Sayang, keduanya terhenti di perempat final setelah menyerah dari pasangan Turki, Mete Gazoz dan Yasemin Anagoz.


2. Filipina

Kekuatan: 19 atlet di 11  olahraga

Hasil: 1 emas, 1 perak, 0 perunggu

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Filipina mendapatkan emas Olimpiade. Prestasi itu ditorehkan atlet angkat besi, Hidilyn Diaz, di kelas 55 kg putri. Diaz memiliki angkatan snatch 97 kg dan clean and jerk 127 kg atau total 224 kg. Di clean and jerk dan total angkatan Diaz memecahkan rekor Olimpiade.

Selain itu, untuk pertama kalinya sejak 1932, Filipina juga memiliki atlet yang mengumpulkan lebih dari satu medali Olimpiade. Itu setelah petinju Nesthy Petecio meraih perak setelah kalah dari Sena Irie (Jepang) di kelas bulu putri.

Mereka masih mungkin menambah perunggu dari tinju setelah Carlo Paalam (kelas terbang putra) dan Eumir Marcial (kelas menengah putra) akan tampil di perebutan medali perunggu. Rencananya, pertandingan final akan digelar Sabtu (7/8/2021).


3. Thailand

Kekuatan: 41 atlet di 14 olahraga

Hasil: 1 emas, 0 perak, 0 perunggu

Biasanya, Thailand menjadi negara Asia Tenggara terbaik. Sebelum tampil di Tokyo, Negeri Gajah Putih memiliki 9 emas, 8 perak, dan 16 perunggu Olimpiade. Jumlah itu lebih baik dari Indonesia yang hanya punya 7 emas sebelum ditambahkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Pada Olimpiade 2004, Thailand bahkan sanggup mendapatkan 3 emas 1 perak 4 perunggu. Kemudian, di Beijing 2008 dan Rio de Janeiro 2016, mereka punya 2 emas 2 perak 2 perunggu.

Tapi, di Olimpiade 2020, kondisinya berbeda 180 derajat. Dengan kekuatan 41 atlet, Thailand baru memperoleh satu medali, yaitu emas dari Panipak Wongpattanakit di taekwondo kelas 49 kg putri. Panipak mengalahkan Adriana Cerezo (Spanyol) 11-10 di pertandingan final.

Meski super berat, Thailand masih bisa menyumbang medali lainnya dari gol putri lantaran Ariya Jutanugarn dan Patty Tavatanakit belum bertanding.




4. Malaysia

Kekuatan: 30 atlet di 10 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 1 perunggu

Kontingen Malaysia harus berterima kasih kepada pasangan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di ganda putra bulutangkis, yang menyumbang perunggu. Mereka menyumbang satu-satunya medali Malaysia di Tokyo sejauh ini setelah mengalahkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Malaysia masih mungkin menambah medali karena ada beberapa atlet yang belum bertanding. Sebut saja Kelly Tan di golf putri, Cheong Jun Hoong dan Pandelela Rinong di selam putri, serta Azizulhasni Awang dan Shah Firdaus Sahrom di balap sepeda.

Tapi, sepertinya butuh keajaiban untuk bisa meraih emas, perak, atau perunggu.




5. Vietnam

Kekuatan: 18 atlet di 11 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Saat Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Vietnam mendapatkan 1 emas dan 1 perak dari perunggu. Lalu, di London 2012 mendapatkan perunggu dan pada 2008 di Beijing meraih perak di angkat besi. Sementara taekwondo menyumbang perak di Sydney 2000.

Tapi, di edisi kali ini, Vietnam gagal total. Bahkan, Hoang Xuan Vinh, yang meraih emas di Negeri Samba dari menembak 10 m air pistol putra hanya mampu mengumpulkan 573 poin dan terbenam di posisi 22.


6. Singapura

Kekuatan: 23 atlet di 11 olahraga 

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Dengan kontingen yang lebih banyak dari Filipina, Singapura gagal total. Bahkan, Joseph Schooling yang punya 27 emas SEA Games, 3 emas Asian Games, dan 1 emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro gagal bersinar di Tokyo. Pemuda berusia 26 tahun itu gagal menembus semifinal di dua nomor andalannya, 100 meter gaya bebas dan kupu-kupu.

Kegagalan juga hadir di olahraga andalan lainnya, tenis meja. Petenis meja putri terbaik Singapura yang kelahiran China dan sekaligus pemilik delapan emas SEA Games, Yu Mengyu, hanya sampai semifinal. Di play-off perebutan perunggu, dia dikalahkan Mima Ito dari Jepang.




7 Myanmar

Kekuatan: 2 atlet di 2 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Myanmar mengirimkan Ye Tun Naung di menembak 10 meter air pistol dengan hasil 576 poin di posisi 14 dan Thet Htar Thuzar di bulutangkis tunggal putri. Nama terakhir dikalahkan Gregoria Mariska Tunjung dan Lianne Tan (Belgia) di penyisihan grup.


8. Laos

Kekuatan: 4 atlet di 3 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Laos mengirimkan seorang atlet judo, Soukphaxay Sithisane, yang tampil di kelas 60 kg putra. Di babak 32 besar, dia dikalahkan judoka Brasil, Eric Takabate.

Selain Judo, Laos juga mengirimkan Silina Pha Aphay di lari 100 meter putri dengan catatan 12,41 detik di kualifikasi. Ada lagi dua perenang, yaitu Santisouk Inthavong di nomor 50 meter gaya bebas putra dengan catatan 26,04 detik dan Siri Arun Budcharern di nomor 50 meter gaya bebasr putri dengan catatan 29,22 detik.


9. Kamboja

Kekuatan: 3 atlet di 2 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Kamboja mengirimkan Pen Sokong di lari 100 meter putra dengan catatan 11,02 detik di kualifikasi. Kemudian, Puch Hem di renang 50 meter gaya bebas putra dengan catatan 24,91 detik dan Bunpichmorakat Kheun di renang 50 meter gaya bebas putri dengan catatan 29,42 detik.


10. Brunei Darussalam

Kekuatan: 2 atlet di 2 olahraga

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Brunei mengirimkan Muhd Noor Firdaus Ar-Rasyid di lari 200 meter putra dengan hasil 21,83 detik dan menempati posisi 7 di kualifikasi. Kemudian, Muhammad Isa Ahmad di renang 100 meter gaya dada putra dengan catatan 1 menit 08,65 detik di kualifikasi


11. Timor Leste

Kekuatan: 3 atlet di 2 olahraga 

Hasil: 0 emas, 0 perak, 0 perunggu

Bekas provinsi ke-27 Indonesia itu mengirimkan Felisberto de Deus di lomba lari 1.500 meter putra. Hasilnya, 3 menit 51,03 detik dan gagal di putaran pertama. Ada lagi Jose da Silva Viegas di renang 50 meter gaya bebas dan Imelda Ximenes di renang 50 meter gaya bebas putri.