Apakah ada udang dibalik batu sampai dua klub elite menolak investasi? Ini jawabannya.
Dua klub besar La Liga, Real Madrid dan Barcelona, mengaku kesal dengan cara La Liga "menyelundupkan" suntikan dana besar-besaran dari CVC Capital Partners. Mereka menentang kesepakatan yang diteken Presiden La Liga, Javier Tebas, terkait dana 2,3 miliar pounds (Rp46 triliun).
Madrid mengatakan tidak diberitahu tentang kesepakatan itu dan mengklaim bahwa beberapa persyaratan yang dilakukan bertentangan dengan hukum. "Kesepakatan ini dicapai tanpa keterlibatan atau sepengetahuan Real Madrid. Untuk pertama kalinya, La Liga memberi kami akses terbatas ke ketentuan perjanjian," bunyi pernyataan resmi Los Blancos di situsnya.
"Klub telah menandatangani hak audiovisual mereka secara eksklusif untuk penjualan mereka secara kompetitif untuk jangka waktu tiga tahun. Perjanjian ini, dengan struktur yang menyesatkan akan mengambil alih 10,95% hak audiovisual klub untuk 50 tahun ke depan, dan ini merupakan pelanggaran hukum," tambah pernyataan itu.
"Negosiasi dilakukan tanpa proses kompetitif dan kondisi keuangan yang disepakati dengan CVC memberi mereka pengembalian tahunan lebih dari 20%. Perjanjian oportunistik La Liga dengan CVC ini terjadi setelah mereka gagal dengan Serie A dan Bundesliga," bunyi lanjutan pernyataan itu.
"Real Madrid tidak dapat mendukung usaha yang menyerahkan masa depan 42 klub Primera Liga dan Segunda Division kepada sekelompok investor. Belum lagi masa depan klub-klub yang lolos selama 50 tahun ke depan. Kami akan mengadakan Majelis Anggota Perwakilan untuk memperdebatkan kesepakatan dan membahas kerugian ekuitas yang signifikan, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 119 tahun sejarah kami," ungkap Los Blancos.
Seperti halnya Madrid, sebuah pernyataan dari Katalunya juga berbunyi hal yang kurang lebih sama. Klub yang secara tradisional bermusuhan tersebut sama-sama menolak kedatangan CVC.
"FC Barcelona menganggap bahwa perjanjian yang telah diumumkan belum didiskusikan dengan klub yang memiliki hak siar. Jumlahnya tidak sesuai dengan tahun durasi, dan kesepakatan ini akan mempengaruhi bagian dari hak audiovisual semua klub untuk 50 tahun ke depan," bunyi pernyataan El Barca.
"Kami merasa tidak pantas menandatangani perjanjian ini mengingat ketidakpastian yang selalu menyelimuti sepakbola. Persyaratan kontrak yang digambarkan La Liga mengutuk masa depan Barcelona terkait dengan hak siar," tambah pernyataan itu.
"Barcelona ingin mengungkapkan keterkejutannya atas kesepakatan yang dilakukan oleh La Liga. Bahkan, belum ada presentasi opsi yang ditawarkan oleh pesaing lain dalam rangka untuk mengevaluasi pro dan kontra dalam situasi pascapandemi, serta masih banyak pertanyaan yang belum terjawab," lanjut pernyataan El Barca.
Isi kesepakatan La Liga dengan CVC
La Liga mengatakan bahwa 90% dari suntikan dana dari CVC akan diberikan ke klub-klub di seluruh negeri, dengan 100 juta euro (Rp1,7 triliun) akan diberikan untuk sepakbola wanita. Sebagai tim dengan kinerja terbaik di Spanyol, Barcelona dan Madrid akan mendapatkan bagian terbesar.
Tapi, dalam perjanjian itu juga disebutka secara detail apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan uang tersebut. Hanya 15% yang akan diizinkan untuk digunakan dalam transfer dan gaji pemain. Mayoritasnya harus digunakan untuk infrastruktur klub.
"Ada tantangan dalam jangka pendek yang harus segera dihadapi dan membutuhkan investasi finansial yang signifikan. Perjanjian strategis dengan CVC akan merevolusi model manajemen klub sepakbola dan akan membuat kompetisi lebih menarik dan mengasikkan," kata Tebas.
