Meski masa kecilnya penuh dengan masalah, kini Kounde bisa tersenyum lebar dengan bangga
Momen Kocak Samuel Umtiti, Ngambek Tak Ikut Selebrasi Gegara Dihuu Fans
Anak yang bermasalah
Ketika dia baru berusia sembilan tahun, Kounde bermain untuk salah satu tim lokal di Landiras.
Apa Kabarnya? 14 Pemain Barcelona yang Debut Bareng Lionel Messi
"Ketika saya mulai bermain sepak bola di desa saya, kami bermain di level yang sangat rendah. Dan kami memiliki tim yang buruk, kami sering kalah," ungkapnya dalam wawancara dengan Onze Mundial.
Itu menjadi sangat buruk, Kounde memilih untuk berganti klub. Tapi tidak sebelum dia menyesali perbuatannya dengan menendang ibunya.
"Ibuku pergi menemui seseorang untuk meminta nasihat, karena dia tidak bisa menanganiku dalam hal ini" lanjut Kounde.
"Psikiater itu berkata kepadanya, 'Lakukan hal yang sama, jika dia menendangmu, tendang dia, seperti itu, dia akan tenang'. Seiring waktu, semuanya kembali normal."
Pendidikan tetap menjadi prioritas
Melihat masalah perilaku Kounde, sang ibu ingin tetap ingin Kounde muda untuk mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah.
"Di sekolah saya adalah siswa yang baik, tetapi saya tidak suka ditanyai tentang hal-hal yang tidak saya lakukan dengan baik," katanya.
"Saya memiliki nilai yang sangat bagus, tetapi terkadang dengan perilaku yang tidak jelas."
“Ada kalanya saya berkonflik dengan beberapa guru. Tapi itu tidak mempengaruhi saya karena saya lulus ujian."
"Saya hanya pergi ke sekolah untuk ibu saya yang tidak ingin saya berhenti."
Pada tahun 2013, Kounde direkrut oleh juara Ligue 1 enam kali, Bordeaux. Tapi perjalanannya ke akademi itu sulit, dua tahun dia harus menunggu giliran karena tak kunjung dipilih promosi ke tim utama. Ia juga melewatkan putaran final uji coba karena cedera ketika waktunya tiba.
Jules Kounde (22 ans) :
— DIABATE 3️⃣3️⃣ (@diabate33) May 18, 2021
2006 ? Landiras (33)
2009 ? Cérons (33)
2010 ? La Brède (33)
2013 ? Girondins de Bordeaux (33)
2019 ? FC Séville ??
2021 ? Equipe de France ?? pic.twitter.com/TVnsVOlsJA
Tapi Kounde beruntung bisa ditemukan oleh mantan pemain internasional Prancis, Yannick Stopyra, salah satu legenda sepakbola Prancis yang membawa negaranya finis ketiga di Piala Dunia 1986.
Berbicara tentang mantan anak didiknya, Stopyra mengungkapkan, "Anda tidak akan menemukan siapa pun untuk berbicara buruk tentang dia. Bijaksana, baik, dan selalu positif selama di Bordeaux."
Penemu bakat Kounde
Stopyra yang juga pernah bermain untuk Bordeux mengenali bakat remaja itu dan menawarinya kontrak satu tahun dengan tim berjuluk 'Les Girondins' itu. Segera, ia menjadi salah satu pemain akademi yang menonjol, dimana Kounde menjadi kapten tim U-19 untuk gelar di kompetisi liga pemuda.
Penampilannya cukup meyakinkan mantan manajer Bordeux saat itu, Jocelyn Gourvennec untuk memberi Kounde pertandingan debut saat melawan Troyes pada 2018.
Mantan legenda Chelsea itu terus membantu perkembangan bek tengah tersebut. Setelah Gourvennec dipecat, Gus Poyet didatangkan untuk menstabilkan tim dan dia memberi kesempatan pada pemain muda berbakat di tim utama.
Koundé started out life as a full-back but was converted into a centre-back by Gus Poyet. He hasn't looked back since being converted into the position. Only 1.84m in height but his leap and combative approach helps him in the air. pic.twitter.com/WWwe2XifOt
— Talking LaLiga (@TalkingLaLiga) July 3, 2019
Kounde memainkan peran pada empat bek yang dimainkan dalam 18 penampilan, Bordeaux finis di urutan keenam dan lolos ke Liga Europa.
Jelas masa depannya berada di panggung yang lebih besar.
Sevila menjadi batu loncatan yang tepat
Kounde menjalani musim yang hebat pada tahun berikutnya dengan tampil 51 kali untuk klub.
Tetapi Bordeaux mengakhiri musim dengan mengecewakan karena hanya finis di tempat ke-14. Pemain-pemain bintang mereka pun diambil oleh klub-klub yang lebih besar.
Sevilla-lah yang memenangkan perlombaan untuk membeli Kounde dengan mahar 21 juta Poundsterling pada 2019 lalu.
“Ketika saya meninggalkan Bordeaux, itu adalah pilihan yang dipertimbangkan dengan baik,” ujar Kounde.
"Sevilla adalah klub yang sempurna untuk mengambil langkah maju. Dan kemudian, saya merasa bahwa La Liga lebih serius dari pada Ligue 1. Ini adalah waktu yang tepat bagi saya."
Dengan cepat, Kounde memantapkan dirinya di tim asal Andalusia itu, yang mana pemuda Prancis tersebut membantu Sevilla finis keempat di La Liga dan Los Hispalenses berhak memainkan pertandingan kualifikasi Liga Champions.
Momen itu terjadi pada tahun 2020 ketika ia seperti akan memenangkan trofi besar pertamanya. Mengalahkan tim seperti Roma, Wolves, dan Manchester United, Sevilla mencapai final Liga Europa. Dan benar saja, Kounde memenangkan panggung itu saat Sevila memenangkan pertandingan dengan kemenangan 3-2 atas Inter Milan.
Penuh dengan ambisi
Kounde adalah bagian dari skuat Prancis yang tampil buruk di Euro musim panas ini. Meski begitu, pemain berusia 22 tahun itu tetap memiliki ambisi yang besar untuk melanjutkan kariernya.
"Saya mungkin harus pindah klub musim panas ini," katanya.
"Tapi belum ada yang final, dan saya belum memutuskan apa-apa. Tujuan saya adalah bermain di klub besar untuk mencoba selalu maju dan memenangkan trofi."
Melihat Chelsea yang ada dalam pengejarannya, Kounde berpotensi bergabung dengan sang juara Eropa pada musim panas ini.
Dengan bergabungnya Kounde di skuad mereka, The Blues dan Thomas Tuchel bisa saja menemukan bagian yang hilang dalam teka-teki memenangkan Liga Premier.