Pernah masuk nominasi Golden Boy. Kakuta masih ingin membuktikan kalau ia belum habis.
Michael Beale, mantan pelatih akademi Chelsea dan sekarang menjadi asisten manajer Rangers untuk Steven Gerrard, mengingat kembali waktunya di Stamford Bridge.

Ia mengatakan jika selama di Chelsea, ada banyak talenta yang berhasil ia tumbuhkan potensinya, namun saat mereka naik level ke tim senior, kepercayaan pelatih telah membuat semangat anak-anak muda itu jadi layu.

“Saat saya menjadi pelatih di akademi, saya melihat pemain brilian seperti Jeffrey Bruma, Gael Kakuta dan Patrick van Aanholt. Selama bertahun-tahun, Chelsea selalu memiliki pemain akademi yang sangat bagus. Namun saat mereka dipromosikan banyak juga yang tidak diberi kesempatan .”

Dari talenta-talenta yang disebutkan Beale di atas, tidak ada yang lebih dibanggakan oleh pelatih berusia 40 tahun itu selain Kakuta, pemain yang  mula-mula mendapat ancaman larangan transfer oleh Chelsea namun akhirnya dibuang tanpa kabar sama sekali.

Karier Nomaden Kakuta

Usianya kini baru 29 tahun, tetapi Kakuta menjalani karier yang nomaden. Setelah dilepas Chelsea, Kakuta sempat dilatih oleh beberapa pelatih berbakat seperti Clarence Seedorf, Manuel Pellegrini dan Peter Bosz. 

Belum lagi kariernya di Liga Super Cina di bawah asuhan Owen Coyle. Kakuta telah bermain di beberapa liga elit Eropa seperti Liga Premier, Ligue 1, Eredivisie, Serie A dan La Liga.

Kakuta tidak pernah kekurangan ambisi dan harapan. Pada tahun 2017, saat bermain untuk Amiens, ia mengungkapkan bahwa ia masih memiliki harapan besar untuk mewakili tim yang memiliki reputasi yang sama dengan Chelsea.

"Saya bermain dengan senyuman. Anda perlu merasa dicintai dan rekan satu tim saya banyak membantu saya. Ketika saya pergi ke China, semua orang mengatakan 'Gael Kakuta sudah berakhir', tetapi tidak, tujuan saya adalah bergabung dengan klub hebat di Eropa.”

Pernah Dicekal 

Gaung besar terhadap nama Kakuta bisa jadi karena riwayat transfernya ke Chelsea saat berusia 15 tahun pada tahun 2007. Dua tahun kemudian --- seperti yang disinggung di awal tulisan -- ia dilarang bermain selama empat bulan oleh FIFA dan didenda 625.000 pounds/Rp.12,4 miliar karena melanggar kontraknya dengan Lens, sementara Chelsea diberi larangan dua jendela transfer.

Semua hukuman kemudian dicabut oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga.

Terhambat Oleh Cedera

Pemain yang beroperasi sebagai winger ini berhasil tampil mengesankan di tim muda Chelsea. Ia mulai berlatih dengan tim utama pada 2008-09, namun pada Februari 2009, pada pertandingan persahabatan tim cadangan melawan Glenn Hoddle Academy, ia mengalami patah tulang pergelangan kaki ganda dan membuatnya absen enam bulan.

Cedera parah selalu menjadi hal yang sangat sulit untuk diatasi oleh pemain muda, paling tidak secara fisik, Kakuta tidak lagi memiliki momentum, ia tidak lagi sepenuhnya di ingat oleh semua orang.

Padahal pada tahun 2010, Kakuta pernah masuk nominasi Golden Boy, bersama dengan Romelu Lukaku, Mario Balotelli dan nama-nama beken lainnya.



Ia tampil di tim utama Chelsea pada 2009-10, membuat debutnya di Liga Premier dan Liga Champions. Ia akan ditelan oleh mimpi buruk berulang yang telah menimpa banyak pemain muda Chelsea  lainnya : dipinjamkan.



Fulham dan Bolton memberinya peluang untuk bermain di Liga Premier secara reguler, sebelum akhirnya menejer Dijon membewanya ke Vitesse, Lazio dan Rayo Vallecano.

Mencoba Untuk Bangkit

Penampilannya yang paling konsisten terjadi saat menjalani tugas pinjaman terakhirnya di Vallecano, dimana ia menjadi pemain reguler di tim utama dan membantu klub meraih posisi ke-11 di La Liga musim 2014-15.

Ini membuatnya mendapatkan transfer gratis ke Sevilla setelah kontraknya dengan Chelsea berakhir pada 2015. Ia baru berusia 23 tahun saat itu, masih ada kesempatan untuk menyadarkan banyak orang untuk melihat potensinya di klub besar Eropa.

Inkonsistensi dan kurangnya waktu bermain terus mengganggu Kakuta di Sevilla, hanya dua penampilan liga yang dibuat sebelum ia menjadi salah satu pemain di Eropa yang terpikat untuk berkiprah ke Liga China.

Satu musim dihabiskan bersama Hebei China Fortune, sebelum Kakuta melanjutkan kariernya secara, berpindah-pindah lagi, kali berikutnya ke klub peringkat menengah di liga-liga besar Eropa seperti Deportivo La Coruna, Amiens, Rayo Vallecano, Amiens sekali lagi dan sekarang dipinjamkan ke Lens.

Hanya sesekali, Kakuta datang dengan momen kecemerlangan yang mengingatkan kita semua akan bakat mudanya dulu. Misalnya golnya yang menakjubkan untuk Amiens saat bermain imbang 4-4 dengan PSG musim lalu. Pada 2020-21, ia memulai debutnya dengan baik untuk Lens, dengan lima gol dalam 11 penampilan Ligue 1.



Seperti yang dikatakan Beale, Kakuta masih bisa berkembang sebagai jebolan pemain muda Chelsea di zaman modern. Masih ada waktu untuk membuktikan diri, dan itulah yang sepertinya akan dilakukan Kakuta musim ini.