Hidup indah dalam keberagaman, tanpa rasisme.
Timnas Inggris telah bertekad kuat untuk bisa konsisten dalam melakukan kampanye anti rasisme. Sebuah penyakit menahun yang harus dengan segera ditendang jauh-jauh dari sepak bola.
Seperti yang mereka lakukan di Hungaria pekan lalu, semua pemain Inggris berlutut sesaat sebelum kick off babak pertama melawan Polandia di mulai.
Namun bukannya mendapat sambutan yang baik, para pemain Three Lions justru mendapat sorakan dengan nada mengejek dari tuan rumah. Stadion Warsawa bergemuruh dan itu bukan suara yang baik untuk diperdengarkan untuk sebuah gerakan anti diskriminasi.
Sementara itu terjadi, kamera televisi menyorot Robert Lewandowski dan kapten Polandia itu tampak geram dengan kelakuan para penggemar Polandia.
Pemain Bayern Munich itu menunjukkan sikap sebaliknya. Lewandowski tampak memegang ban kaptennya dan ia dengan bahasa tubuh yang jelas menunjuk kalimat respect pada jersey yang dikenakan.
Sebuah simbol dimana dalam sepak bola seharusnya rasa saling menghormati dike dikedepankan.
Melawan Rasisme dalam Sepak Bola
Meskipun dicemooh oleh para penggemar baik di kandang maupun di luar kandang, Inggris telah melakukan dalam banyak kesempatan bahwa mereka tidak akan berhenti untuk berlutut. Tanda bahwa mereka mengutuk keras tindakan orang-orang yang menganggap warna kulit dan ras tertentu lebih rendah.
Sedikit mundur kebelakang, sebelum kampanye Euro 2020, dimana Inggris berhasil finish sebagai runner-up, pelatih Inggris, Gareth Southgate membahas masalah rasisme ini, muasalnya ialah ketika pendukung mereka sendiri mencemooh kampanye itu.
"Kami secara kolektif sangat kecewa bahwa itu terjadi," kata Southgate sesaat setelah pertandingan pembuka group melawan Austria.
" Kami semua berusaha mendukung langkah untuk kesetaraan, langkah untuk mendukung rekan satu tim kami."
“Beberapa orang memutuskan untuk mencemooh. Saya pikir orang-orang itu harus menempatkan diri mereka pada posisi para pemain muda itu dan bagaimana rasanya."
Kalimat di atas merujuk pada perlakuan yang kurang mengenakkan yang diterima oleh Bukayo Saka, Jadon Sancho, Marcus Rashford, dan lainnya.
"Jika itu adalah anak-anak mereka, bagaimana perasaan mereka tentang anak-anak mereka yang berada dalam situasi seperti itu." ucap Southgate
Tampaknya Inggris sangat serius dalam melakukan kampanye anti rasisme, "Kami merasa akan melakukan hal lebih dari sebelumnya, kami bertekad untuk tetap berlutut sebelum pertandingan dimulai," pungkas pelatih berusia 51 tahun itu.
Rasisme memang sepatutnya tak ada tempat di sepak bola
Seperti yang mereka lakukan di Hungaria pekan lalu, semua pemain Inggris berlutut sesaat sebelum kick off babak pertama melawan Polandia di mulai.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Siapakah Youssef En-Nesyri? Calon Kuat Pengganti Aubameyang di Arsenal
Siapakah Youssef En-Nesyri? Calon Kuat Pengganti Aubameyang di Arsenal
Sebuah simbol dimana dalam sepak bola seharusnya rasa saling menghormati dike dikedepankan.
Melawan Rasisme dalam Sepak Bola
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Pemain yang Berkiprah di 3-4 Liga Top Eropa, Siapa yang Terbaik?
Pemain yang Berkiprah di 3-4 Liga Top Eropa, Siapa yang Terbaik?
Sedikit mundur kebelakang, sebelum kampanye Euro 2020, dimana Inggris berhasil finish sebagai runner-up, pelatih Inggris, Gareth Southgate membahas masalah rasisme ini, muasalnya ialah ketika pendukung mereka sendiri mencemooh kampanye itu.
" Kami semua berusaha mendukung langkah untuk kesetaraan, langkah untuk mendukung rekan satu tim kami."
Kalimat di atas merujuk pada perlakuan yang kurang mengenakkan yang diterima oleh Bukayo Saka, Jadon Sancho, Marcus Rashford, dan lainnya.
"Jika itu adalah anak-anak mereka, bagaimana perasaan mereka tentang anak-anak mereka yang berada dalam situasi seperti itu." ucap Southgate
Tampaknya Inggris sangat serius dalam melakukan kampanye anti rasisme, "Kami merasa akan melakukan hal lebih dari sebelumnya, kami bertekad untuk tetap berlutut sebelum pertandingan dimulai," pungkas pelatih berusia 51 tahun itu.
Rasisme memang sepatutnya tak ada tempat di sepak bola