Dalam beberapa hal, ia mengingatkan kita pada sosok Pep Guardiola
Teknik Jempolan, Momen Tendangan Roket Calhanoglu di Debut Inter Milan
Lahir di Apeldoorn pada 21 November 1963, Bosz memulai karir profesionalnya dengan Vitesse pada tahun 1981; setelah musim pinjaman dengan AGOVV Apeldoorn di liga amatir Belanda pada tahun 1984, ia kembali ke sepak bola profesional dengan bermain untuk RKC Waalwijk selama tiga musim(1985 -1988), kemudian pindah ke Prancis bersama SC Toulon (1988 hingga 1991), dan bermain enam musim dengan raksasa Belanda Feyenoord, di mana ia meraih gelar Eredivisie musim 1992/1993 serta Piala KNVB sebanyak tiga kali. Bosz kemudian pensiun pada akhir tahun 1999 setelah musim keduanya bersama tim asal Jepang, JEF United Ichihara.
Memphis Depay Cetak Gol Indah, Barcelona Tak Butuh Messi Lagi
Sangat mengidolai taktik bermain Johan Cruyff, Bosz adalah tipikal pelatih yang selalu mengandalkan gaya bermain ofensif dan penguasaan bola.
Melihat cara berpikirnya yang visioner serta pengalamannya dalam mengolah tim, Feyenoord yang pernah ia bela kemudian melakukan revolusi dalam manajemen mereka, dengan mendatangkan ia bersama beberapa nama terkenal lainnya, seperti Giovanni van Bronckhorst, Roy Makaay, Tim de Cler, Kevin Hofland dan Denny Landzaat. Di De Kuip, Bosz memainkan peran sebagai seorang direktur teknik selama 3 tahun (2006-2009).
Pada tahun 2016, ia ditunjuk sebagai manajer Ajax yang baru dan Bosz melanjutkan catatan impresifnya di dunia kepelatihan. Masih dengan gaya bermain yang menyerang serta agresif, pelatih berkepala plontos itu sukses menggembleng mental anak-anak muda de Godenzonen. Meski hanya satu musim bersama Ajax dan tidak memberikan gelar apapun (hanya membawa Ajax ke final Liga Eropa 2016/2017), bisa dikatakan ia adalah orang yang memberikan pondasi kuat untuk Ajax yang kita kenal saat ini, nama-nama muda seperti Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, David Neres, hingga Justin Kluivert adalah pemain yang mendapatkan arahan langsung darinya, dan dua diantaranya kini bermain untuk Juventus dan Barcelona.
L'Ajax festeggia!!
— La UEFA (@UEFAcom_it) April 23, 2020
Rivivi la ???????? ????????? del ritorno dei quarti di finale di UEFA Europa League 2016/17 tra Schalke e Ajax su https://t.co/OHk5MXXX95 ?
#UEL | #UELClassics pic.twitter.com/eSXf8MloAj
Pada bulan Juni 2017, ia pindah ke Jerman untuk melatih tim muda lainnya, yakni Borussia Dortmund. Waktunya di Westfalenstadion juga terbilang singkat, karena pada bulan Desember 2018 ia melatih tim Bundesliga lainnya, Bayer Leverkusen.
Di tim berjuluk 'Die Werkself' itu, ia juga menerapkan gaya permainan dominan dalam menguasai bola dan cepat secara menyerang, masih sama dan akan selalu diterapkannya.
“Barcelona memiliki aturan tiga detik (menahan bola). Tetapi kami bukan Barcelona, jadi saya menerapkan aturan dua detik,” ujar Bosz saat masih di Ajax.
Dalam 3 musim di BayArena, Bosz juga berperan sebagai pemandu bakat, dan ia adalah orang mengembangkan bakat Kai Havertz (kini bermain di Chelsea) serta Florian Wirtz. Catatannya bersama Leverkusen juga tidak terbilang buruk, di mana ia sukses mengamankan posisi 4 besar Bundesliga dalam tiga musim melatih dan yang menarik, pada musim 2018/2019, atau musim pertamanya melatih, Bosz menjadikan Leverkusen sebagai tim Jerman paling produktif di sejarah babak grup Liga Eropa (21 gol).
Peter Bosz isn't my cup of tea. After a summer where he lost Havertz, Volland, he's got it bang on. Moving Wirtz central,resurrecting Baileys career, improving Diabys final ball,getting numbers off Alario/Schick etc. They can leak goals on any day but THEY'RE 1ST! Fair dooze? pic.twitter.com/2Ass63C2cd
— Aniket (@SweeperKeeperMN) December 13, 2020
Kini setelah kontraknya diputus oleh Leverkusen pada bulan Maret lalu, pria berusia 57 tahun itu sekarang mengabdi di Stadion Groupama untuk menggantikan Rudi Garcia dan mengembalikan Lyon ke ajang Liga Champions adalah tugas utamanya musim ini.
Peter #Bosz : " Bruno et Paqueta vont nous apporter au milieu "
— OL+ (@OL__Plus) August 13, 2021
(Le Progrès : https://t.co/4nuYczDzKv) pic.twitter.com/iCOt0UPFid
Tapi hal ini mungkin agak sulit setelah klub ditinggal oleh Memphis Depay ke Barcelona. Kendati begitu Bosz masih bisa mengandalkan beberapa nama pemuda lainnya seperti Lucas Paquetá, Houssem Aouar ataupun Rayan Cherki yang memiliki bakat menyerang seperti dibutuhkannya, dan lagi Lyon baru saja mendapatkan amunisi baru di lini belakang melalui Emerson Palmieri yang dipinjam dari Chelsea.
Untuk itu, menarik melihat kebangkitan Lyon musim ini melalui tangan dingin seorang Peter Bosz.