Akhirnya transfer Correa terealisasikan
Resmi, Real Madrid Tawar Mbappe Sebesar Rp 3,1 Triliun
Joaquin Correa lahir pada 13 Agustus 1994, di Juan Bautista Alberdi, Argentina. Correa lahir dari orang tua Argentina yang bernama Irma dan Julio Correa.
Kisah Estadio Lionel Messi dengan Pemandangan Menawan, Tribute Untuk Messi
Saat berusia 11 tahun dan kala itu masih bermain untuk 'Los Millonarios', ia sempat tidak tahan berada jauh dari keluarga dan akhirnya memutuskan kembali ke kota kelahirannya. Beberapa tahun kemudian, ketika sudah agak dewasa, ia masuk lagi ke sekolah sepak bola dan menemukan jalur suksesnya di Estudiantes de La Plata, klub yang menjadi rumah barunya.
Carlos Joaquín Correa est né le 13 août 1994 à Juan Bautista Alberdi ( province de Tucumàn ) Argentine ?? il portera successivement pendant sa formation les maillots de @RiverPlate Renato Cesarini et @EdelpOficial où il débute sa carrière pro face à @CAB_oficial (05-12) pic.twitter.com/HHfx9uIy4k
— Ricky P ?? #EnVacances (@PSGveins_) June 30, 2021
La Plata adalah tim yang pertama mempercayakannya dengan jersey sebagai starter di divisi pertama di tahun 2012, dan ia tetap di sana hingga 2015, tahun di mana Sampdoria memboyongnya dengan mahar 8,5 juta Euro. Tahun berikutnya Joaquin Correa berangkat ke Sevilla dalam nilai transfer 18 juta Euro. Dua tahun kemudian, Joaquin bergabung dengan Lazio selama bermain di ibu kota Italia, ia mendapat julukan 'El Tucu'.
Karier Joaquin Correa
Seperti yang sudah sedikit di jelaskan sebelumnya, Joaquin Correa memiliki pengalaman menimba ilmu yang singkat bersama tim junior River Plate dan satu lagi bersama Renato Cesarini, ia kemudian bergabung dengan sektor junior Estudiantes pada tahun 2011. Pada usia 17, ia memulai debutnya di tim utama, mengambil alih peran Duvan Zapata. Sedikit demi sedikit, Correa mulai memastikan bahwa ia adalah bintang Los Pincharrata.
Memulai debutnya pada pertengahan 2012, dan potensinya yang jelas menarik banyak perhatian tim pemandu bakat eropa. Ia tumbuh dengan pesat bersama rekan satu tim yang baru saja memenangkan Libertadores pada tahun 2009, seperti Andujar, Enzo Perez, “Chapu” Brana, dan “Gata” Fernandez.
Tetap saja, idolanya sejak awal adalah Juan Sebastian Veron. Correa mengatakan bertahun-tahun kemudian bahwa 'La Brujita' (julukan Veron) seperti 'bapak sepak bola' dan tidak ragu menempatkannya sebagai pemain terbaik ketiga dalam sejarah Argentina, hanya di belakang Lionel Messi dan Maradona.
Ketika Correa bergabung dengan Estudiantes, ia termasuk salah satu bakat Argentina yang paling menjanjikan dan mulai menerima kontak dari Eropa, tim-tim seperti Inter, Chelsea, atau Paris Saint Germain bahkan telah mengajukan tawaran yang tidak kecil, tapi Correa memilih untuk mengikuti saran Veron. Presiden "Pincha" saat ini merekomendasikan agar ia pergi ke tim yang lebih rendah dahulu untuk berlatih tanpa banyak tekanan, dan Joaquin mendengarkan saran idolanya tersebut.
'Joaquin Correa has the talent to still become much better. He's fast, skilled and very intelligent. He's a menace for every defender.'
— LazioLand (@Lazio_Land) October 9, 2020
- Juan Sebastian Veron ??#Lazio #Veron #Correa #SFL pic.twitter.com/RfDsKkRJA7
Pada usia 20 tahun dan dengan bayaran 10 juta Euro, ia meninggalkan La Plata dan pindah ke kota Genoa untuk membela Sampdoria. Tak lama di Genoa, ia kemudian dibawa oleh Jorge Sampaoli ke Sevilla pada 2016, memberinya kesempatan di Albiceleste. Debutnya bersama Argentina datang pada tanggal 9 Juni 2017, dalam pertandingan persahabatan melawan Brasil, dan "Tucu" sangat bersemangat karena pada rencana awal akan menjadi bagian skuad Argentina di Rusia 2018. Meskipun pada akhirnya cedera membuatnya terpaksa mundur.
