Ada banyak pesepakbola kembar di seluruh dunia. Tapi, Callejon bersaudara sangat unik.
Tidak banyak orang tahu bahwa Jose Maria Callejon memiliki suadara kembar bernama Juan Miguel Callejon. Keduanya sama-sama pesepakbola sukses. Bedanya, Jose di Eropa, sementara Juanmi di Amerika Selatan.
Jose telah menghabiskan seluruh karier sepakbolanya bermain di level tertinggi bersama orang-orang hebat seperti Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, Sergio Ramos hingga Gonzalo Higuain. Pria yang kini membela Fiorentina itu telah membuat lebih dari 100 penampilan untuk Real Madrid Castilla dan Real Madrid.
Dia juga sempat membela Espanyol dan mendapatkan penghargaan yang layak bersama Napoli di Serie A. Lima kesempatan membela tim nasional Spanyol juga didapatkan Jose.
Uniknya, Juanmi justru menghabiskan sebagian besar kariernya di luar sepakbola Eropa. Keduanya kembali identik. Mereka lahir di kota industri Motril, di dekat Granada, di Andalusia, Spanyol, pada 11 Februari 1987.
Daerah tersebut terkenal dengan produksi tebu dan pabrik gula kualitas ekspor. Bukan pesepakbola profesional. Tapi, ayah Jose dan Juanmi bermimpi melihat putra-putranya akan pergi dari Motril dan dibayar mahal untuk bermain sepakbola level atas.
Ayah mereka mendidik dua anak kembar itu sepakbola sejak belia. Setelah tampil dalam pertandingan level Sekolah Dasar (SD), Jose dan Juanmi terpantau klub lokal Costa Tropical. Itu klub kecil. Bukan Madrid, Barcelona, atau Espanyol yang dikenal ke seluruh penjuru Negeri Matador.
"Sejak awal, saya memperhatikan kecepatan dan cara mencetak gol Jose. Juanmi lebih teknis," ujar Koordinator Costa Tropical, Rafael Salguero, kepada Marca beberapa tahun lalu.
Pada usia 15 tahun, kedua gelandang tersebut menarik minat klub yang lebih terkenal. Barcelona datang dengan upaya untuk meraup kedua bersaudara itu dan membawa mereka ke La Masia. Tapi, hati mereka berwarna putih sehingga memutuskan pergi ke La Fabrica milik Los Blancos.
"Sulit melihat anak-anak anda pergi pada usia 15 tahun. Itu pasti. Kamu kehilangan semua masa remajamu. Jadi, itu sulit," ujar ayah Jose dan Juanmi.
Meski bergabung ke La Fabrica dan harus tinggal di asrama, ada waktu-waktu tertentu mereka mendapatkan kunjungan keluarga. Tapi, jarak Motril dengan Madrid yang hampir 500 km sekali jalan membuat Jose dan Juanmi tidak bisa dikunjungi keluarganya setiap pekan. Kadang, sebelum sekali. Lain waktu tiga, empat, atau bahkan enam bulan sekali.
Setelah enam tahun menimba ilmu, saudara kembar ini akhirnya mencapai level yang lebih tinggi. Itu sama sekali bukan perlombaan antara dua bersaudara. Tapi, Juanmi adalah orang yang promosi ke Castilla lebih dulu. Dia melakukan debut profesional beberapa bulan sebelum Jose. Sayang, di akhir musim itu, Castilla terdegradasi ke Segunda Division B.
Insting menyerang Jose benar-benar terpancar di musim berikutnya. Dia mencetak 21 gol dalam 37 pertandingan liga untuk Castilla. Sementara Juanmi harus berbagi tempat dengan Dani Parejo di lini tengah.
Saat itu, musim panas 2008, untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, Jose dan Juanmi harus berpisah. Kedua bersaudara meninggalkan Madrid untuk klub La Liga lainnya. Jose menandatangani kontrak profesional dengan Espanyol dan Juanmi ke Real Mallorca.
Ternyata, bukan hanya klub yang berbeda. Nasib saudara kembar itu di lapangan juga berlawanan 180 derajat. Jose adalah pemain utama Espanyol sejak hari bertama tiba di Estadi Cornella El Prats. Sebaliknya, Juanmi menunggu sangat lama untuk mendapatkan kesempatan debut.
