Mantan pemain tidak selalu jadi pelatih. Politisi bisa jadi opsi. Contohnya, Kalou.
Pada sebuah masa, dua pemain asal Pantai Gading bernama belakang Kalou menghiasi berbagai pemberitaan media olahraga dunia. Bonaventure Kalou sukses bersama Feyenoord di Eredivisie. Sementara adiknya, Salomon Kalou, bersinar saat membela Chelsea. 

Kalou pensiun dari sepakbola pada 2010 sebagai pemain Heerenveen setelah sempat berkelana ke berbagai klub, termasuk Paris Saint-Germain (PSG). Selepas gantung sepatu, dia terjun ke bisnis dan menjadi manajer Salomon, yang hingga sekarang masih aktif bermain. Dia melakukannya dari Belanda.

Namun, kondisi di kampung halamannya di Pantai Gading ternyata membuat Kalou terpanggil. Kemiskinan akut, minimnya fasilitas kesehatan, hingga korupsi yang merajalela menjadikan Kalou terjun ke politik. 

Dengan pengalamannya hidup di Eropa yang serba teratur, Kalou bertekad mengubah kampung halamannya. "Setiap mantan pesepakbola tidak bisa hanya menjadi pelatih. Kami belajar banyak hal selama hari-hari bermain kami yang perlu kami berikan kembali kepada komunitas kami masing-masing," ujar Kalou, dilansir ACL Sports.

Kalou meninggalkan bisnisnya dan membiarkan Salomon mengurus kariernya sendiri. Dia pulang ke Pantai Gading. Dia mendaftar sebagai calon walikota Vavoua. Tidak menggunakan partai politik, melainkan lewat jalur independent. Dia ingin membuktikan niat baiknya, bukan "niat politis". 

Hasilnya, luar biasa. Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018, Kalou terpilih sebagai walikota di kota berpenduduk 400.000 jiwa tersebut. Popularitasnya sebagai pemain sepakbola membuat Kalou mendapatkan suara mayoritas untuk memimpin wilayah yang dikenal sebagai penghasil biji cokelat tersebut.

"Saya percaya pada olahraga dan sepakbola. Ini memiliki kekuatan dan disiplin untuk mendidik, mengubah, serta mempersiapkan anda untuk masa depan. Kebajikan itu membantu saya memenangkan pemilihan saya dan akan membimbing saya untuk memimpin," ujar Kalou.

Kalou memenangkan Piala UEFA (Liga Eropa) bersama Feyenoord pada 2001/2002. Sementara Salomon meraih Liga Champions bersama Chelsea pada 2011/2012. Beda dengan Didier Drogba yang lahir di Prancis, Kalou bersaudara tinggal di Pantai Gading sejak kecil hingga meniti karier sepakbola di Eropa.

"Afrika menderita hari ini karena korupsi. Pesepakbola dilatih untuk mendapatkan hasil mereka melalui kerja keras. Membawa semangat itu ke dalam politik dapat membantu membersihkan sistem (yang rusak karena korupsi)," lanjut pesepakbola kelahiran Oume, 12 Januari 1978, itu.

Dengan keperhasilan George Weah menjadi presiden di Liberia, apakah Kalou ingin menjadikan jabatan walikota sebagai batu loncatan? Dia belum memiliki jawabannya. Tapi, dia menyerukan kepada semua pesepakbola Afrika untuk kembali ke kampung halaman, berbuat sesuatu setelah pensiun.

"Saya ingin semakin banyak pensiunan pesepakbola Afrika mempertimbangkan memasuki panggung politik. Kita dapat mengubah benua ini dan membuat hidup lebih baik bagi rakyat kita," pungkas Kalou.