Tidak lama lagi akan mengikuti jejak sukses Sadio Mane bersama Liverpool.
Selain Amerika Latin, Afrika selalu dikenal sebagai salah satu produsen pesepakbola jempolan. Sejak era Eusebio, Roger Milla, Abedi Pele Ayew, George Weah, hingga sekarang Sadio Mane dan Mohamed Salah, Afrika tidak pernah kekeringan stok. Yang paling baru adalah Pape Matar Sarr.
Baru berusia 18 tahun, Sarr dikabarkan menjadi target Manchester United. Kehadiran talenta muda yang telah dilatih oleh kerasnya sepakbola Afrika tersebut bahkan sanggup menyingkirkan popularitas Eduardo Camavinga. Sarr adalah remaja paling dicari di sepakbola Prancis saat ini.
Sarr sekarang bermain untuk Metz. Penguasaan bola dan kecepatan berlarinya layak diacungi dua jempol. dia juga bisa bermain di mana saja di lini tengah, sehingga tidak heran jika dia memiliki banyak peminat.
MU dilaporkan akan menjadi klub pertama yang dikaitkan dengan pemain muda tersebut dengan nilai 40 juta pounds (Rp790 miliar).
Tapi, The Red Devils tidak sendirian. Chelsea, Manchester City, dan Real Madrid juga sedang mengejar talenta terbaik dari generasi milenial itu. Ketiga klub paling elite di Eropa tersebut meyakini bahwa Sarr memiliki lebih banyak waktu berkembang dan menjadi aset jangka panjang untuk klub.
Sarr melakukan debut internasional untuk tim nasional Senegal pada 26 Maret 2021 saat melawan Kongo pada Kualifikasi Piala Afrika 2021. Dia tampil impresif dengan kesetabilannya yang cukup hebat saat berlaga. Tidak terlihat ketegangan sedikit pun di wajah Sarr.
Seperti Mane, Sarr juga memulai karier sepakbola di Generation Foot. Itu sebuah klub sepakbola Afrika di Dakar, yang juga menghasilkan Ismaila Sarr dari Watford dan mantan striker West Ham United, Diafra Sakho. Lalu, pada September 2020, Metz mendatangkan Sarr dari Generation Foot dengan kontrak lima tahun.
Awalnya, Sarr dikirim bermain untuk menjadi cadangan Metz II yang berkompetisi di Championnat National 2 (kasta keempat). Penampilan perdananya sangat menonjol dibandingkan yang lainnya. Dia punya kecepatan, kemampuan dribel yang sangat baik, hingga umpan terukur. Itu membuatnya dengan cepat melenggang ke tim utama.
Lalu, pada 29 November 2020, Sarr melakukan debut di tim utama Metz saat melawan Brest di Ligue 1. Kemudian, pada 31 Januari 2021, Sarr mencetak gol pertamanya untuk Metz. Itu pertandingan Ligue 1 melawan Brest di putaran kedua. Skornya 4-2.
Sejak saat itu, dia telah membuktikan diri bergabung sebagai pemain reguler di tim utama Metz. Kini, dia sudah tampil 25 kali untuk klub, meski usianya masih sangat muda.
Secara fisik, Sarr adalah pemain yang powerfull. Dia sering kali memenangkan duel udara karena fisiknya yang sangat mendukung. Kehebatan dribel juga tidak diragukan lagi dan kemampuannya menciptakan umpan-umpan terukur menjadi satu hal yang sangat diminati oleh klub-klub elit di dunia.
Dengan tinggi sekitar 180 cm, Sarr bisa dianggap sebagai pemain sepakbola yang tingginya setara para pemain basket. Bedanya Sarr tangguh dalam tekel dan unggul dalam duel udara.
Penampilan perdananya sebagai gelandang adalah ketika klub menerapkan strategi box-to-box. Di sana, dia terlihat memiliki kualitas permainan yang sangat menjanjikan, khususnya karena dia memiliki tembakan yang bagus. Untuk seorang pemain muda, tingkat konsentrasinya juga sangat baik yang berarti dia juga memahami tugas bertahannya.
Pelatih di Akademi Metz, Olivier Perrin, bertanggung jawab membawa Sarr ke klub, setelah melihatnya berkembang di Generation Foot. "Saya langsung berkata pada diri sendiri bahwa dia adalah pemain top, dengan level yang sangat tinggi (berkaitan dengan) membaca dan menganalisis permainan. Dia (seperti) Miralem Pjanic," kata Perrin, dilansir Senego.