"Akan ada fasilitas yang lebih baik, pemain yang lebih baik, dan pengalaman penggemar yang lebih baik dalam segala hal yang berhubungan dengan klub. Dan, semua ini didukung oleh model kompetisi yang akan lebih digital, lebih fokus pada dan analisis data secara internasional. Kami sedang menyusun sistem untuk menjadikan La Liga sebagai kompetisi sepak bola paling menarik di dunia," tambah Tebas.
Penolakan Madrid dan Barcelona karena dua hal. Pertama, perjanjian itu sama dengan mendikte mereka. Istilah Joan Laporta adalah "menggadaikan". Ini sama seperti IMF kepada negara-negara Asia yang berutang karena krisis ekonomi pada 1998.
Kedua, klub seperti Madrid dan Barcelona tidak butuh infrastruktur karena sudah memiliki fasilitas sepakbola terbaik di kolong langit. Yang mereka butuhkan adalah mempertahankan atau membeli pemain-pemain berstatus megabintang seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Selain itu, keterlibatan perusahaan swasta sebagai pemegang saham liga sepakbola belum pernah terjadi sebelumnya. Umumnya, saham liga dimiliki semua klub peserta. Dalam konteks Spanyol, pemegang sahamnya adalah klub-klub La Liga dan Segunda Division, plus Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF).
Reputasi CVC Capital Partners di olahraga
CVC Capital Partners adalah firma penasihat investasi dan ekuitas swasta dengan komitmen terjamin sekitar USD111 miliar sejak awal di seluruh ekuitas swasta Eropa dan Asia, dana kredit dan pertumbuhan.
Pada 2019, CVC mengelola aset senilai USD75 miliar. Dana yang dikelola atau disarankan oleh CVC diinvestasikan di 73 perusahaan di seluruh dunia, mempekerjakan lebih dari 300.000 orang di berbagai negara dan sejak 1981 telah menyelesaikan lebih dari 500.000 investasi di berbagai industri dan negara.
CVC didirikan pada 1981 dan saat ini memiliki lebih dari 400 karyawan yang bekerja di seluruh jaringan 24 kantornya di seluruh Eropa, Asia, dan Amerika. Mereka memiliki markas besar di Luksemburg dan kantor utamanya di London
Keterlibatan CVC di olahraga sudah berlangsung lebih dari 10 tahun lalu, yang dimulai dari loma balap jet darat Formula 1. Mereka juga terlibat dalam kopetisi rugby di Inggris dan sejumlah negara Eropa. Kemudian, CVC mencoba mendekati Serie A dan Bundesliga, tapi mengalami kegagalan.
Sama seperti kasus La Liga, keterlibatan CVC di Formula 1 dan rugby ketika itu juga memunculkan kontroversi. Bahkan, Wakil kepala tim Force India, Bob Fernley, menuduh CVC "memperkosa olahraga" selama periode keterlibatannya di Formula 1. Itu terkait pelepasan sahamnya di Formula 1 menjadi 35,5% yang berdampak pada banyaknya tim yang bubar.
Madrid mengatakan tidak diberitahu tentang kesepakatan itu dan mengklaim bahwa beberapa persyaratan yang dilakukan bertentangan dengan hukum. "Kesepakatan ini dicapai tanpa keterlibatan atau sepengetahuan Real Madrid. Untuk pertama kalinya, La Liga memberi kami akses terbatas ke ketentuan perjanjian," bunyi pernyataan resmi Los Blancos di situsnya.
BACA FEATURE LAINNYA
Semua yang Perlu Diketahui Tentang Liga Eropa 2021/2022
Semua yang Perlu Diketahui Tentang Liga Eropa 2021/2022
"FC Barcelona menganggap bahwa perjanjian yang telah diumumkan belum didiskusikan dengan klub yang memiliki hak siar. Jumlahnya tidak sesuai dengan tahun durasi, dan kesepakatan ini akan mempengaruhi bagian dari hak audiovisual semua klub untuk 50 tahun ke depan," bunyi pernyataan El Barca.
