Para ahli telah meneliti apakah golongan darah termasuk faktor virus Corona cepat menginfeksi tubuh manusia.
Begitu cepat virus Corona menginfeksi tubuh manusia membuat banyak para ahli meneliti apakah faktor golongan darah termasuk dalam penentuan kategori rentan atau tidak.
Sebuah penelitian di China baru-baru ini menyatakan bahwa golongan darah A lebih rentan terinfeksi Corona COVID-19. Sedangkan untuk golongan darah O lebih kebal terinfeksi virus. Penelitian dilakukan kepada dua pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzhen. Namun demikian, hasil penelitian ini masih harus ditelaah lebih lanjut lagi.
Ada berbagai macam golongan darah pada manusia, seperti golongan darah A, B, AB, dan O. Hal ini berarti ada pula perbedaan molekul gula pada permukaan sel darah merah pada masing-masing golongan darah.
Hasil dari penelitian ini mungkin akan membuat orang dengan golongan darah A akan lebih panik dan lebih khawatir. Sedangkan untuk orang dengan golongan darah O, jangan merasa tenang dulu. Sebab, penelitian yang hanya dilakukan dengan 2 sampel pasien ini belum bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, golongan darah ini tidak bisa menjadi penilaian yang mutlak mengenai kadar infeksi virus Corona COVID-19. Semua orang tetap diimbau untuk melindungi dirinya sendiri seperti selalu menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan banyak orang, dan menggunakan pelindung jika terpaksa harus berinteraksi dengan banyak orang.
Berikut penjelasan mengenai jenis golongan darah yang rentan terinfeksi Virus Corona COVID-19 yang dirangkum dari berbagai sumber.
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 2 pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ini tidak bisa dijadikan sebagai penilaian yang mutlak.
Sebagai contoh dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) bahwa di Inggris, ada 48 persen orang yang memiliki golongan darah O. Ada 38 persen orang yang memiliki golongan darah A. Ada 10 persen orang yang memiliki golongan darah B. Dan yang terakhir ada 3 persen orang yang memiliki golongan darah AB.
Kemudian dibandingkan dengan jumlah total pasien yang terinfeksi Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ada 2.173 pasien. Dengan presentase golongan darah O ada 25 persen yang terinfesi. Golongan darah A ada 38 persen yang terinfeksi. Golongan darah B ada 26 persen yang terinfeksi. Dan golongan darah AB ada 10 persen yang terinfeksi.
Maka dari itu penelitian terkait dengan jenis golongan darah yang rentan terinfeksi Corona COVID-19 masih harus dilakukan lagi, tentu saja dengan perhitungan yang benar-benar bisa mewakili presentase jumlah golongan darah secara keseluruhan.
Satu-satunya pengobatan dini yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Beberapa waktu lalu, New York melakukan percobaan mengenai penggunaan plasma dari pasien yang sembuh dari Corona COVID-19 dan memiliki sistem imun tinggi, yang kemudian digunakan untuk mengobati pasien Corona COVID-19 dengan kategori sakit yang sudah parah.
“Ini adalah sebuah percobaan untuk pasien dalam kondisi yang parah, tetapi Departemen Kesehatan New York tetap menjalankannya dengan perawatan kesehatan terbaik di New York,” kata Gubernur New York Andrew Mark Cuomon dikutip dari The New York Times, Kamis (26/3/2020).
Garis pertahanan pertama Tubuh untuk melawan penularan virus adalah antibodi. Antibodi ini disebut immunoglobulin M yang bertugas untuk mewaspadai adanya penyusupan virus dan bakteri dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Jika sudah terinfeksi virus atau bakteri, sistem kekebalan tubuh ini akan berubah menjadi antibodi tipe kedua. Antibodi ini disebut immunoglobulin G yang bertugas mengenali dan menetralkan tipe virus tertentu.
Perbaikan yang akan dilakukan oleh setiap antibodi di dalam tubuh ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Beberapa orang akan membuat antibodi yang sangat kuat terhadap infeksi. Beberapa orang yang lain akan ada yang meningkatkan respon terhadap virus yang lebih ringan. Perbaikan ini mungkin akan memakan waktu hingga satu minggu.
Ternyata sistem imun juga memiliki jangka waktu dalam melawan infeksi virus dan bakteri. Namun solusi utama yang harus dilakukan adalah tetap meningkatkan sistem imun tubuh karena dia adalah satu-satunya kekuatan super yang dimiliki oleh tubuh manusia.
Dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) Ahli Virologi di Universitas dari Cabang Medis Texas di Galveston Vineet D. Menachery mengatakan bahwa, Antibodi yang digunakan untuk melawan virus Corona COVID-19 ini hanya akan bertahan satu sampai tiga tahun.
Antibodi ini juga akan berlaku untuk virus baru lain yang mirip dengan Corona COVID-19, misalnya saja seperti virus SARS yang merupakan sepupu dekat Corona COVID-19 atau SARS-CoV-2.
