Di usia 15 tahun jadi rebutan banyak klub besar Eropa. Sayang, salah pilih klub berakibat fatal.
Menjalani debut profesional di usia 15 tahun pada 2014, Sergio Diaz mencuri perhatian saat membela Paraguay di Copa America Junior 2015. Dijuluki "Aguero dari Paraguay", Diaz menjadi rebutan Manchester United, Liverpool, dan Real Madrid.
Pada 27 Juni 2014, Diaz menjalani debut di Primera Division Paraguaya membela Cerro Porteno mengalahkan Club General Diaz 2-1. Dia masuk lapangan pada menit 84 menggantikan Guillermo Beltran.
Diaz kemudian mencetak gol pertamanya saat melawan Nacional Asuncion pada September tahun yang sama untuk memberikan Cerro Porteno kemenangan. Lalu, dia mencetak dua gol dalam kemenangan kandang 2-0 melawan 3 de Febrero pada 8 Oktober 2014 dan ditampilan melawan Boca Juniors di Copa Sudamericana.
Berkat penampilan yang ajaib, Diaz ditransfer ke Estadio Santiago Bernabeu, meski mengakui sebagai penggemar Arsenal. Diaz menjadi pesepakbola Paraguay kedua yang dikontrak Los Blancos setelah Javier Acuna.
Di pentas internasional, Diaz menjadi pemain bintang Paraguay di Piala Dunia U-17 2015, dengan Jara Saguier sebagai pelatihnya. "Ketika Sergio datang ke timnas U-17, dia memiliki keuntungan besar, karena dia telah dipanggil timnas U-20 pada usia 17 tahun. Dia bintangnya. Dia pemain terbaik kami," ujar Saguier, dilansir goal.com.
"Saya melihat pemain yang sangat lengkap dengan kecerdasan dan pengambilan keputusan yang brilian, serta dengan kemampuan kaki yang bagus. Ketika dia masih kecil, dia sudah bersinar untuk tim utama Cerro Porteno. Dia juga rekan setim yang hebat, dan salah satu sifat terbaiknya adalah dia selalu melakukan apa yang diharapkan pelatih - dia tidak pernah memperumit masalah," ungkap Sagueir.
Setelah pengakuan internasional lebih lanjut pada Toulon Tournament 2016, yang bergengsi, Diaz benar-benar pergi ke Spanyol. Seperti biasa, dia harus bermain di Real Madrid Castilla terlebih dulu.
"Kami sudah mengetahui minat Real Madrid, dan beberapa pemandu bakat lain (dari klub Eropa) yang datang untuk menontonnya. Semuanya terjadi begitu cepat. Dan, dalam waktu yang sangat singkat dia sudah dalam perjalanan ke Madrid," tambah Saguier.
Tapi, entah mengapa, dalam lima tahun bersama raksasa Spanyol itu, Diaz belum pernah tampil satu kali pun untuk tim utama. Sejauh ini telah menjalani dan mengambil masa peminjaman di berbagai klub berbeda, meski secara performa tidak terlalu mengecewakan.
Musim pertamanya di ibukota Spanyol, Diaz mencetak lima gol dalam 36 penampilan untuk Castilla. Tapi, dia justru dipinjamkan ke tim Segunda Division, Lugo. Sayang, saat berada di sana, dia mengalami cedera ACL pada November 2017. itu membuatnya absen selama sekitar 10 bulan.
Saat berjuang untuk mendapatkan kembali kebugaran di pertandingan penuh, dia kembali dipinjamkan. Kali ini ke raksasa Brasil, Corinthians.
"Pertama kali saya melihatnya bermain langsung adalah pada 2016. Itu tahun ketika dia pertama kali dinominasikan untuk NXGN (Next Generation). Dia masih muda untuk Cerro Porteno," ujar Tomas Rosalino, seorang jurnalis lepas di Brasil yang telah meliput Corinthians sejak 2015.
"Mereka melawan Corinthians di Copa Libertadores, di Asuncion. Dan, pada dasarnya dia menghancurkan Corinthians. Dia jelas pemain terbaik di lapangan. Pertandingan itu adalah alasan Corinthians membawanya bermain di sini dua tahun kemudian," tambah Rosalino.
"Ada stereotip di sepakbola Amerika Selatan, yaitu Brasil melakukan keterampilan yang indah, Uruguay dan Argentina memainkan sepakbola langsung (direct football). Di Paraguay, mereka hanya bertahan. Penyerang terbaik dalam sejarah mereka adalah Roque Santa Cruz. Saya tidak dapat mengingat seorang Paraguay yang menggiring bola sebaik Sergio Diaz," ungkap Rosalino.
