Garcia menekankan betapa pentingnya kesehatan mental untuk pesepakbola
Tapi tentu saja memenangkan Liga Champions musim 2004/2005 adalah yang terbaik. Bersama Liverpool, pemain yang memulai karier sepakbolanya bersama Barcelona itu sukses membuat keajaiban di Istanbul saat mereka tertinggal 0-3 dari AC Milan. Meski tidak ikut dalam tendangan penalti, Garcia merupakan orang yang berperan penting dalam membawa The Reds ke partai puncak Liga Champions 2004/2005 berkat gol 'hantu' miliknya.
Kisah Andre Santos, Pemain Arsenal yang Tukar Jersey dengan Robin van Persie
Pria yang lahir di Badalona 1978 tersebut mengenang peristiwa tersebut dalam acara Heineken and UEFA Champions League Hospitality at Home Virtual Experience yang dimoderatori Max Rushden.
Jorginho Terpilih Sebagai Pemain Terbaik Eropa 2021, Chelsea Borong Gelar
3 musim berada di Anfield, Garcia kemudian kembali ke Spanyol bersama Atlético Madrid sebelum berpindah-pindah tim dari Yunani, Meksiko, India dan Australia.
Garcia dan kesehatan mental
"Sedikit demi sedikit saya menyadari pentingnya kesehatan mental dan selalu berusaha untuk berpikir baik dan positif," ujarnya kepada FIFA.com.
FIFA yang belakangan ini menggalakan kampanye #REACHOUT yang dimulai pada awal Agustus, ingin meningkatkan kesadaran akan gejala kondisi kesehatan mental, mendorong masyarakat, khususnya pesepakbola untuk mencari bantuan saat mereka membutuhkannya, dan mengambil tindakan untuk kesehatan mental yang lebih baik.
?️"I used to suffer a lot during games...a sports psychologist helped me to compartmentalise."
— FIFA.com (@FIFAcom) August 24, 2021
?? Luis Garcia talks about the importance of mental health and asking for help.#ReachOut | @SeFutbol | @luchogarcia14
?https://t.co/Jtd2bNwbW3 pic.twitter.com/et7ht1s4ow
Kembali pada Garcia, pemain dengan 20 caps bersama timnas Spanyol tersebut, memaparkan bahwa interaksinya dengan psikolog olahraga benar-benar mengubah cara ia menghadapi tantangan sehari-hari sebagai pesepakbola papan atas.
"Ini tentang mencoba berbicara dan mendapatkan kelegaan dari beberapa pemikiran (negatif) yang mungkin Anda alami atau hal-hal yang terjadi pada Anda hari itu. Ini juga tentang membaginya dengan seseorang yang dapat memberi Anda alat untuk menghadapi situasi semacam ini. ketika mereka muncul berikutnya."
Percakapan itu cukup membantu Garcia dalam menghadapi semua pasang surut yang bisa dialami seorang pemain selama satu musim, seperti yang ia jelaskan dengan contoh dari hari-harinya bermain di Liverpool.
“Dulu saya sangat menderita selama pertandingan. Pelatih saya saat itu, Rafa Benitez, sangat vokal, (jadi saya banyak mendengarnya) ketika saya bermain di sayap. Dan seperti yang sudah saya katakan berkali-kali sebelumnya, Jamie Carragher selalu dalam kasus saya mengatakan kepada saya untuk tidak kehilangan bola ... Bahkan jika Anda tidak menginginkannya, hal-hal seperti itu akhirnya memengaruhi Anda. Pada akhir permainan, Anda bisa merasa frustrasi dan tidak nyaman, maka Anda pulanglah sambil merenungkan semua hal yang tidak kamu lakukan dengan baik."
"Dia membantu untuk memilah-milah dan mengesampingkan situasi dan pikiran semacam itu. Saya belajar untuk melepaskannya dan fokus pada hal-hal yang saya perlukan, yang merupakan permainan berikutnya" lanjut Garcia.
Adapun kenapa mantan pemain Atlético Kolkata itu ingin membicarakan isu ini selain urgensinya, adalah banyak kasus pemain yang sangat sulit untuk direkomendasikan ke psikolog olahraga saat mereka benar-benar butuh.
"Pada zaman saya, tidak umum untuk pergi dan berbicara dengan mereka," ujar pria berusia 43 tahun itu.
"Jika rekan setimnya tampak sedih, berhenti membuat lelucon atau mungkin berhenti pergi makan bersama, maka Anda tahu ada sesuatu yang tidak beres. Namun, situasi seperti itu tidak mudah untuk dihadapi. Orang yang terkena dampak itu bisa sangat enggan untuk membuka atau membicarakannya."
Sebagai pemain muda yang pernah menjadi anak didik Rafael Benítez di CD Tenerife serta Liverpool, Garcia paham betul adanya keinginan dari pemain muda untuk selalu bisa tampil maksimal dan profesional, dan untuk itu lah ia merasa tekanan dari luar diri pemain perlu di manajemen dengan baik.
"Anda harus membantu mereka ketika mereka memulai karir mereka. Beberapa tidak lagi memiliki kaki di tanah dan berpikir mereka telah berhasil. Kita perlu meringankan beberapa tekanan yang dialami kaum muda, yang berasal dari keinginan untuk menjadi atau harus menjadi pemain (profesional). Ada tekanan yang mereka berikan pada diri mereka sendiri serta dari keluarga dan teman. Itu tidak membantu perkembangan mereka atau kemampuan mereka untuk menikmati sepak bola, yang merupakan hal terpenting."
Sukses memenangkan Liga Champions, Piala FA, Piala Intertot hingga Liga Super India, Garcia juga menjelaskan bahwa memang sulit untuk bercerita masalah pribadi kepada seseorang, namun ketika pemain yang satu angkatan dengan Víctor Valdés di La Masia itu menemukan psikolog olahraga, rasanya sangat melegakan untuknya.
Former La Masia graduate and Barça player Luis Garcia coached some kids in FCBEscola in the past week. ? pic.twitter.com/k0E8eCsJBQ
— Navid Molaaghaei (@navidjaaan) January 24, 2019
"Saya pernah berada dalam situasi di mana Anda tidak merasa nyaman tentang sesuatu dan ingin berbicara dengan seseorang tentang hal itu. Ketika saya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan psikolog olahraga dan itu berjalan dengan sangat baik, saya mulai berbagi pengalaman saya. Jadi Saya sudah mencoba membantu rekan satu tim, menjangkau mereka sehingga mereka pergi dan berbicara dengan seseorang yang dapat membantu mereka dengan apa pun yang mereka khawatirkan."