Mirip Dortmund di Jerman. Beli murah, jual mahal, dan tetap berprestasi. Beda dengan Arsenal!
Musim lalu, Leicester City mengalahkan Chelsea di final Piala FA. Di awal musim ini, The Foxes baru saja menjuarai Community Shield. Hebatnya, itu dilakukan setelah menjual lima bintang seharga 260 juta pounds (Rp5,2 triliun). Kemudian, membangun kembali tim yang sekarang bernilai 430 juta pounds (Rp8,6 triliun).
Saat ditunjuk menjadi direktur sepakbola pada 2015, Jon Rudkin melakukan langkah brilian. Dia mendatangkan sejumlah pemain, yang lima diantaranya senilai 18 juta pounds (Rp360 miliar), yang kemudian menghasilkan 260 juta pounds (Rp5,2 triliun) saat dijual.
Siapa saja mereka? N'Golo Kante, dibeli 6 juta pounds dari Caen, lalu dijual ke Chelsea 30 juta pounds. Pada 2017, mitra lini tengahnya, Danny Drinkwater juga pindah ke Stamford Bridge dengan 40 juta pounds.
Setahun kemudian, Riyad Mahrez pindah ke Manchester City dengan harga 60 juta. Lalu, pada 2019, Manchester United membayar 80 juta untuk Harry Maguire, dan musim panas tahun lalu giliran Ben Chilwell menjadikannya hattrick rekrutan Chelsea dari Leicester dalam beberapa tahun terakhir seharga 50 juta pounds.
Uang penjualan kelima pemain langsung dibelanjakan dengan cermat. Transfermarket meyakini skuad Leicester saat ini, yang rata-rata berusia 27 tahun, bernilai sekitar 430 juta pounds.
Dengan Lee Congerton sebagai penanggung jawab transfer yang baru, pasukan Brendan Rodgers tetap kompetitif. Kehilangan pemain-pemain kelas dunia diganti dengan sosok lain yang sama hebatnya.
Sebut saja, Wilfred Ndidi yang tiba di King Power Stadium pada 2017 dari Genk seharga 20 juta pounds. Pemain Nigeria itu telah berkembang menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di Inggris. Dan, menurut Transfermarket, The Foxes bisa mendapatkan bayaran setidaknya 50 juta saat menjual Ndidi.
Ada lagi James Maddison yang bisa menghasilkan uang lebih besar jika Leicester ingin menjualnya saat ini. Harga pasar terbaru pemain yang dibeli 20 juta pounds dari Norwich City pada 2018 itu adalah 50 juta pounds. Laporan terbaru menyebut Arsenal harus membayar 70 juta pounds untuk sang playmaker.
Kemudian, Wesley Fofana didatangkan 30 juta pounds pada musim panas lalu. Musim panas ini, dia sempat dikaitkan dengan kepindahan 80 juta pounds ke Manchester United. Serlanjutnya, Caglar Soyuncu, yang diincar Tottenham Hotspur dan Juventus memiliki harga jual 40 juta pounds.
Berkat sosok hebat di belakang layar
Sebagian besar kesuksesan itu harus diraih oleh sejumlah orang yang terlibat dalam perekrutan selama bertahun-tahun. Sistem rekrutmen transfer yang mapan pertama kali dibuat oleh mantan kepala rekrutmen The Foxes, Steve Walsh, yang meninggalkan klub pada 2016.
Kemudian, Eduardo Macia, yang bekerja dengan Brendan Rodgers di Glasgow Celtic masuk, dan sekarang Lee Congerton, mantan pelatih tim junior Chelsea, yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Congerton dibantu oleh tim analis yang menonton video game yang ekstensif di seluruh dunia. Mereka akan menindaklanjuti rekomendasi dari talent scout, yang dipekerjakan Leicester dari seluruh dunia. Mereka ada Asia Timur, Timur Tengah Afrika, Amerika Utara, Karibia, Amerika Selatan, Eropa Barat, Eropa Timur, Balkan, Skandinavia, Britania Raya, Australia, hingga Selandia Baru.