Kedatangan Mauricio Pochettino ke Espanyol memberikan keajaiban bagi permainan Jose. Dia mendapatkan tempat utama di bawah pelatih Argentina itu. Sebaliknya, Juanmi meninggalkan Estadio San Moix untuk mencari sepakbola di tim utama. Dia menghabiskan masa pinjamannya di Albacete sebelum bergabung dengan Cordoba dengan kontrak permanen.
Pada musim panas 2011, ketika Juanmi membela Hercules Alicante, Jose kembali ke Madrid. Kali ini, di skuad utama Los Blancos di bawah arahan Jose Mourinho. Dia menikmati dua tahun bermain dengan pesepakbola elite sebagai salah satu pemain sayap. Dia bermain di Liga Champions dan memenangkan gelar La Liga.
Ketika masa depan di Madrid terlihat semakin suram akibat dominasi Barcelona yang tak terbantahkan di era itu, Jose memutuskan bergabung dengan Napoli di Serie A.
Saat Jose mendarat di Italia, Juanmi telah meninggalkan Spanyol. Setelah enam bulan di Yunani bersama Levdiakos, dia membuat langkah berani dengan menyeberangi Samudera Atlantik menuju Bolivia. Dia menetap di La Paz, membela Club Bolivar, dan bermain di stadion paling ekstrim di dunia, Estadio Hernando Siles.
Keputusan pindah ke Amerika Latin ternyata tepat 100%. Meski bukan penyerang, Juanmi menjelma menjadi pemain yang produktif. Dia menyelesaikan musim sebagai pencetak gol terbanyak di Primera Division Bolivia selama dua musim berturut-turut. Dia membantu Bolivar mencetak gelar demi gelar.
Dengan 67 gol dari 142 pertandingan pada periode pertama, Juanmi menjadi pemain yang paling dicintai pendukung Bolivar. Bahkan, suporter sempat mendesak Pemerintah Bolivia melalui sebuah petisi yang ditandatangani lebih dari 50.000 orang untuk memberi Juanmi paspor Bolivia.
Ketika karier Juanmi melejit di Bolivia, Jose juga menjadi favorit di Napoli. Dia juara Coppa Italia di bawah asuhan Rafael Benitez dengan bermain 90 menit di final melawan Fiorentina.
Di Bolivia, Juanmi kemudian memutuskan mencari tantangan di kompetisi lain. Dia meninggalkan Bolivar untuk pergi ke tempat yang tak kalah jauh, Arab Saudi. Di sana, dia membela Ettifaq selama satu musim sebelum kembali ke Bolivar pada 2018. Di periode kedua, dia mengemas 58 gol dari 88 pertandingan.
Sekarang, Juanmi sudah kembali ke Andalusia bersama Marbella FC di Segunda Division. Sementara Jose tetap di Italia dengan Fiorentina. Keduanya sudah berusia 34 tahun dan tidak lama lagi akan mengakhiri karier profesionalnya.
Jose telah menghabiskan seluruh karier sepakbolanya bermain di level tertinggi bersama orang-orang hebat seperti Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, Sergio Ramos hingga Gonzalo Higuain. Pria yang kini membela Fiorentina itu telah membuat lebih dari 100 penampilan untuk Real Madrid Castilla dan Real Madrid.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Jorge Messi: Ayah, Agen, dan Orang Paling Berjasa bagi Lionel Messi
Kisah Jorge Messi: Ayah, Agen, dan Orang Paling Berjasa bagi Lionel Messi
"Sejak awal, saya memperhatikan kecepatan dan cara mencetak gol Jose. Juanmi lebih teknis," ujar Koordinator Costa Tropical, Rafael Salguero, kepada Marca beberapa tahun lalu.
BACA FEATURE LAINNYA
Sukses Besar di Pasar Transfer, PSG Pamer Skuad Bertabur Bintang
Sukses Besar di Pasar Transfer, PSG Pamer Skuad Bertabur Bintang
"Sulit melihat anak-anak anda pergi pada usia 15 tahun. Itu pasti. Kamu kehilangan semua masa remajamu. Jadi, itu sulit," ujar ayah Jose dan Juanmi.
