Leipzig dan Hoffenheim dikecam karena melanggar regulasi. Padahal, Wolfsburg dan Leverkusen juga milik perusahaan.
Tapi, mereka lupa bahwa ada dua tim perusahaan yang masih eksis, VfL Wolfsburg dan Bayer Leverkusen, tidak menerapkan prinsip itu. Kok, bisa?
Kisah Elif Elmas, Anak Penjual Manisan di Makedonia Utara
Pengecualian Wolfsburg dan Leverkusen terkait dengan tradisi. Wolfsburg didirikan pada 1938 untuk menampung para pekerja mobil dari perusahaan automotif papan atas Jerman, Volkswagen.
Kisah Arturo Lupoli, Lulusan Arsenal yang Kariernya Hancur di Italia
Dari 1945 hingga 1959, klub bermain di kompetisi amatir. Pada 1963, liga sepakbola profesional pertama, Bundesliga, diciptakan dan Wolfsburg berada di Regionalliga Nord dan tidak dipromosikan ke Bundesliga hingga 1997.
Seperti Wolfsburg, pemilik Leverkusen juga tidak pernah dipermasalahkan. Itu karena sejarah mereka yang hampir sama dengan Wolfsburg.
Kemudian, pada 1 Juli 1904, para pekerja yang menyukai sepakbola mendirikan Turn-und Speilverein Bayer 04 Leverkusen. Itu adalah cikal bakal klub yang sekarang. Tim bergerak naik turun di Regionalliga dan Bundesliga 2 sampai 1979/1980. Mereka kemudian memenangkan Piala UEFA 1987/1988 dan DFB-Pokal 1992/1993.
Kedua tim ini memiliki sejarah hubungan yang panjang dengan perusahaan induknya. Karena alasan inilah aturan 50+1 untuk kepemilikan mayoritas penggemar tidak berlaku untuk mereka.
Tapi, sejak Leipzig muncul, aturan 50+1 diakali. Mereka menjadikan karyawan Red Bull di Jerman sebagai anggota klub untuk memenuhi aturan tersebut. Hal yang sama dilakukan pemilik Hoffenheim, Dietmar Hopp, yang menjadikan semua pegawai perusahaan software miliknya, SAP, sebagai anggota klub.
Menurut Kepala Sepakbola Global Red Bull, Oliver Mintzlaff, aturan 50+1 harus dihapuskan agar Bundesliga tetap kompetitif. "Untuk membuat liga dan klub kompetitif dengan negera-negara lain, harus ada perubahan drastis," ujar Mintzlaff dalam sebuah kesempatan, dilansir Bild.
Dukungan untuk meninjau kembali aturan itu juga sempat dilontarkan Fredi Bocic ketika menjadi Direktur Olahraga Eintracht Frankfurt. "Kami akan berjuang untuk waktu yang lama. Tapi, dengan aturan 50+1 akan membuat rencana itu gagal. Tidak ada dua cara tentang hal itu," ujar mantan penyerang VfB Stuttgart tersebut.
Namun, beberapa pengurus klub berpendapat bahwa aturan 50+1 adalah ideal dan merupakan khas Jerman yang tidak dimiliki negara lain sehingga harus terus dilestarikan. "Aturan ini secara signifikan jauh lebih baik diterapkan di Jerman. Tidak ada kerugian sama sekali," ucap CEO Borussia Dortmund, Hans-Joachim Watzke.
Is it a perfect system? No, but it is one of the only things that keeps german football the tradition that football is: a game created by the people for the people. RB Leipzig worry many because of their workaround of the 50+1 rule in fear that other companies may follow suit. pic.twitter.com/aMZUR8DVlp
— Nick ? (@PeakPiszczu) April 19, 2021