Pjanic adalah satu pemain bagus lainnya yang disia-siakan Barcelona era Koeman.
Pemain yang meninggalkan klub karena jarang mendapat tempat di tim utama adalah hal biasa. Begitu pula yang menyerang pelatihnya setelah memiliki rumah baru. Ada banyak contoh kasusnya. Yang paling baru adalah Miralem Pjanic versus Ronald Koeman. 

Perang kata-kata antara Pjanic dengan Koeman dimulai ketika Barcelona mengalami defisit finansial. El Barca memutuskan untuk meminjamkan Pjanic dengan kontrak selama satu musim ke Besiktas. Tidak lain untuk mengurangi beban gaji pemain yang berpengaruh besar pada roda klub.

Kepergian Pjanic ke Turki disertai pernyataan-pernyataan keras tentang sang mantan pelatih. Pemain Bosnia-Herzegovina itu menyebut Koeman tidak pernah menghormati dirinya.  

Pjanic mengecam perlakuan Koeman kepada dirinya selama di Camp Nou, yang memuncak pada beberapa bulan terakhir. Dia menyebut Koeman membatasi peluangnya untuk bermain. Bahkan, Koeman disebut Pjanic tidak pernah berbicara kepada dirinya.



Komentar itu ternyata langsung dibalas Koeman. Saat diwawancarai El Mundo Deportivo, pelatih berkebangsaan Belanda tersebut ada pemain lain yang lebih bagus dari eks gelandang Juventus itu. "Saya pikir itu sedikit frustrasi dari pihak pemain yang saya pahami," ujar Koeman.

"Tapi, dalam cara kami bermain, dalam ide kami dengan bola dan tanpa bola, dia kalah dalam pertempuran dengan gelandang lain, dan tidak ada yang lain. Saya mendoakan yang terbaik untuknya. Ini rumit. Kami telah mencoba, kami telah mencoba, dan kami telah melihat bahwa ada pemain lain yang lebih baik darinya," tambah Koeman.

Meski pernah dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia, peminjaman Pjanic ke Turki membuat kelas sang pemain turun drastis. Pasalnya, tanpa banyak bermain di era Koeman, Pjanic tidak diinginkan klub-klub dari lima liga papan atas Benua Biru lagi.

Pemain berusia 31 tahun itu hanya bermain setengah dari pertandingan Barcelona di La Liga musim lalu, dan tidak mendapat kesempatan bermain dalam kemenangan di Copa del Rey. Bagi Pjanic, itu sangat menyakitkan.

"Saya selalu ingin bermain untuk Barcelona. Ini klub yang jelas filosofinya. Sejak kecil saya menyaksikan mereka bermain. Tapi, saya tidak menyangka situasinya akan menjadi rumit. Klub memperlakukan saya dengan baik. Hanya pelatihnya yang tidak menghormati saya," ungkap Pjanic saat itu.