Setelah enam tahun menimba ilmu, saudara kembar ini akhirnya mencapai level yang lebih tinggi. Itu sama sekali bukan perlombaan antara dua bersaudara. Tapi, Juanmi adalah orang yang promosi ke Castilla lebih dulu. Dia melakukan debut profesional beberapa bulan sebelum Jose. Sayang, di akhir musim itu, Castilla terdegradasi ke Segunda Division B.
Saat itu, musim panas 2008, untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, Jose dan Juanmi harus berpisah. Kedua bersaudara meninggalkan Madrid untuk klub La Liga lainnya. Jose menandatangani kontrak profesional dengan Espanyol dan Juanmi ke Real Mallorca.
Ternyata, bukan hanya klub yang berbeda. Nasib saudara kembar itu di lapangan juga berlawanan 180 derajat. Jose adalah pemain utama Espanyol sejak hari bertama tiba di Estadi Cornella El Prats. Sebaliknya, Juanmi menunggu sangat lama untuk mendapatkan kesempatan debut.
Kedatangan Mauricio Pochettino ke Espanyol memberikan keajaiban bagi permainan Jose. Dia mendapatkan tempat utama di bawah pelatih Argentina itu. Sebaliknya, Juanmi meninggalkan Estadio San Moix untuk mencari sepakbola di tim utama. Dia menghabiskan masa pinjamannya di Albacete sebelum bergabung dengan Cordoba dengan kontrak permanen.
Pada musim panas 2011, ketika Juanmi membela Hercules Alicante, Jose kembali ke Madrid. Kali ini, di skuad utama Los Blancos di bawah arahan Jose Mourinho. Dia menikmati dua tahun bermain dengan pesepakbola elite sebagai salah satu pemain sayap. Dia bermain di Liga Champions dan memenangkan gelar La Liga.
Ketika masa depan di Madrid terlihat semakin suram akibat dominasi Barcelona yang tak terbantahkan di era itu, Jose memutuskan bergabung dengan Napoli di Serie A.
Saat Jose mendarat di Italia, Juanmi telah meninggalkan Spanyol. Setelah enam bulan di Yunani bersama Levdiakos, dia membuat langkah berani dengan menyeberangi Samudera Atlantik menuju Bolivia. Dia menetap di La Paz, membela Club Bolivar, dan bermain di stadion paling ekstrim di dunia, Estadio Hernando Siles.
Keputusan pindah ke Amerika Latin ternyata tepat 100%. Meski bukan penyerang, Juanmi menjelma menjadi pemain yang produktif. Dia menyelesaikan musim sebagai pencetak gol terbanyak di Primera Division Bolivia selama dua musim berturut-turut. Dia membantu Bolivar mencetak gelar demi gelar.
Dengan 67 gol dari 142 pertandingan pada periode pertama, Juanmi menjadi pemain yang paling dicintai pendukung Bolivar. Bahkan, suporter sempat mendesak Pemerintah Bolivia melalui sebuah petisi yang ditandatangani lebih dari 50.000 orang untuk memberi Juanmi paspor Bolivia.
Ketika karier Juanmi melejit di Bolivia, Jose juga menjadi favorit di Napoli. Dia juara Coppa Italia di bawah asuhan Rafael Benitez dengan bermain 90 menit di final melawan Fiorentina.
Di Bolivia, Juanmi kemudian memutuskan mencari tantangan di kompetisi lain. Dia meninggalkan Bolivar untuk pergi ke tempat yang tak kalah jauh, Arab Saudi. Di sana, dia membela Ettifaq selama satu musim sebelum kembali ke Bolivar pada 2018. Di periode kedua, dia mengemas 58 gol dari 88 pertandingan.
Sekarang, Juanmi sudah kembali ke Andalusia bersama Marbella FC di Segunda Division. Sementara Jose tetap di Italia dengan Fiorentina. Keduanya sudah berusia 34 tahun dan tidak lama lagi akan mengakhiri karier profesionalnya.