Setelah dua musim di Sevilla, ia belajar banyak hal dan kekalahan 5-0 dari Barcelona di final Copa del Rey musim 2017/2018, meyakinkannya bahwa sudah waktunya untuk mencoba sesuatu yang berbeda dan di tahun 2018 ia kembali lagi ke Italia untuk bergabung bersama Lazio.
Memasuki periode keduanya di Serie A sebagai pesepakbola, Correa sudah jauh lebih siap, dengan jersey No.11, ia terbiasa memainkan second striker dan penampilannya sangat baik bersama Elang Ibukota.
Konsekrasinya datang di final Piala Italia melawan Atalanta di Stadion Olimpiade di Roma. The 'Tucu' dipilih sebagai Man of the Match saat ia mencetak gol kemenangan dan memenangkan gelar pertamanya. Meski begitu, permainan bagus yang ditampilkan di Lazio tidak cukup untuk meyakinkan Lionel Scaloni, dan lagi ia hanya bisa menonton Argentina dari rumah saat Lionel Messi dkk bermain di Copa America 2019.
One of the best goals Joaquin Correa has scored for Lazio. Guaranteed a 2-0 win vs Atalanta in the Coppa Italia final.
— Jerry Mancini (@jmancini8) August 13, 2021
Buon compleanno @tucu_correa!
??????
pic.twitter.com/c8S9ob1Vrv
Correa kemudian tetap mempertahankan level permainanya di Italia, menambahkan kejuaraan baru ke rekornya, dan ia kemudian mendapatkan penggilan lagi ke Argentina. Meski demikian, pandemi Covid-19 menghambat cita-citanya dan El Tucu terpaksa menetap di Roma, daerah yang paling parah terkena virus, dan menghabiskan beberapa minggu sendirian di apartemen dengan berlatih sebaik mungkin.
Meski begitu, saat sepak bola kembali bergulir, ia tetap menunjukkan permainan terbaiknya. Gol melawan Bolivia di kualifikasi Piala Dunia 2022 membuatnya semakin dipercaya oleh pelatih Scaloni dan pada ajang Copa America 2021 yang sukses dimenangkan oleh La Albiceleste, ia termasuk dalam skuad pemenang tersebut. Meski bukan pilihan utama Scaloni, ia selalu bisa diandalakan sebagai pemain cadangan La Albiceleste dan tentu saja setelah kekecewan di dua turnamen internasional, kini tentunya ia merasa bangga serta senang bisa membantu Argentina memenangkan trofi internasional pertama mereka sejak tahun 1993.
Joaquín Correa, Leo Messi, Kun Agüero y Fideo Di María con la Copa América 2021 pic.twitter.com/CEA9SYGIfB
— Claudio Cé.Orellano (@claudi_orellano) July 11, 2021
Beberapa fakta El Tucu
Memiliki teknik yang sangat baik, kemampuan dribbling yang hebat, passing yang luar biasa dan kemampuan mencetak gol yang baik, Correa rupanya lebih memilih rekan senegaranya, Messi ketimbang CR7 dalam urusan pemain terbaik di dunia.
"Ronaldo dan Messi? Saya menyebut Messi karena saya orang Argentina dan karena, ketika saya bermain bersama di tim nasional, saya melihatnya melakukan hal-hal gila. Tapi Cristiano juga seorang juara" ujar Correa.
Selain itu, Correa juga dikenal sebagai pemain yang sangat menyayangi ibunya.
“Ibuku adalah wanita dalam hidupku, dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-60, dia tampak 20 tahun lebih muda. Itu saja untuk saya; dia menderita ketika aku meninggalkan rumah. Ayah saya juga luar biasa; Saya tidak bisa meminta lebih. Dia membawa saya ke mana-mana untuk bermain; situasi ekonomi kita tidak mudah; dia bangun jam 4 untuk bekerja dan mengizinkan saya bermain sepak bola. Salah satu orang terpenting dalam hidup saya.”
Bersama Lazio, ia sukses memenangkan beberapa gelar diantaranya adalah Coppa Italia dan Piala Super Italia, dimana ia berperan penting dalam dua raihan gelar tersebut.
Kini ia akan menjadi bagian dari Inter Milan dan tentunya ada harapan besar dari sang pelatih, Simone Inzaghi, agar pria Argentina itu mampu membantu I Nerazzurri meraih lebih banyak gelar serta rekor musim ini.
Mari kita nantikan bersama debut El Tucu bersama Inter musim ini.