"Dalam pertandingan itu, dia masuk di babak pertama dan dia menuntut bola sepanjang waktu. Saya ingat Tite (pelatih Corinthians saat itu) mengoceh tentang dia setelah pertandingan. Sejak hari itu mereka mengikutinya. Ketika ada kesempatan untuk memilikinya, mereka bahkan tidak berpikir. Dia mengalami cedera lutut? Tidak masalah," bebera Rosalino.
Namun, ada masalah lain saat datang ke Brasil. Diaz tidak bermain selama enam bulan pada saat dia tiba di Corinthians pada Juli 2018, dan dia bahkan tidak bisa masuk ke lapangan sampai September tahun itu.
Ketika dia akhirnya muncul, cedera lainnya datang. Kali ini tendonitis di lututnya. Pertaruhan yang dilakukan Corinthians tidak membuahkan hasil. Tapi, bukan hanya secara fisik di mana Diaz mulai berjuang, dengan kepercayaan diri yang bisa dibilang hancur berkeping-keping.
"Dia datang ke mixed zone (di stadion setelah pertandingan), dan dia masih kecil. Dia tidak berbicara dengan baik, dia benar-benar pemalu. Dia hanya mengatakan dia berharap dia bisa melakukannya dengan baik di Corinthians. Dia juga berbicara tentang rasa sakit di lututnya," ujar Rosalino.
Diaz sekarang berusia 23 tahun. Setelah diabaikan Madrid, dia kembali ke Cerro Porteno dengan status pinjaman. Musim lalu, Diaz bermain di Liga MX untuk Club America. Di sana, dia memainkan sedikit peran dengan hanya delapan pertandingan.
"Dia pergi dari atmosfer yang tidak menganggap dirinya bintang besar dan anak emas. Di Madrid dia hanyalah pemain biasa yang sama dengan lainnya. Dia harus berjuang sendiri, jauh dari rumah, dan itu jelas sangat sulit," kata Saguier.
"Cedera itu jelas merusak peluangnya untuk memantapkan dirinya di Spanyol. Setelah anda kembali, anda tidak tahu apakah anda akan menjadi pemain yang sama. Saya sedikit kehilangan jejaknya, sejak dia pergi ke Spanyol," tambah Saguier.
Rosalino juga setuju dengan pendapat Saguier. "Real Madrid harus menjadi babak terakhir bagi seorang pesepakbola. Dia menjalani satu musim yang bagus di Copa Libertadores. Terlalu dini baginya untuk mencapai level itu. Jika dia tetap tinggal di Amerika Selatan, dia akan memiliki lebih banyak pertandingan kompetitif, dan menjadi pesepakbola yang lebih baik," ungkap Rosalino.
"Dia sekarang berusia 23 tahun. Itu masih muda. Dia masih bisa memiliki karier yang bagus. Tapi, itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan secara psikologis. Orang-orang mengatakan dia adalah masa depan Paraguay. Sangat sulit bagi seorang pria yang mencapai standar tinggi seperti itu di awal kariernya untuk memahami bahwa dia tidak akan seperti itu lagi," tambah Rosalino.
Dan, Seguier percaya masih ada harapan bagi Diaz untuk bangkit. "Apakah dia akan bermain? Tergantung padanya. Terserah setiap pemain untuk membuat kasus mereka. Dia terlahir sebagai bintang. Tapi, yang perlu dia lakukan sekarang adalah memperlambat, memutuskan ke mana dia ingin pergi," kata Seguier.
"Dia perlu fokus pada permainannya sendiri dan langkah selanjutnya. Dia adalah pemain hebat, dan dia akan melewati masa sulit ini," pungkas Seguier.
Pada 27 Juni 2014, Diaz menjalani debut di Primera Division Paraguaya membela Cerro Porteno mengalahkan Club General Diaz 2-1. Dia masuk lapangan pada menit 84 menggantikan Guillermo Beltran.
BACA ANALISIS LAINNYA
20 Pemain Liga Top Eropa dengan Performa Terbaik Awal Musim, Tammy Abraham Kejutan
20 Pemain Liga Top Eropa dengan Performa Terbaik Awal Musim, Tammy Abraham Kejutan
Setelah pengakuan internasional lebih lanjut pada Toulon Tournament 2016, yang bergengsi, Diaz benar-benar pergi ke Spanyol. Seperti biasa, dia harus bermain di Real Madrid Castilla terlebih dulu.
BACA BERITA LAINNYA
Situasi Arsenal Makin Keruh dan Aneh, Pemain Minta Pergi Lewat Posting Instagram
Situasi Arsenal Makin Keruh dan Aneh, Pemain Minta Pergi Lewat Posting Instagram
Tapi, entah mengapa, dalam lima tahun bersama raksasa Spanyol itu, Diaz belum pernah tampil satu kali pun untuk tim utama. Sejauh ini telah menjalani dan mengambil masa peminjaman di berbagai klub berbeda, meski secara performa tidak terlalu mengecewakan.