Peran kepala rekrutmen adalah menilai pemain melalui sebanyak mungkin data analitis dan statistik yang diterima. Jika pemain menjadi target, Congerton akan terbang ke mana pun lokasi pemain yang bersangkutan untuk melakukan penilaian akhir.
Informasi yang diterima kemudian diteruskan ke Rodgers sebelum pemeriksaan latar belakang dilakukan pada individu yang dimaksud. Itu mencakup gaya hidup, temperamen, dan kepribadian mereka.
Akhirnya, terserah kepada Direktur Sepakbola (Rudkin), yang dibantu oleh Direktur Operasional, Andrew Neville, untuk menyelesaikan kesepakatan dan bernegosiasi dengan klub lain.
Negosiasi yang mereka lakukan dengan target tidak akan rumit. Semuanya sesuai dengan harga pasar pemain yang bersangkutan. Gaji, bonus, dan fasilitas juga diberikan sesuai standar yang diberlakukan manajemen, yang sama dengan pemain baru lain terdahulu, termasuk Kante dan Mahrez.
Saat ditunjuk menjadi direktur sepakbola pada 2015, Jon Rudkin melakukan langkah brilian. Dia mendatangkan sejumlah pemain, yang lima diantaranya senilai 18 juta pounds (Rp360 miliar), yang kemudian menghasilkan 260 juta pounds (Rp5,2 triliun) saat dijual.
BACA BERITA LAINNYA
Berurai Air Mata, Ini Pernyataan Pertama Messi Setelah Pergi dari Barcelona
Berurai Air Mata, Ini Pernyataan Pertama Messi Setelah Pergi dari Barcelona
Sebut saja, Wilfred Ndidi yang tiba di King Power Stadium pada 2017 dari Genk seharga 20 juta pounds. Pemain Nigeria itu telah berkembang menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di Inggris. Dan, menurut Transfermarket, The Foxes bisa mendapatkan bayaran setidaknya 50 juta saat menjual Ndidi.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Momen Kesepakatan Transfer di Bawah Tangan yang Kemudian Dirusak
10 Momen Kesepakatan Transfer di Bawah Tangan yang Kemudian Dirusak
Kemudian, Wesley Fofana didatangkan 30 juta pounds pada musim panas lalu. Musim panas ini, dia sempat dikaitkan dengan kepindahan 80 juta pounds ke Manchester United. Serlanjutnya, Caglar Soyuncu, yang diincar Tottenham Hotspur dan Juventus memiliki harga jual 40 juta pounds.
Berkat sosok hebat di belakang layar
Sebagian besar kesuksesan itu harus diraih oleh sejumlah orang yang terlibat dalam perekrutan selama bertahun-tahun. Sistem rekrutmen transfer yang mapan pertama kali dibuat oleh mantan kepala rekrutmen The Foxes, Steve Walsh, yang meninggalkan klub pada 2016.
Kemudian, Eduardo Macia, yang bekerja dengan Brendan Rodgers di Glasgow Celtic masuk, dan sekarang Lee Congerton, mantan pelatih tim junior Chelsea, yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Peran kepala rekrutmen adalah menilai pemain melalui sebanyak mungkin data analitis dan statistik yang diterima. Jika pemain menjadi target, Congerton akan terbang ke mana pun lokasi pemain yang bersangkutan untuk melakukan penilaian akhir.
Informasi yang diterima kemudian diteruskan ke Rodgers sebelum pemeriksaan latar belakang dilakukan pada individu yang dimaksud. Itu mencakup gaya hidup, temperamen, dan kepribadian mereka.
Akhirnya, terserah kepada Direktur Sepakbola (Rudkin), yang dibantu oleh Direktur Operasional, Andrew Neville, untuk menyelesaikan kesepakatan dan bernegosiasi dengan klub lain.
Negosiasi yang mereka lakukan dengan target tidak akan rumit. Semuanya sesuai dengan harga pasar pemain yang bersangkutan. Gaji, bonus, dan fasilitas juga diberikan sesuai standar yang diberlakukan manajemen, yang sama dengan pemain baru lain terdahulu, termasuk Kante dan Mahrez.