Pernah menjadi salah satu wonderkid di daratan Eropa
Mungkin Kazakhstan bukan lah negara yang identik dengan sepakbola, tetapi Andrey Arshavin tampaknya mengakhiri karier profesionalnya dengan sangat senang selama tiga tahun membela FC Kairat.



Eks pemain Arsenal  itu memang telah pensiun sejak 2018, dan pada periode tersebut, bukanlah penampilan terbaik Arshavin  di Liga Premier Kazakhstan. Catatan gol ataupun assistnya terbilang biasa saja, bahkan perpisahannya dirayakan dengan sangat sederhana.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada cerita yang bisa dibagikan dari perjalanan karier seorang Arshavin. Saat itu, Kazakhstan berada di peringkat ke-24 dalam koefisien negara UEFA, di bawah Skotlandia dan Belarusia, dan kepindahan Arshavin ke sana hanya menarik bagi penggemar Arsenal yang paling fanatik.

Namun, percaya atau tidak, waktu pemain Rusia itu bermain untuk FC Kairat sebenarnya cukup mengesankan.

Selama tiga musim membela Halyq Komandasy dan menginjak usianya yang ke-37, Arshavin masih membawa bakat, keterampilan, dan keunikan tersendiri yang belum pernah terjadi sebelumnya ke klub sepak bola keenam paling sukses di Kazakhstan itu.

Ia secara konsisten memberikan gol dan assist, membantu klubnya memenangkan Piala Kazakhstan dan meningkatkan jumlah penggemar klub yang bermarkas di Central Stadium tersebut.

Dengan kariernya yang meredup pada awal 2016 — dan dengan rumor tentang pensiunnya yang akan segera terjadi setelah meninggalkan Kuban Krasnodar di Rusia — playmaker bertinggi badan 1,73 meter itu mematahkan semua asumsi bahwa ia telah habis.

Membangun ulang kariernya

Pada Februari 2016, Arshavin memutuskan untuk hengkang dari kompetisi sepak bola Rusia setelah bakatnya sudah tidak dihargai lagi di sana.

Gelandang itu baru saja diputus kontraknya oleh Kuban Krasnodar setelah kurang dari satu musim, kedatangannya (bersama dengan Roman Pavlyuchenko). Berusia 34 tahun pada saat itu, Arshavin jelas tidak menarik minat dari klub-klub top Eropa.

“Jika ada tawaran untuk terus bermain, saya pasti akan melihatnya,” ujar Arshavin.

"Jika tidak, saya akan mengakhiri karir saya."

Potensi soal dirinya akan pensiun dibahas di banyak media, meskipun sebagian besar pengamat meratapi potensi besar Arshavin yang tampak seperti terbuang sia-sia.

Untungnya, tawaran memang datang, dan itu datang dari mantan kenalan Arshavin, Aleksandr Borodyuk, mantan asisten Guus Hiddink untuk tim nasional Rusia, yang sekarang mengelola FC Kairat di Kazakhstan.



Kesepakatan itu terjadi pada 18 Maret 2016 dan memberikan kegembiraan untuk warga kota Almaty dan satu orang yang kurang senang adalah anggota parlemen Kazakh, Muhtar Tinkeyev.

“Lihatlah Arshavin, mereka telah memberinya kontrak $1 juta,” keluh politisi itu.

“Bayangkan saja, lebih dari $1 juta setahun… Mengapa uang ini tidak dihabiskan untuk olahraga anak-anak? Dalam membangun taman bermain?”

Kembali aktif bermain bersama Kairat

Awal perjalananya di kompetisi sepak bola Kazakhstan sendiri terbilang buruk setelah tim baru Arshavin harus mengalami kekalahan 2-1, manajernya menyerah dan mengundurkan diri. Dan baru pada pertandingan kelimanya, penyerang senior bisa mulai beradaptasi dengan Kairat.

Pada Mei 2016, Arshavin dan tim barunya mulai menemukan alur mereka, di mana mereka tak terkalahkan dalam 16 pertandingan dan lolos ke playoff kejuaraan liga.