Saat berjuang untuk mendapatkan kembali kebugaran di pertandingan penuh, dia kembali dipinjamkan. Kali ini ke raksasa Brasil, Corinthians.
"Mereka melawan Corinthians di Copa Libertadores, di Asuncion. Dan, pada dasarnya dia menghancurkan Corinthians. Dia jelas pemain terbaik di lapangan. Pertandingan itu adalah alasan Corinthians membawanya bermain di sini dua tahun kemudian," tambah Rosalino.
"Ada stereotip di sepakbola Amerika Selatan, yaitu Brasil melakukan keterampilan yang indah, Uruguay dan Argentina memainkan sepakbola langsung (direct football). Di Paraguay, mereka hanya bertahan. Penyerang terbaik dalam sejarah mereka adalah Roque Santa Cruz. Saya tidak dapat mengingat seorang Paraguay yang menggiring bola sebaik Sergio Diaz," ungkap Rosalino.
"Dalam pertandingan itu, dia masuk di babak pertama dan dia menuntut bola sepanjang waktu. Saya ingat Tite (pelatih Corinthians saat itu) mengoceh tentang dia setelah pertandingan. Sejak hari itu mereka mengikutinya. Ketika ada kesempatan untuk memilikinya, mereka bahkan tidak berpikir. Dia mengalami cedera lutut? Tidak masalah," bebera Rosalino.
Namun, ada masalah lain saat datang ke Brasil. Diaz tidak bermain selama enam bulan pada saat dia tiba di Corinthians pada Juli 2018, dan dia bahkan tidak bisa masuk ke lapangan sampai September tahun itu.
Ketika dia akhirnya muncul, cedera lainnya datang. Kali ini tendonitis di lututnya. Pertaruhan yang dilakukan Corinthians tidak membuahkan hasil. Tapi, bukan hanya secara fisik di mana Diaz mulai berjuang, dengan kepercayaan diri yang bisa dibilang hancur berkeping-keping.
"Dia datang ke mixed zone (di stadion setelah pertandingan), dan dia masih kecil. Dia tidak berbicara dengan baik, dia benar-benar pemalu. Dia hanya mengatakan dia berharap dia bisa melakukannya dengan baik di Corinthians. Dia juga berbicara tentang rasa sakit di lututnya," ujar Rosalino.
Diaz sekarang berusia 23 tahun. Setelah diabaikan Madrid, dia kembali ke Cerro Porteno dengan status pinjaman. Musim lalu, Diaz bermain di Liga MX untuk Club America. Di sana, dia memainkan sedikit peran dengan hanya delapan pertandingan.
"Dia pergi dari atmosfer yang tidak menganggap dirinya bintang besar dan anak emas. Di Madrid dia hanyalah pemain biasa yang sama dengan lainnya. Dia harus berjuang sendiri, jauh dari rumah, dan itu jelas sangat sulit," kata Saguier.
"Cedera itu jelas merusak peluangnya untuk memantapkan dirinya di Spanyol. Setelah anda kembali, anda tidak tahu apakah anda akan menjadi pemain yang sama. Saya sedikit kehilangan jejaknya, sejak dia pergi ke Spanyol," tambah Saguier.
Rosalino juga setuju dengan pendapat Saguier. "Real Madrid harus menjadi babak terakhir bagi seorang pesepakbola. Dia menjalani satu musim yang bagus di Copa Libertadores. Terlalu dini baginya untuk mencapai level itu. Jika dia tetap tinggal di Amerika Selatan, dia akan memiliki lebih banyak pertandingan kompetitif, dan menjadi pesepakbola yang lebih baik," ungkap Rosalino.
"Dia sekarang berusia 23 tahun. Itu masih muda. Dia masih bisa memiliki karier yang bagus. Tapi, itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan secara psikologis. Orang-orang mengatakan dia adalah masa depan Paraguay. Sangat sulit bagi seorang pria yang mencapai standar tinggi seperti itu di awal kariernya untuk memahami bahwa dia tidak akan seperti itu lagi," tambah Rosalino.
Dan, Seguier percaya masih ada harapan bagi Diaz untuk bangkit. "Apakah dia akan bermain? Tergantung padanya. Terserah setiap pemain untuk membuat kasus mereka. Dia terlahir sebagai bintang. Tapi, yang perlu dia lakukan sekarang adalah memperlambat, memutuskan ke mana dia ingin pergi," kata Seguier.
"Dia perlu fokus pada permainannya sendiri dan langkah selanjutnya. Dia adalah pemain hebat, dan dia akan melewati masa sulit ini," pungkas Seguier.