BACA BERITA LAINNYA
Berurai Air Mata, Ini Pernyataan Pertama Messi Setelah Pergi dari Barcelona
Berurai Air Mata, Ini Pernyataan Pertama Messi Setelah Pergi dari Barcelona
"Barcelona ingin mengungkapkan keterkejutannya atas kesepakatan yang dilakukan oleh La Liga. Bahkan, belum ada presentasi opsi yang ditawarkan oleh pesaing lain dalam rangka untuk mengevaluasi pro dan kontra dalam situasi pascapandemi, serta masih banyak pertanyaan yang belum terjawab," lanjut pernyataan El Barca.
Isi kesepakatan La Liga dengan CVC
La Liga mengatakan bahwa 90% dari suntikan dana dari CVC akan diberikan ke klub-klub di seluruh negeri, dengan 100 juta euro (Rp1,7 triliun) akan diberikan untuk sepakbola wanita. Sebagai tim dengan kinerja terbaik di Spanyol, Barcelona dan Madrid akan mendapatkan bagian terbesar.
Tapi, dalam perjanjian itu juga disebutka secara detail apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan uang tersebut. Hanya 15% yang akan diizinkan untuk digunakan dalam transfer dan gaji pemain. Mayoritasnya harus digunakan untuk infrastruktur klub.
"Akan ada fasilitas yang lebih baik, pemain yang lebih baik, dan pengalaman penggemar yang lebih baik dalam segala hal yang berhubungan dengan klub. Dan, semua ini didukung oleh model kompetisi yang akan lebih digital, lebih fokus pada dan analisis data secara internasional. Kami sedang menyusun sistem untuk menjadikan La Liga sebagai kompetisi sepak bola paling menarik di dunia," tambah Tebas.
Penolakan Madrid dan Barcelona karena dua hal. Pertama, perjanjian itu sama dengan mendikte mereka. Istilah Joan Laporta adalah "menggadaikan". Ini sama seperti IMF kepada negara-negara Asia yang berutang karena krisis ekonomi pada 1998.
Kedua, klub seperti Madrid dan Barcelona tidak butuh infrastruktur karena sudah memiliki fasilitas sepakbola terbaik di kolong langit. Yang mereka butuhkan adalah mempertahankan atau membeli pemain-pemain berstatus megabintang seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Selain itu, keterlibatan perusahaan swasta sebagai pemegang saham liga sepakbola belum pernah terjadi sebelumnya. Umumnya, saham liga dimiliki semua klub peserta. Dalam konteks Spanyol, pemegang sahamnya adalah klub-klub La Liga dan Segunda Division, plus Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF).
Reputasi CVC Capital Partners di olahraga
CVC Capital Partners adalah firma penasihat investasi dan ekuitas swasta dengan komitmen terjamin sekitar USD111 miliar sejak awal di seluruh ekuitas swasta Eropa dan Asia, dana kredit dan pertumbuhan.
Pada 2019, CVC mengelola aset senilai USD75 miliar. Dana yang dikelola atau disarankan oleh CVC diinvestasikan di 73 perusahaan di seluruh dunia, mempekerjakan lebih dari 300.000 orang di berbagai negara dan sejak 1981 telah menyelesaikan lebih dari 500.000 investasi di berbagai industri dan negara.
CVC didirikan pada 1981 dan saat ini memiliki lebih dari 400 karyawan yang bekerja di seluruh jaringan 24 kantornya di seluruh Eropa, Asia, dan Amerika. Mereka memiliki markas besar di Luksemburg dan kantor utamanya di London
Keterlibatan CVC di olahraga sudah berlangsung lebih dari 10 tahun lalu, yang dimulai dari loma balap jet darat Formula 1. Mereka juga terlibat dalam kopetisi rugby di Inggris dan sejumlah negara Eropa. Kemudian, CVC mencoba mendekati Serie A dan Bundesliga, tapi mengalami kegagalan.
Sama seperti kasus La Liga, keterlibatan CVC di Formula 1 dan rugby ketika itu juga memunculkan kontroversi. Bahkan, Wakil kepala tim Force India, Bob Fernley, menuduh CVC "memperkosa olahraga" selama periode keterlibatannya di Formula 1. Itu terkait pelepasan sahamnya di Formula 1 menjadi 35,5% yang berdampak pada banyaknya tim yang bubar.