Memang kembali ke timnas Rusia sudah tidak mungkin, mengingat ia sudah tidak dalam kondisi primanya serta usianya yang pada waktu itu sudah 35 tahun, namun permainannya di Liga Premier Kazakhstan masih layak untuk diacungi jempol, dan ya para penggemar menyukainya. Meskipun Kairat berada di urutan kedua di belakang FC Astana, tim Arshavin mencetak 75 gol (delapan di antaranya milik Arshavin) dalam 32 pertandingan.

Kembalinya permainan magis seorang Arshavin membuat para jurnalis menelah ludah mereka sendiri, Seorang blogger sepak bola lokal bernama Peter Volikova telah berjanji untuk mencukur rambutnya jika Arshavin mencetak lebih dari tujuh gol untuk Kairat, dan ya pria itu memenuhi janjinya.

Pada tahapan yang lebih tinggi, Arshavin juga sukses dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Kazakhstan 2016 dan setuju untuk tinggal satu tahun lagi.

Hidup sehat dan tinggal di Almaty

Sayangnya, pencapaian seperti itu tidak membuat banyak penggemar sepak bola Eropa menonton Liga Utama Kazakhstan.

Dalam sebuah wawancara tahun 2016 dengan Arshavin, seorang koresponden UEFA menggunakan judul yang agak mengkhawatirkan “Arshavin hidup sehat dan tinggal di Almaty”, seperti menunjukkan seorang pria yang telah mencoba kudeta terhadap rezim Putin daripada seorang pesepakbola yang mencetak gol chip nan indah.

“Saya mulai berpikir bahwa di sini selalu sangat panas; sekarang saya tahu itu tidak terjadi, ”ujarnya.

“Saya kira saya bermain baik-baik saja di sini. Saya tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Setelah enam bulan tanpa latihan, saya memainkan cukup banyak pertandingan, dan itu cukup bagus untuk saya. Tapi kami tidak memenangkan apapun."

Kairat dan Arshavin kembali mengulangi catatan gol mereka yang tinggi di musim berikutnya, dan sukses mencetak 75 gol meski gagal menjadi kampiun Liga Premier Kazakhstan 2017 dengan selisih satu poin.

Meski begitu, Halyq Komandasy sukses mengklaim Piala Kazakhstan dan itu merupakan trofi pertama Arshavin di negara itu. Pada Mei 2017, pemain Rusia itu mengenakan ban kapten untuk dua pertandingan, mencetak gol di pertandingan pertama, memberikan dua assist di pertandingan kedua dan memenangkan keduanya.



Rumah tangga Arshavin menjadi sorotan

Selama waktu Arshavin di Kazakhstan, dia sering menjadi berita karena alasan yang salah, biasanya karena pernikahannya. Serangkaian dugaan perselingkuhan yang diberitakan media dan salah satu yang terbesar adalah bagaimana istrinya, Alisa Arshavina, mengancam akan memotong jari Arshavin terkait masalah pergundikan yang menimpanya.

Karena sifat ancaman yang serius, pihak berwenang Kazakh mengajukan tuntutan pidana terhadap Alisa.

"Jika Alisa dihukum, maka saya akan berhenti bermain," ujar Arshavin. 



“Ini seperti memotong tangan saya sendiri. Aku menyesal, jujur. Tolong, jangan tinggalkan saya tanpa sepak bola. Saya hanya ingin melakukan pekerjaan saya dan menghasilkan uang.”

Terlepas dari skandal itu, dan meskipun berusia 37 tahun, Arshavin terus mencetak gol pada tingkat yang mengesankan, mencatatkan sembilan gol liga di musim 2018 — penghitungan terbaiknya di negara ini.

Ia bahkan menandai item daftar ember di 621 dari 623 penampilan karirnya - dengan mendapatkan kartu merah langsung pertamanya di sepak bola klub, menendang wajah gelandang Brasil, Rodrigo Antonio secara misterius.

Dan meskipun Kairat tetap tidak bisa mengalahkan Astana di tahun 2018, para penggemar dan kolega Arshavin tidak lupa untuk memberikan ucapan perpisahan yang sederhana dan pas.

Setelah pertandingan terakhirnya, klub menghormatinya dengan mendandaninya dengan shapan dan kalpak tradisional Kazakh, yang membuatnya sangat senang.