Setelah bermain di Liga Champions 2016/2017, Arsenal terjun bebas dan tak bisa bangun.
Musim 2021/2022 adalah musim pertama Arsenal tanpa memainkan sepakbola Eropa sejak 1996. Ini sangat kontras dengan 19 musim berturut-turut di bawah asuhan Arsene Wenger ketika The Gunners berkompetisi di Liga Champions.

Perjalanan itu berakhir pada 2017, ketika Arsenal asuhan Wenger menyelesaikan musim kompetisi hanya kurang satu poin dari empat besar. Mereka mengira bahwa hari-hari di kompetisi top Eropa akan berakhir ketika menderita kekalahan agregat 2-10 yang memalukan dari Bayern Muenchen di musim semi.

Itu adalah tahun ketujuh berturut-turut Arsenal tersingkir dari Liga Champions para babak 16 besar. Tapi, ini adalah yang terburuk dari semuanya ketika juara abadi Bundesliga mengalahkan pasukan Wenger 5-1 di Muenchen sebelum bangkit dari ketinggalan untuk mencatatkan hasil yang sama di Emirates Stadium.

Tapi, apa yang terjadi dengan tim Liga Champions terakhir Arsenal pada saat ini? Banyak yang berubah sejak saat itu. Dan, inilah starting line-up The Gunners saat terakhir kali bermain di Liga Champions:


GK: David Ospina

Setelah menarik perhatian dengan serangkaian penampilan mengesankan selama bermain untuk timnas Kolombia dan mengantarkan ke perempat final Piala Dunia, Ospina bergabung dengan Arsenal dalam kesepakatan 3 juta pounds (Rp 58 miliar) dari Nice.

Dia menghabiskan lima tahun di klub, dan berjuang untuk mempertaruhkan tempat utamanya di belakang Petr Cech. Tapi, dia adalah pilihan Wenger di Eropa selama musim 2016/2017.

Setelah kedatangan Bernd Leno pada musim panas 2018, sang kiper bergabung dengan Napoli dengan status pinjaman dan menandatangani kontrak permanen setahun kemudian. Dia tetap menjadi pilihan utama di Stadio San Paolo di bawah Carlo Ancelotti, Gennaro Gattuso, dan Luciano Spalletti.




RB: Hector Bellerin

Bellerin mengalami pasang surut, sebagian karena cedera sejak mulai menerobos tim utama Arsenal pada 2014. Bek sayap itu kini dipinjamkan ke Real Betis. "Ayah saya sebenarnya mendukung Real Betis. Dia dibesarkan di Sevilla, dan saya tumbuh sebagai penggemar Betis. Semua perlengkapan pertama saya adalah Betis," kata Bellerin kepada Mundial.


CB: Shkodran Mustafi

Ada suatu masa ketika pemain Jerman dan pemenang Piala Dunia ini menikmati reputasinya sebagai pemain solid di lini belakang Arsenal. Lalu, setelah menghabiskan setengah musim yang menyedihkan dengan status pinjaman di Schalke yang terdegradasi, pemain berusia 29 tahun itu bergabung dengan Levante di musim panas ini.

Mereka duduk di urutan 17 klasemen sementara La Liga dan tidak ada tim di divisi atas Negeri Matador yang kebobolan lebih banyak gol dari mereka.


CB: Laurent Koscielny

Koscielny memiliki momen yang tidak bisa dilupakan, seperti final Piala Liga 2010/2011. Dia adalah pelayan klub yang setia dan bisa sekokoh batu karang pada zamannya. Pertahanan yang dia jalin dengan Per Mertesacker tetap menjadi yang terbaik yang dimiliki klub sejak masa kejayaan Sol Campbell dan Kolo Toure.

Tapi, pada 2019 atau setelah sembilan tahun mengabdi dan lebih dari 350 penampilan untuk klub, dia meninggalkan Arsenal setelah menolak ikut tur pramusim ke Amerika Serikat dan memaksa pindah kembali ke Prancis. Dia mendapatkan keinginannya, bergabung dengan Bordeaux sampai sekarang.




LB: Nacho Monreal

Pemain Spanyol itu membuat 251 penampilan untuk The Gunners sejak 2013 hingga 2020, dan tetap menjadi sosok populer berkat gaya permainannya yang berdedikasi. Tidak seperti Koscielny, dia menerima sambutan hangat saat pergi ke Real Sociedad. Di sana, dia menjadi pemain reguler di tim utama.

Monreal telah memenangkan Copa del Rey bersama La Real, menambah trio Piala FA yang diraih bersama Arsenal. Di usia yang menginjak 35 tahun, Monreal menandatangani perpanjangan kontrak satu tahun untuk membuatnya tetap di Anoeta hingga 2022.


MF: Alex Oxlade-Chamberlain

Ketika Oxlade-Chamberlain bergabung dengan Arsenal sebagai pemain muda pada 2011, penggemar akan senang diberi tahu bahwa suatu hari dia akan mengangkat trofi Liga Premier dan Liga Champions. Itu karena kemampuan Oxlade-Chamberlain yang sangat bagus sebagai individu

Beberapa tahun kemudian, Chambo benar-benar melakukannya. Sayangnya bukan The Gunners, melainkan Liverpool.


MF: Granit Xhaka

Xhaka adalah gelandang hebat. Dia satu-satunya pemain yang tersisa di klub dari starting line-up saat itu. Pemain Swiss itu dilaporkan hampir bergabung dengan AS Roma setelah tampil mengesankan di Euro 2020. Tapi, akhirnya menandatangani kontrak baru yang berlangsung hingga 2024.




MF: Aaron Ramsey

Pada 2019, ketika kontrak di Arsenal berakhir, Ramsey mengerjakan apa yang dilakukan begitu banyak pemain hebat dengan bergabung ke Juventus dengan status bebas transfer setelah 11 tahun di Emirates Stadium. Di sana, doa memenangkan gelar Serie A.

Tapi, laporan terbaru dari Italia menunjukkan Ramsey baru akan diturunkan bermain paling cepat pada Januari 2022 karena cedera.


RW: Theo Walcott

Walcott saat ini kembali ke klub masa kecilnya, Southampton, setelah membuat hampir 400 penampilan untuk The Gunners selama 12 tahun. Uniknya, dia masih merayakan ketika mencetak gol di Emirates Stadium bersama Soton pada Desember 2020.

Walcott menjadi salah satu dari segelintir pemain yang berani merayakan golnya melawan tim lama mereka.


FW: Olivier Giroud

Setelah meninggalkan Arsenal untuk pindah ke rival London, Chelsea, pada Januari 2018, Giroud mencetak 39 gol dalam 119 penampilan untuk The Blues, meski kebanyakan hanya bermain dari bangku cadangan.

Di sana, Giroud memenangkan banyak hal. Mulai dari Piala FA, Liga Europa, dan yang paling didambakan suporter The Gunners adalah Liga Champions. Sekarang, penyerang Prancis itu menandatangani kontrak dengan AC Milan dan kembali menjadi pemain pilihan utama di depan.


LW: Alexis Sanchez

Alexis Sanchez meninggalkan Arsenal untuk membela Manchester United. Tapi, dia gagal bersinar di Old Trafford. Pemain Chile itu kemudian bergabung dengan Inter Milan dengan status pinjaman selama satu musim sebelum menyegel kepindahan permanen pada musim panas berikutnya. Di Italia, dia berhasil memenangkan Scudetto di bawah Antonio Conte.