Salah satu aksi ikonik Savicevic ada di final Liga Champions 1993/1994. Cek videonya!
Lahir di bekas kota Yugoslavia, Titograd (kini Podgorica di Montenegro), tendangan volinya dari jarak 30 meter pada pertandingan final merupakan momen puncak karier gemilang bagi pria yang dijuluki Il Genio alias The Genius.
Kisah Paul McShane, Akhirnya Main untuk Man United Setelah Menunggu 15 Tahun
Saat Red Star memenangkan Liga Champions 1990/1991 melawan Marseille, Savicevic nyaris gagal dinobatkan sebagai pemenang Ballon d'Or. Dia kalah dari legenda Prancis, Jean-Pierre Papin.
Kisah Patrice Evra dan Nemanja Vidic, Satu Klub Tapi 3 Bulan Tak Tegur Sapa
"Savicevic adalah pemain yang memiliki caps paling banyak. Dia hampir tidak berlatih, dan ketika dia berada di lapangan, semua orang harus bekerja dua kali lebih keras. Tapi, dia adalah bakat yang luar biasa. Kami mengubahnya menjadi superstar," kata Capello pada 2008, dilansir Forza Italian Football.
"Dia benar-benar jenius. Ketika dia merasa ingin bermain, itu bagus. Tapi, masalahnya dia sering tidak ingin bermain!" kata mantan Sekretaris Jenderal Red Star, Vladimir Cvetkovic.
Setelah era Savicevic di Milan berakhir, dia kembali ke Red Star sebentar sebelum pindah ke Austria untuk membela Rapid Wien. Selanjutnya, dia pensiun dan segera beralih profesi menjadi pelatih Serbia-Montenegro pada 2001-2003. Sekarang, dia adalah polisi dan presiden Asosiasi Sepakbola Montenegro (FSCG).
#OnThisDay in 1966, Dejan Savićević was born. Fantastic attacking midfielder, known for moments of pure genius with Red Star Belgrade & AC Milan in the 1980s & 90s. pic.twitter.com/4MBmLrRFZq
— Culture of Football Classics (@CFclassics) September 15, 2021