“Kebanyakan orang yang terinfeksi virus SARS memiliki kekebalan jangka panjang yang berlangsung hingga 10 tahun,” ujarnya.
Dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) Ahli Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Ivahn di Gunung Sinai New York mengatakan, apabila perlindungan antibodi berlangsung lebih singkat dari yang diperkirakan dan orang-orang menjadi terinfeksi ulang, kemungkinan pertarungan kedua dengan Corona COVID-19 akan jauh lebih ringan daripada yang pertama.
Bahkan apabila tubuh kita berhenti memproduksi antibodi penawar, sebagian dari sel memori kekebalan tubuh akan mengaktifkan kembali respon sistem imun secara efektif.
Para peneliti juga sempat melakukan penelitian dengan 100 darah orang yang disimpan di Bank Darah. Hasilnya salah satu dari sampel darah tersebut terinfeksi salah satu dari empat virus Corona yang diketahui hanya menyebabkan flu biasa.
Sebuah penelitian di China baru-baru ini menyatakan bahwa golongan darah A lebih rentan terinfeksi Corona COVID-19. Sedangkan untuk golongan darah O lebih kebal terinfeksi virus. Penelitian dilakukan kepada dua pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzhen. Namun demikian, hasil penelitian ini masih harus ditelaah lebih lanjut lagi.
BACA BERITA LAINNYA
Fans: Vidic Lebih Baik dari Van Dijk
Fans: Vidic Lebih Baik dari Van Dijk
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 2 pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ini tidak bisa dijadikan sebagai penilaian yang mutlak.
BACA HEALTH LAINNYA
Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan Untuk Cegah Corona
Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan Untuk Cegah Corona
Kemudian dibandingkan dengan jumlah total pasien yang terinfeksi Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ada 2.173 pasien. Dengan presentase golongan darah O ada 25 persen yang terinfesi. Golongan darah A ada 38 persen yang terinfeksi. Golongan darah B ada 26 persen yang terinfeksi. Dan golongan darah AB ada 10 persen yang terinfeksi.
Satu-satunya pengobatan dini yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
“Ini adalah sebuah percobaan untuk pasien dalam kondisi yang parah, tetapi Departemen Kesehatan New York tetap menjalankannya dengan perawatan kesehatan terbaik di New York,” kata Gubernur New York Andrew Mark Cuomon dikutip dari The New York Times, Kamis (26/3/2020).
Garis pertahanan pertama Tubuh untuk melawan penularan virus adalah antibodi. Antibodi ini disebut immunoglobulin M yang bertugas untuk mewaspadai adanya penyusupan virus dan bakteri dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Jika sudah terinfeksi virus atau bakteri, sistem kekebalan tubuh ini akan berubah menjadi antibodi tipe kedua. Antibodi ini disebut immunoglobulin G yang bertugas mengenali dan menetralkan tipe virus tertentu.
Perbaikan yang akan dilakukan oleh setiap antibodi di dalam tubuh ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Beberapa orang akan membuat antibodi yang sangat kuat terhadap infeksi. Beberapa orang yang lain akan ada yang meningkatkan respon terhadap virus yang lebih ringan. Perbaikan ini mungkin akan memakan waktu hingga satu minggu.
Ternyata sistem imun juga memiliki jangka waktu dalam melawan infeksi virus dan bakteri. Namun solusi utama yang harus dilakukan adalah tetap meningkatkan sistem imun tubuh karena dia adalah satu-satunya kekuatan super yang dimiliki oleh tubuh manusia.
Dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) Ahli Virologi di Universitas dari Cabang Medis Texas di Galveston Vineet D. Menachery mengatakan bahwa, Antibodi yang digunakan untuk melawan virus Corona COVID-19 ini hanya akan bertahan satu sampai tiga tahun.
Antibodi ini juga akan berlaku untuk virus baru lain yang mirip dengan Corona COVID-19, misalnya saja seperti virus SARS yang merupakan sepupu dekat Corona COVID-19 atau SARS-CoV-2.
“Kebanyakan orang yang terinfeksi virus SARS memiliki kekebalan jangka panjang yang berlangsung hingga 10 tahun,” ujarnya.
Dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) Ahli Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Ivahn di Gunung Sinai New York mengatakan, apabila perlindungan antibodi berlangsung lebih singkat dari yang diperkirakan dan orang-orang menjadi terinfeksi ulang, kemungkinan pertarungan kedua dengan Corona COVID-19 akan jauh lebih ringan daripada yang pertama.
Bahkan apabila tubuh kita berhenti memproduksi antibodi penawar, sebagian dari sel memori kekebalan tubuh akan mengaktifkan kembali respon sistem imun secara efektif.
Para peneliti juga sempat melakukan penelitian dengan 100 darah orang yang disimpan di Bank Darah. Hasilnya salah satu dari sampel darah tersebut terinfeksi salah satu dari empat virus Corona yang diketahui hanya menyebabkan flu biasa.