Awalnya memiliki tujuan mulia. Tapi, politik praktis membuat mereka tersesat. Ini kisahnya.
Ketika Hungaria menjamu Prancis dalam hasil imbang 1-1 di Euro 2020, Carpathian Brigade juga melakukan nyanyian rasialis yang ditujukan kepada Kylian Mbappe dan Karim Benzema.
Momen "Cedera" Dida Saat AC Milan Lawan Glasgow Celtic, Akting yang Buruk
Sama seperti banyak kelompok Ultras di seluruh Eropa, Hungaria juga selalu memiliki kecenderungan neo NAZI. "Mereka diberitahu untuk tidak mengekspresikan dukungan kepada NAZI. Sebaliknya, semangat mereka disalurkan ke jalur propaganda pemerintah yang lebih halus seperti homofobia, transfobia, antiimigran, rasialis, hingga kontra Black Lives Matter," tambah Toth.
Sekali Lagi N'Golo Kante Buktikan Dirinya Pemain Paling Ramah di Dunia
Carpathian Brigade seharusnya berbeda. Mereka sengaja didirikan untuk menyatukan semua orang. Kiri, liberal, dan kanan, seharusnya sama saja bagi mereka. "Ini bukan massa yang homogen," kata Gergely Marosi, dosen jurnalisme olahraga di Universitas Budapest.
Pemerintah Hungaria secara terbuka mengatakan tidak terganggu dengan apa yang diperjuangkan Carpathian Brigade di stadion. Itu menyebabkan kedua belah pihak terus saling mendukung.
Akibat pernyataan itu, bendera-bendera Hungaria dengan tulisan "Kami hanya berlutut untuk Tuhan" terlihat di jalan-jalan Budapest sebelum pertandingan melawan Inggris bulan lalu.
More footage of the Hungarian fans fighting British police inside Wembley last night. Disgraceful. ? pic.twitter.com/zcWClYx9rM
— Football Away Days (@FBAwayDays) October 13, 2021
Bahkan, setelah pelecehan rasialis selama pertandingan melawan Inggris bulan lalu, Menteri Luar negeri Hungaria, Peter Szijjarto, memposting di Facebook yang mengkritik pemain Inggris karena "mengeluh" tentang suasana permusuhan di Bundapest. Dia membandingkannya dengan ejekan fans The Three Lions saat lagu kebangsaan Italia diperdengarkan selama final Euro 2020.
"Pemerintah tidak mengkritik mereka karena akan berisiko membuat Carpathian Brigade berantakan, dan kelompok sayap kanan yang kurang terkendali akan muncul kembali," jelas Toth.
Warisan Ultas di Hungaria sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu. Tapi, gerakan tersebut tidak pernah memiliki kekuatan kolektif seperti saat ini. Hanya karena tidak ada simbol neo-NAZI yang ditampilkan di pertandingan tim nasional, bukan berarti sentimen itu tidak ada.
Di bawah pemerintahan Hungaria saat ini, Carpathian Brigade menjadi semakin berani dan telah membangun aliansi yang dulunya tampak tidak terpikirkan. Mereka menjadi semacam bonek pemerintahan sayap kanan dalam memainkan isu yang akan mendulang suara di pemilihan umum.
Hungary (2) #ultras #EURO2020 pic.twitter.com/sWK6G2JDkQ
— Fanatics of Football (@footynews129) June 20, 2021