Konflik bersenjata dan terorisme membuat Kallon harus berpisah dengan keluarga di usia dini.
Pernahkah anda membayangkan seorang bocah berusia 14 tahun bepergian selama empat jam dalam keadaan terkunci di bagasi mobil bersama dengan tiga anak laki-laki lainnya, dengan mulut menempel pada celah kecil bagasi untuk sekedar bernafas. Setelah itu, mereka berlayar beberapa jam lagi dengan perahu kayu yang dijejali ratusan orang?

Itu adalah kisah nyata Yayah Kallon, penyerang baru Genoa berusia 20 tahun asal Sierra Leone. Meski bernama Kallon, dia tidak ada hubungannya dengan mantan penyerang Inter Milan, Mohamed Kallon.

Kallon adalah salah satu dari orang-orang yang dipaksa oleh kehidupan untuk tumbuh lebih cepat dari usianya. Itu karena pemuad kelahiran Kono, 30 Juni 2001, itu harus meninggalkan Sierra Leone demi bertahan hidup.

Pada usia 14 dia terpaksa melarikan diri setelah sebuah kelompok teroris menculik anak-anak untuk menjadi tentara anak. Orang tuanya takut itu akan terjadi pada Kallon juga. Jadi mereka memintanya untuk melarikan diri. Seorang anak laki-laki yang melampaui usianya, bepergian sendirian di lima negara. 

"Saya tidak mau, tapi saya menyadari itu adalah hal terbaik untuk masa depan saya dan saya memutuskan pergi," ucap Kallon dalam perbincangan dengan Corriere della Sera.

"Bagian tersulit adalah melintasi Afrika, terutama karena pada usia itu anda tidak tahu jalan atau bahasa lain. Kemudian, saya bertemu dengan beberapa orang dan kami membuat grup . Di Libya, Saya benar-benar telah melihat segalanya. Tidak ada aturan, usia 14, 15, 16 tahun, mereka berkeliling dengan memanggul senjata," tambah Kallon.

Untuk mencapai Libya, sebagai gerbang laut menuju Eropa, Kallon harus menggunakan mobil atau berjalan kaki. Dia cukup beruntung karena mendapatkan kendaraan, meski harus bersedia terlentang di bagasi dengan beberapa anak kecil lain. Tentu saja, risikonya kehabisan napas dan kepanasan!

Sesampainya di Libya, dia harus mengumpulkan uang untuk membayar perjalanan laut ke Italia. Dia membersihkan rumah dan mobil milik warga lokal. Dia juga bekerja apa saja. 

"Saya bekerja sebagai tukang batu. Kadang saya dibayar, kadang tidak. Saya membutuhkan 1.000 dinar Libya (Rp3 juta) untuk membayar perjalanan. Tapi, ketika saya mencapai jumlah itu mereka merampok saya sehingga saya harus memulai dari awal," ungkap Kallon.



Delapan bulan setelah meninggalkan keluarganya, Kallon akhirnya berhasil pergi ke Eropa. Dia menaiki perayu kayu dengan berisikan ratusan orang yang memiliki nasib seperti dirinya. Semuanya ingin hidup lebih baik di Benua Biru.

"Kami tiba di Lampedusa (pulau di Laut Mediterania milik Italia) dan kami segera merasa lebih baik. Penyeberangan di laut berlangsung delapan jam. Kami beruntung. Yang lain membutuhkan waktu dua minggu. Ada juga yang tidak berhasil," beber Kallon.

Ibunya mengira dia sudah mati. Keluarganya di Sierra Leone bisa mendengar kabarnya lagi setelah berbulan-bulan kemudian saat berhasil mendapatkan tempat penampungan di Italia. "Begitu saya tiba di Libya, saya kehilangan semua kontak. Saya menelepon mereka ketika saya tiba di Italia dan ibu saya menangis," ucap Kallon.

Dari Lampedusa, Kallon dan para pengungsi lainnya dibawa ke Pulau Sisilia. Dari situlah status mereka sebagai pengungsi didapatkan. Kallon bisa bepergian dan tinggal di Italia. Lalu, dia memutuskan pergi ke Piedmont sebelum menuju tujuan akhir di Genoa. 

"Hampir semuanya lahir secara kebetulan. Saya sedang bermain turnamen sepakbola lima lawan lima dan seorang teman saya memberi tahu ayahnya yang mengenal seorang agen tentang saya. Dia melihat saya dan memutuskan untuk membawa saya ke Entella," kata Kallon.

Kallon berlatih di klub Serie C, Virtus Entella, sebelum akhirnya dikontrak klub Serie D, Savona pada 2018. Ternyata, bakatnya dipantau beberapa klub Serie A dan Serie B. Salah satunya Genoa. Mereka menawari Kallon kontrak dan memasukkan dirinya ke tim Primavera. Lalu, pada 22 Mei 2021, dia menjalani debut profesional saat melawan Cagliari.

Kariernya berlanjut musim ini. Pada Jumat (13/8/2021), Kallon menciptakan gol pertamanya di Genoa saat mengalahkan Perugia 3-2 pada pertandingan Coppa Italia 2021/2022.

"Gol di Marassi dengan kehadiran para penggemar ini hampir melampaui impian saya. Anda harus selalu mencoba permainan, sehingga lawan tidak pernah tahu ke mana harus pergi. Semua orang menyukai saya di sini, pelatih, dan rekan satu timnya menyambut saya dengan baik," ungkap Kallon.