Klub kecil Belanda ini terkenal di Jepang. Popularitasnya mengalahkan Ajax, PSV, dan Feyenoord.
VVV-Venlo bukan klub besar Belanda layaknya Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, atau Feyenoord. Tapi, The Yellow Black Army sangat populer di di Jepang melebihi Ajax, PSV, atau Feyenoord. Kok, bisa? 

Venlose Voetbal Vereniging adalah klub sepakbola Belanda dari kota kecil bernama Venlo. Itu sebuah kota di perbatasan Jerman. Mereka bermain di Eerste Divisie, kasta kedua sepak bola Belanda, setelah terdegradasi dari Eredivisie pada musim 2020/2021. Klub bermarkas di Stadion De Koel, yang diambil dari salah satu sponsor klub, Covebo Uitzendgroep.

Sejak Keisuke Honda pindah dari Nagoya Grampus pada 2008, banyak pemain Jepang telah bermain di VVV, termasuk Maya Yoshida, Robert Cullen, dan Yuki Otsu. Sef Vergoossen, pelatih legendaris klub, dan agen Jepang, Tetsuro Kiyooka, adalah jembatan antara pemain Jepang dan klub Belanda itu.

VVV berasal dari asosiasi klub sepakbola De Gouden Leeuw, yang didirikan oleh sekelompok pemuda di Venlo di akhir abad 19. Beberapa perubahan nama terjadi, dan akhirnya diputuskan pada 7 Februari 1903 untuk mengubah nama menjadi Venlose Voetbal Vereniging (VVV) yang menjadi nama klub hingga saat ini.

Mereka mencatatkan diri dalam buku sejarah sebagai salah satu klub tertua di sepakbola profesional Belanda. Pada 1909, klub VITOS dan THOR bergabung dan menjadi bagian dari VVV.

VVV telah menjadi bagian ini sejak diperkenalkan ke sepakbola Belanda, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Tapi, setelah musim 1921/1922, klub mengalami degradasi ke tingkat kedua, Tweede Klasse. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, jumlah tim Eerste Klasse diperluas, yang juga termasuk VVV. 

Lama turun kasta, VVV kembali bermain di divisi teratas mengalahkan RKC Waalwijk di play-off promosi 2006/2007. Setelah satu musim di Eredivisie, VVV terdegradasi kembali ke Eerste Divisie. Tapi, setelah satu musim, VVV  kembali ke Eredivisie.

Pada musim 2009/2010, tim membukukan hasil terbaik di liga sejak 1988 setelah finish di posisi 12  Eredivisie. Peristiwa luar biasa lainnya terjadi saat transfer Honda ke CSKA Moscow. Ketika Honda pergi, klub mendatangkan Yoshida sebelum dijual ke Southampton.

VVV melakukannya dengan baik secara finansial. Dari penjualan Honda pada 2010, mereka mendapatkan keuntungan sekitar 5 juta pound (Rp99,5 miliar). Sementara melepas Yoshida ke The Saints pada 2012 menghasilkan profit hingga 3 juta pounds (Rp59,7 miliar).

Ketua VVV, Hai Berden, mengatakan saat ini sedang terus mencari lebih banyak bakat dari Negeri Sakura dan berharap bisa membawa beberapa peamain Jepang yang menjanjikan ke Belanda dengan iming-iming berpotensi pindah ke klub yang lebih besar di Eropa.

"Saya melihat VVV cocok untuk pemain Jepang sebagai batu loncatan. Bermain 18 bulan atau dua tahun dan kemudian pindah ke klub yang lebih besar. Saya pikir lebih mudah untuk memulai dengan klub yang lebih kecil daripada langsung ke klub besar," kata Berden kepada Kyodo News dalam sebuah wawancara.

"Venlo berada di lokasi yang bagus. Area Duesseldorf-Venlo sangat besar untuk pemukiman perusahaan dan penduduk Jepang sehingga para pemain suka berada di wilayah seperti itu karena mereka dapat pergi ke restoran Jepang dan memiliki banyak teman. Mereka bisa lebih merasa nyaman di daerah itu," beber Berden tentang kota yang terletak di perbatasan Belanda-Jerman, dekat Duesseldorf.

"Hal kedua adalah, VVV bukan klub besar. Saya menjelaskan kepada para pemain bahwa ketika anda pergi ke Eropa, butuh waktu yang cukup lama untuk beradaptasi dengan gaya hidup dan budaya. Jadi, lebih baik melakukannya dengan klub kecil. Dengan begitu setidaknya anda bisa bermain rutin," tambah Berden.

"Jika anda pergi ke Chelsea, anda mungkin tidak masuk bangku cadangan dan akan berada di luar tim. Tapi, ketika mereka datang ke VVV mereka dapat belajar. Mereka dapat memahami budaya kami dan sistem kami dan bahasa kami, kemudian setelah itu mereka dapat membuat langkah selanjutnya," pungkas Berden.