Ini seperti Enrico dan Federico Chiesa, ayah-anak yang jadi rekan setim Buffon.
Mario mendapatkan kado indah ulang tahun ke-46. Itu karena dia kedua putranya masuk dalam skuad Liechtenstein di Kualifikasi Piala Dunia 2022 bulan ini melawan Jerman, Rumania, dan Armenia.
5 Gelandang Potensial yang Dapat Bermain Bersama Manchester United
Anehnya, Italia dan Liechtenstein tidak pernah bertemu di level internasional hingga 2016. Itu merupakan tahun ketika Mario gantung sepatu sebagai pemain Balzer di kompetisi kasta kedua Swiss. Tentu saja, itu juga menggagalkan peluang Mario untuk mencetak gol melawan Buffon untuk negaranya.
Kisah Bocoran Analisis Andre Villas-Boas Tentang Lionel Messi di Usia 18 Tahun
Namun, "rejeki" melawan Gli Azzurri justru menjadi milik Yanik. Dia melakukannya pada 2017 ketika Italia yang dikapteni Buffon meraih kemenangan pada Kualifikasi Piala Dunia 2018. Pada pertandingan unik tersebut, Lorenzo Insigne tampil menakjubkan.
Memang, momennya di PSG membuat penjaga gawang ini turun ke lapangan pada beberapa kesempatan dengan Timothy Weah, yang gol pertamanya di Ligue 1 datang pada debut Buffon di kompetisi tersebut.
Tentu saja, Buffon sekarang kembali ke Parma. Di sana, dia bermain dengan orang-orang seperti Lilian Thuram pada dekade 1990-an. Dan, perlu diingat bahwa putra Lilian, Marcus Thuram, juga bermain ketika Guingamp kalah dari PSG yang diperkuat Buffon pada 2018.
Kembali ke keluarga Frick. Meski kami melihat banyak kombinasi ayah-anak di tingkat internasional, dan baru-baru ini kami mendapatkan contoh tiga generasi ketika Andri Gudjohnsen, putra Eidur dan cucu Arnor, membuat catatan sejarah untuk Islandia, kisah yang melibatkan Buffon tetap unik.
Dalam kasus Liechtenstein, jika hal-hal berlanjut pada kecepatan mereka saat ini, kita bisa berakhir dengan ayah dan anak yang masing-masing memiliki 100 caps atau lebih.
Pada usia 23 tahun, Mario memiliki 16 gol dari 125 penampilan untuk negaranya. Dia mencetak gol internasional senior pertamanya sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-23. Itu bukan kesempatan yang paling membahagiakan karena Liechtenstein sudah kalah 0-7 dari Rumania pada saat itu.
Lalu, Yanik, yang berulang tahun ke-23 pada Mei 2021, telah menambahkan empat penampilan lagi sejak itu. Dia telah mencetak gol juga. Dia menjaringkan gol ketiga dalam kekalahan melawan Islandia pada Maret 2021.
Tentu saja, jika Yanik atau Noah berakhir dengan karier seperti ayahnya, mungkin suatu hari nanti mereka akan menjadi orang yang dibicarakan banyak penggemar sepakbola di seluruh dunia karena memiliki 100 caps untuk negaranya.
#NationsLeague ?????
— Camino Mundial (@caminomundialok) September 8, 2020
? Yanik Frick marcó el segundo gol de #Liechtenstein. Lo celebró junto a su hermano Noah Frick.
Los dos delanteros son hijos de Mario Frick, máximo anotador de la historia de su país, con 16 tantos en 125 PJ. pic.twitter.com/yVDFerhFzO