"Dia bisa bermain dalam sistem dengan dua (pemain) No.10. Dia bisa menjadi pemain tengah dan box-to-box. Dia bisa menjadi No.10 atau No.6. Itu tergantung pada pelatih," tambah Perrin.
Sarr telah menempuh perjalanan jauh sejak debutnya di kompetisi papan atas Senegal pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun. Dengan gemblengan yang didapatkan Sarr dari Generation Foot, dia membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain paling menjanjikan di negaranya.
Sebelum memasuki debut profesionalnya di kelas elite sepakbola Eropa, Sarr sukses mencatatkan namanya dengan enam caps di Senegal U-17 dan mencetak tiga gol. Semua yang telah dilakukan dalam kariernya sejauh ini dilakukan dengan cepat. Dan pelatihnya saat ini, Frederic Antonetti, sangat memuji bintang mudanya itu.
"Pape Matar Sarr adalah keanggunan di lini tengah. Itu bakat. Itu membuat orang lain bermain," ucap Antonetti.
Baru berusia 18 tahun, Sarr dikabarkan menjadi target Manchester United. Kehadiran talenta muda yang telah dilatih oleh kerasnya sepakbola Afrika tersebut bahkan sanggup menyingkirkan popularitas Eduardo Camavinga. Sarr adalah remaja paling dicari di sepakbola Prancis saat ini.
BACA ANALISIS LAINNYA
Analisis 5 Pemain yang Dibeli Barcelona dari Uang Penjualan Neymar pada 2017
Analisis 5 Pemain yang Dibeli Barcelona dari Uang Penjualan Neymar pada 2017
Seperti Mane, Sarr juga memulai karier sepakbola di Generation Foot. Itu sebuah klub sepakbola Afrika di Dakar, yang juga menghasilkan Ismaila Sarr dari Watford dan mantan striker West Ham United, Diafra Sakho. Lalu, pada September 2020, Metz mendatangkan Sarr dari Generation Foot dengan kontrak lima tahun.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Sebuah Penghargaan untuk Michael Essien, Pria Chelsea untuk Semua Hal dan Semua Musim
Sebuah Penghargaan untuk Michael Essien, Pria Chelsea untuk Semua Hal dan Semua Musim
Lalu, pada 29 November 2020, Sarr melakukan debut di tim utama Metz saat melawan Brest di Ligue 1. Kemudian, pada 31 Januari 2021, Sarr mencetak gol pertamanya untuk Metz. Itu pertandingan Ligue 1 melawan Brest di putaran kedua. Skornya 4-2.
Secara fisik, Sarr adalah pemain yang powerfull. Dia sering kali memenangkan duel udara karena fisiknya yang sangat mendukung. Kehebatan dribel juga tidak diragukan lagi dan kemampuannya menciptakan umpan-umpan terukur menjadi satu hal yang sangat diminati oleh klub-klub elit di dunia.
Penampilan perdananya sebagai gelandang adalah ketika klub menerapkan strategi box-to-box. Di sana, dia terlihat memiliki kualitas permainan yang sangat menjanjikan, khususnya karena dia memiliki tembakan yang bagus. Untuk seorang pemain muda, tingkat konsentrasinya juga sangat baik yang berarti dia juga memahami tugas bertahannya.
Pelatih di Akademi Metz, Olivier Perrin, bertanggung jawab membawa Sarr ke klub, setelah melihatnya berkembang di Generation Foot. "Saya langsung berkata pada diri sendiri bahwa dia adalah pemain top, dengan level yang sangat tinggi (berkaitan dengan) membaca dan menganalisis permainan. Dia (seperti) Miralem Pjanic," kata Perrin, dilansir Senego.
"Dia bisa bermain dalam sistem dengan dua (pemain) No.10. Dia bisa menjadi pemain tengah dan box-to-box. Dia bisa menjadi No.10 atau No.6. Itu tergantung pada pelatih," tambah Perrin.
Sarr telah menempuh perjalanan jauh sejak debutnya di kompetisi papan atas Senegal pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun. Dengan gemblengan yang didapatkan Sarr dari Generation Foot, dia membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain paling menjanjikan di negaranya.
Sebelum memasuki debut profesionalnya di kelas elite sepakbola Eropa, Sarr sukses mencatatkan namanya dengan enam caps di Senegal U-17 dan mencetak tiga gol. Semua yang telah dilakukan dalam kariernya sejauh ini dilakukan dengan cepat. Dan pelatihnya saat ini, Frederic Antonetti, sangat memuji bintang mudanya itu.
"Pape Matar Sarr adalah keanggunan di lini tengah. Itu bakat. Itu membuat orang lain bermain," ucap Antonetti.