Main bareng Frank Lampard dan Jamie Carragher di Inggris U-21. Tapi, cedera mengubah kariernya.
Jika di Portugal ada Andre Villas-Boas dan di Jerman terdapat Julian Nagelsmann, Juergen Klopp, hingga Thomas Tuchel; maka Inggris memiliki Howe. Mereka dikenal sebagai pelatih sepakbola yang memulai karier di usia sangat muda.
Momen Unik Gol dan Assist Anak-anak Eidur Gudjohnsen di Timnas Islandia
Mantan pemain yang tak terlalu buruk
Sebelum menjadi pelatih muda berbakat di Liga Premier, Howe juga memulai karier sepakbola sebagai pemain bersama Bournemouth. Dia melakukan debut untuk tim dari Pantai Selatan tersebut pada usia 18 tahun.
Momen Unik Marco Materazzi Sapa Menteri BUMN, Ingin Segera Bertemu
Pada 2002, saat menukangi Portsmouth, Harry Redknapp mengontrak bek tengah itu dengan transfer 400.000 pounds (Rp7,7 miliar). Dan, dirinya sepertinya ditakdirkan untuk tampil di panggung besar.
Saat itu, dia sedang berusaha melompat untuk menyundul bola. Saat mendarat, Howe mendengar bunyi di lutut kirinya. Ternyata, tempurung lututnya lepas dan membuat tulang di bawah lututnya terkelupas. Dia lalu menjalani dua operasi. Tapi, dokter gagal menemukan solusi. Bahkan, dia masih merasakan sakit ketika mencoba berlari setelah sembuh.
"Pada akhirnya, saya adalah bayangan dari pemain yang pernah saya miliki. Saya sangat ingin menyelesaikannya (sebagai pemain). Sementara orang-orang mengingat saya sebagai pelatih daripada menjadi pemain," kata Howe dalam sebuah kesmepatan, dilansir The Telegraph.
"Itu sangat sulit, karena tantangan terbesar yang saya temukan ketika saya kembali adalah saya tidak seefektif itu. Saya telah kehilangan banyak hal yang membuat saya menjadi seperti sekarang. Kecepatan saya, kemampuan berbelok saya, lompatan saya, semuanya hilang," tambah Howe.
"Saya tidak terlalu besar untuk bek tengah. Jadi saya harus melompat dengan baik dan itu adalah salah satu kekuatan saya. Semua orang dengan cepat melupakan siapa anda dan menilai anda apa adanya. Saya tidak terlalu baik. Saya menemukan periode karier saya itu sangat, sangat sulit," ungkap Howe.
Howe kemudian pergi ke Swindon Town dengan status pinjaman pada 2004. Tapi, dia tidak mendapatkan menit bermain. Kemudian masa peminjaman yang sukses di Bournemouth pada tahun yang sama memberinya harapan baru, yaitu menampungnya sebagai pelatih setelah pensiun dini.
Antara Bournemouth dan Burnley
Pada 2011, masa depan Howe menjadi subyek spekulasi dengan banyak klub menginginkan dirinya. Tapi, dia justru bergabung dengan Burnley. Setahun kemudian dia diguncang dengan kematian ibudannya, Anne.
Kematian sang ibu sempat menganggu karier Howe di Burnley. Dia tidak nyaman di sana sehingga memutuskan kembali ke Bournemouth pada 2012. Tiga tahun kemudian dia membuat klubnya dipromosikan ke Liga Premier. "Kematian ibu saya tentu saja mengubah perspektif saya tentang banyak hal, tentang kehidupan, karier saya, dan segalanya," kata Hoew kepada Bournemouth Daily Echo.
"Ketika hal seperti itu terjadi, itu membuat anda mengevaluasi kembali dan menyadari apa yang benar-benar penting. Itu sangat sulit untuk dihadapi. Ketika anda kehilangan seseorang yang anda cintai dengan tiba-tiba, sangat sulit untuk menerimanya," ungkap Howe.
"Itulah mengapa kembali ke daerah ini (Bournemouth) dan ke klub ini. Di sini benar-benar menghibur saya. Itu tentu berdampak besar dalam kehidupan pribadi saya dan membuat saya jauh lebih bahagia di luar lapangan. Saya lebih dekat dengan orang-orang yang mengenal saya secara personal," tambah Howe.
What was your favourite memory under Eddie Howe? ? #AFCB pic.twitter.com/bPPPgHcG8V
— ? RedAndBlackArmy ? (@RBA_app) October 12, 2021
Mendedikasikan kariernya untuk sang ibu
Howe sangat menyadari bahwa dia berada di tempatnya sekarang karena dibesarkan oleh ibunya, yang sangat dia syukuri. "Saya pikir cara saya dibesarkan oleh ibu saya dan pondasi yang dia berikan kepada saya memainkan peran besar," kata Howe kepada The Telegraph.
"Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa orang tua dan pengalaman masa kecil anda sangat penting. Saya diberi beberapa nasihat yang sangat bagus. Saya dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih dan itu membuat saya sangat fokus pada pekerjaan saya," tambah Howe.
"Kepergian ibu telah membuat saya untuk mengingat lebih banyak hal untuk mengenangnya. Steve (adik) dan saya gila sepakbola. Tentu saja saja kami saling menginspirasi untuk bermain. Kami sangat dekat dengan ibu kami, berjalan-jalan dengan anjing atau menonton, atau terkadang bertindak sebagai penjaga gawang," ungkap Howe.
"Ibu akan mendukung kami dalam apa pun yang ingin kami lakukan dan terkadang itu membuat kami termotivasi. Dia adalah inspirasi besar dalam hidup saya karena saya ingin melanjutkan awal yang baik yang dia berikan kepada saya. Saya ingin memastikan bahwa saya tidak menyia-nyiakannya," pungkas Howe.